"Tampan," Satu kata yang terucap dari bibir tipis milik Erin. Gadis itu bahkan sampai melongo, melihat penampilan lelaki tampan dihadapannya. "Apa hari ini, para malaikat turun ke bumi?"
Ambyar sudah dirinya. Kalau bukan karena teriakan Acha di belakangnya, Erin pasti tidak akan berhenti dari lamunannya.
"Kalian di undang juga?" Tanya Erin basa-basi.
"Iya,"
"Memangnya kalian kenal dengan pengantinnya?"
"Lah, kau bagaimana? Kau juga tidak mengenal pengantinnya." Celetuk Vero, tidak mau kalah.
"Heh enak saja, aku ini calon adik iparnya." Ujar Erin sambil menepuk-nepuk dadanya, seolah menyombongkan diri. Bisa-bisanya mereka membuat keributan di acara resepsi pernikahan orang.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Sean menghampiri ketiga manusia biang keributan itu.
"Wah Sean, kau tampan sekali. Bahkan kau terlihat seperti mempelai pengantin pria." Puji Acha.
Vero memanyunkan bibirnya, tak terima dengan ucapan Acha barusan. "Sayang, jangan memuji laki-laki lain di depanku dong."
"Ah iya-iya, maaf. Utututu sayangku jadi imut kalau lagi cemburu."
"I love you, baby."
"Love you too."
Siapa sebenarnya pemeran utama disini? Kenapa mereka asyik sekali berduaan. Dunia serasa milik berdua ya, yang lain cuma ngontrak:v
"Heh, jangan uwu-uwuan di depan orang lain, dong." Cibir Sean.
Vero mendengus kesal. "Sirik aja lo."
"Enak banget ya lo, uwu-uwuan di nikahan orang," Nyinyir Sean.
Para gadis hanya diam saja melihat lelaki mereka sibuk nyinyir ini itu, macam emak-emak komplek lagi ngegosip di dagang sayur keliling.
"Udahlah, kita pindah lapak aja." Sean menggandeng tangan Acha.
"Woi cewek gue!" Refleks Vero memukul lengan Sean.
"Oh iya, maaf-maaf." Sean beralih menggandeng tangan Erin, mengajak gadis itu menuju prasmanan. Ia tahu bahwa Erin tipikal gadis perut karung. Makan sebanyak apapun tidak akan kenyang.
***
"Makanan disini enak sekali." Seru Erin penuh antusias. Matanya berbinar-binar melihat makanan di depannya.
"Kau seperti tidak makan setahun saja." Sean terkekeh pelan melihat gadisnya itu. Hei, mereka sudah official bukan? Jadi wajar saja bila Sean menyebut 'gadisnya'.
"Oh ya, selamat untuk kakakmu." Erin mengeluarkan sebuah bingkisan kado dari dalam tasnya. "Maaf aku tidak bisa memberinya langsung, sepertinya kakakmu sedang sibuk menyambut tamu-tamu yang lain."
"Tidak masalah, kedatanganmu saja sudah cukup."
"Apa kakakmu mengenalku?"
"Tentu saja. Aku selalu menceritakan tentang dirimu. Bagaimana sifatmu yang menyebalkan, cerewet, keras kepala-"
"Yakk!! Kenapa kau menceritakan bagian yang buruk saja?!" Potong Erin.
Sean terkekeh pelan."Supaya dia tidak kaget saat bertemu denganmu nanti."
Erin tidak memedulikan ledekan Sean, gadis itu memilih melanjutkan kegiatan makannya yang sempat tertunda.
"Rin,"
"Hmm?"
"Kakakku sudah menikah, kita kapan menyusul?"
"Uhukk... uhukk..."
***
Brughh
Prankk
Dughh
Ingatkah kalian saat tokoh kartun tom and jerry saling kejar-kejaran di dalam rumah, lalu setelahnya rumah sang majikan porak-poranda seperti dilanda bencana? Begitulah kondisi rumah Erin sekarang, barang-barang berserakan dimana-mana.
"Aishh, aku terlambat." Gadis itu berlari keluar, memasuki mobil Sean yang sudah terparkir rapi di depan rumahnya sejak 15 menit yang lalu. "Cepatlah Sean! Acaranya sebentar lagi akan mulai."
"Sabar, lihatlah jalanan sedang macet."
"Oh ayolah, kenapa harus macet hari ini." Erin mengerang frustasi.
"Salahkan dirimu. Kemarin malam, bukannya bersiap-siap, malah maraton drakor."
"Bisa tidak, kau diam saja?! Aku sedang gusar sekarang." Sentak Erin.
Baiklah, Sean diam. Berada di tengah kemacetan saja cukup menjengkelkan, ditambah lagi mendengar gerutuan nenek lampir di sebelahnya ini, membuat kepalanya serasa ingin pecah.
Mari kita biarkan Sean fokus mengabsen nama-nama binatang dalam hati.
.
.
.
Untungnya mereka sampai dengan selamat, meskipun sedikit terlambat. Erin memasuki area mall tempat peluncuran buku terbarunya. Sementara Sean hanya duduk di barisan penonton, melihat bagaimana Erin diwawancarai oleh awak media.
Seolah tak mau kalah, Sean juga sudah memesan buku karya Erin, limited edition, dilengkapi dengan tandatangan penulis. Padahal sebenarnya dia bisa minta sendiri pada Erin.
KPK (Koki Pembawa Keki)
"Beneran ini judulnya?" Sean melotot melihat judul yang tertera dalam buku tersebut. "Dia gak salah ngasi judul?"
***
"Kau serius tadi?" Tanya Sean mengingat ucapan Erin saat acara tadi.
Siapa inspirasi Anda dalam membuat ide cerita 'Koki Pembawa Keki' ini?
Inspirasi saya adalah pacar saya sendiri, yang juga seorang koki di sebuah restoran.
"Ya, aku serius."
"Itu artinya aku membuatmu keki begitu?" Gerutu Sean, lelaki itu memanyunkan bibirnya.
"Kau mungkin membawa keki, tapi kau juga membawa happy, sayang." Ujar Erin dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Kau membuatku terharu," Sean menatap Erin lekat-lekat.
"Haha, i love you sayang."
"Aduduh... aduh..." Sean memegangi dadanya.
"Ada apa?" Tanya Erin panik.
"Aku... aku terkena serangan baper."
Plakk
:>
KAMU SEDANG MEMBACA
OSEAN [END]
FanfictionOSEAN (Our Story: Erina and Sean) Kisah ringan tentang keseharian Seano Jevandra yang menikmati -ralat meratapi- kejombloannya. Bertemu penulis muda dengan cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Akankah mereka menemukan jodoh mereka? Suatu saat akan...