Sean POV
Nyebelin banget, bagaimana bisa dia nyuruh gue ini itu, sementara si Vero itu cuma diam dan gak ngelakuin apa-apa. Lama-lama gue berasa pembantu, ya.
Dasar penulis gila, bucin, sialan. Asik banget ya mereka, berduaan, nikmatin pemandangan. Sementara gue? Ck, hadeh jangan diingetin deh, bikin sakit hati.
Sean POV end
Dughh
Terlalu asyik mengumpati Erin, Sean sampai-sampai tak sadar telah menabrak seorang perempuan.
"Maaf-maaf." Sean membantu memungut barang-barang orang itu.
"Terimakasih." Ujarnya.
"Iya, sa-- eh tunggu sebentar. Sepertinya aku mengenalmu."
"Hm? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya perempuan bersurai coklat itu.
Sean berusaha mengingat-ingat. Ia yakin sekali, pernah melihat perempuan dihadapannya ini.
"Hei, kau mantan pacarnya Vero, kan? Acha?"
Perempuan itu tersentak mendengar ucapan Sean yang tiba-tiba.
"Ba-bagaimana kau bisa tahu? Apa kau mengenal Kak Vero?" Acha menaikkan sebelah alisnya penuh keheranan. Ia sangat yakin, Vero tidak mungkin memiliki kenalan seperti lelaki aneh ini.
"Tentu saja,"
"Benarkah?"
"Tidak."
Bolehkah Acha menampol orang asing ini?
"Oh begitu. Ku kira kau mengenalnya." Ujar Acha hendak berlalu, namun satu kalimat dari Sean, mampu menghentikan langkahnya.
"Tapi, aku mengenal Erin."
***
"Kenapa si kuping lama sekali, sih." Erin mondar-mandir dengan gelisah. Bukan peduli pada Sean, tapi peduli pada cacing-cacingnya yang butuh asupan.
Erin POV
Bukankah itu Sean? Dia bicara dengan seorang perempuan? Wow suatu kemajuan. Bukankah selama ini dia jarang bicara dengan perempuan selain aku, Mita, dan ibunya?
Sayang sekali posisi perempuan itu membelakangiku, aku jadi tidak bisa melihat wajahnya. Entah kenapa aku sangat ingin tahu siapa perempuan itu.
Eh-eh Sean menuju kemari, aku harus berpura-pura tidak tahu.
Erin POV end
"Hei sunset, nih belanjaanmu." Sean menjulurkan tote bag berisi makanan dan minuman.
"Kenapa kau lama sekali?!" Erin mendengus kesal. "Kau tahu, aku kelaparan disini."
"Kau pikir jarak dari toko sampai sini itu cuma sejengkal tanganmu?" Cibir Sean.
Erin tidak membalas cibiran Sean. Gadis itu hanya memanyunkan bibirnya. Sementara Sean, netranya sibuk celingak-celinguk kesana kemari.
"Kemana si Vero itu?"
"Tadi dia bilang ingin buang air." Ujar Erin sembari membuka bungkus makanan. Matanya menatap lapar ke arah makanan yang begitu menggiurkan itu.
"Berarti ke toilet?" Tanya Sean polos.
"Ya iyalah, memangnya kemana lagi." Jengkel Erin.
"Siapa tahu, dia buang air di pinggir danau."
"Heh, Kak Vero bukan orang yang seperti itu. Singkirkan pikiran menjijikkanmu itu." Erin melotot tajam pada Sean.
Sean? Dia hanya mengendikkan bahunya acuh tak acuh. "Apa yang kau lakukan selama aku pergi tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OSEAN [END]
FanfictionOSEAN (Our Story: Erina and Sean) Kisah ringan tentang keseharian Seano Jevandra yang menikmati -ralat meratapi- kejombloannya. Bertemu penulis muda dengan cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Akankah mereka menemukan jodoh mereka? Suatu saat akan...