Part 5 - Opponent

93 51 28
                                    

Hari ini Sean seharusnya mendapat shift siang. Namun, panggilan mendadak dari Pak Bayu, mengharuskannya datang ke restoran pagi ini.

Di sisi lain, Erin sedang bersiap-siap menuju restoran. Hari ini adalah kali pertamanya akan memulai penelitian di restoran. Erin sungguh berharap partnernya adalah orang yang bisa diajak bekerjasama.

***

Seperti biasa, para karyawan sibuk bersiap-siap untuk membuka restoran.

"Sean, kau ditunggu oleh Pak Bayu di ruangannya." Ujar Deo menghampiri Sean.

"Oh oke." Jawab Sean santai.

Sean pergi menuju ruangan Pak Bayu. Ia tidak menyangka si penulis itu juga ada di dalam ruangan Pak Bayu.

"Bapak memanggil saya?" Tanya Sean menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, kemarilah." Pak Bayu meminta Sean untuk duduk dihadapannya. Bersebelahan dengan Erin tentunya.

Sean terlihat kebingungan dengan situasi saat ini. Laki-laki itu memilih untuk diam saja.

"Sean, mulai hari ini kamu saya tunjuk menjadi partner Erin. Kamu nanti bertugas membimbing Erin, membantu dalam pengerjaan karyanya yang berhubungan dengan profesi kamu." Jelas Pak Bayu panjang lebar.

"Eh kenapa harus saya pak?" Tanya Sean. Tersirat nada tidak terima dalam pertanyaannya.

"Karya Erin ini kan tentang koki, jadi kamu pasti tahu hal-hal berbau koki." Ujar Pak Bayu santai.

"Tapi pak, bukankah masih ada koki yang lain. Seperti Pak Arta. Mungkin beliau bisa membantu saya." Erin yang sedari tadi hanya diam saja, mulai membuka suara.

Pak Bayu terlihat berpikir sebentar. "Lebih baik dengan Sean saja, kalian kan masih muda dan seumuran, pasti cocok dalam bertukar pikiran. Lagipula Pak Arta sudah terlalu tua, nanti gak nyambung sama kamu."

Sean menghela napas panjang. Ia menoleh sekilas pada Erin. Raut wajah gadis itu terlihat murung, mungkin ia juga tidak setuju dengan keputusan Pak Bayu.

Sean berpikir sejenak, sebelum akhirnya menjawab. "Oke pak, saya bersedia."

Pak Bayu mengangkat sebelah alisnya. "Bersedia apa? Saya kan tidak ada bertanya kamu bersedia atau tidak."

"E-ehh." Sean gelagapan menahan malu.

Sementara itu, Erin memutar bola matanya, malas melihat tingkah partnernya itu.

"Ka-kalau begitu saya balik dulu ya, pak." Sean berdiri dari tempatnya, hendak kembali.

"Eh-eh mau kemana?" Tanya Pak Bayu keheranan.

"Ya mau kerja lah pak. Masa mau tidur." Sahut Sean memasang wajah datar.

"Kerjaan kamu sekarang kan membimbing Erin." Pak Bayu mengingatkan.

"Lah, terus kerjaan saya sebagai koki gimana pak?" Sean kebingungan.

"Tenang, masih banyak ada koki yang lain." Sahut Pak Bayu santai sambil asyik memainkan kumis tipisnya.

"Jawaban bapak itu. Kesannya seperti saya tidak berguna sekali pak." Ujar Sean jengkel.

"Memang iya." Celetuk Erin.

Sean yang mendengar itu, langsung melotot tak terima ke arah Erin. Sementara yang dipelotot hanya mendengus malas.

"Sudah-sudah. Erin nanti kalau ada keperluan tanya saja pada Sean. Dia akan membantu kamu." Pak Bayu menjelaskan.

"Baik pak." Erin mengangguk-anggukan kepalanya.

"Sekarang kalian bisa pergi. Sean, sebaiknya kamu ajak Erin keliling restoran." Perintah Pak Bayu.

"Baik pak." Jawab Sean malas sembari menampilkan ekspresi datarnya. Sedatar mungkin. Lebih datar dari triplek.

***

Sean pun mengajak Erin berkeliling restoran sesuai arahan Pak Bayu.

"Apa lihat-lihat?" Ketus Erin.

"Pede banget sih." Sean mulai jengkel.

Erin berhenti di tempat.

"Hei, kau tahu? Kau dan aku ibarat kutub positif di magnet. Kalau berdekatan, saling tolak-menolak dan menjauh," jelas Erin. "Sana menjauhlah dariku."

"A-apa?" Sean tak habis pikir.

Bagaimana ia akan bekerjasama dengan gadis itu. Mereka begitu berbeda dari segi manapun. Tidak ada kecocokan dalam diri mereka.

"Ku harap dua bulan cepat berlalu." Ujar Sean yang pastinya tidak didengar oleh penulis menyebalkan itu.

Tentu saja tidak didengar. Sean terlalu jauh di belakang Erin. Jauh sekali.

Jika ada nominasi partner terburuk sepanjang masa, yakinlah mereka akan jadi pemenangnya.

"Kenapa harus aku yang jadi partnernya." Ujar Sean putus asa.

To Be Continue

Untold story

"Hmm, siapa kiranya yang cocok menjadi partner Erin?" gumam Pak Bayu. Bertanya pada diri sendiri.

"Sean saja pak," saran Mita yang kebetulan lewat di dekat Pak Bayu. "Dia kelihatannya menyukai Erin sejak awal bertemu. Mungkin dengan menjadikan mereka partner, Sean bisa lebih dekat dengannya."

"Sean?" tanya Pak Bayu.

"Iya pak. Kasihan Sean. Sudah jomblo, ngenes pula. Lebih baik kalau dia bisa dekat dengan penulis itu." Ujar Mita meyakinkan.

"Hmm, benar juga. Baiklah, terimakasih Mita." Pak Bayu bergegas menuju ruangannya. Namun, sebelum itu ia berpesan pada Deo untuk meminta Sean datang ke ruangannya.

 Namun, sebelum itu ia berpesan pada Deo untuk meminta Sean datang ke ruangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Pak Bayu~

~ ~ ~
Don't forget to vote and comment

With love,
made_lynn

OSEAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang