Part 24 - Aphelion

32 13 34
                                    

Sean pergi menyusul kakaknya di London

Pesawatnya berangkat jam 12 siang

Aku tidak tahu kapan dia akan kembali

Erin tidak mampu berpikir dengan jernih. Dibenaknya hanya ada Sean. Gadis itu menatap gusar ke arah luar jendela. Jalanan yang macet, membuat taksi yang ditumpanginya tidak dapat melaju dengan cepat.

"Kumohon, jangan biarkan Sean pergi." Erin bergumam pelan. Matanya tak henti-henti melirik jam tangannya, berharap waktu tidak cepat berlalu.

.

.

.

Cukup lama berada dalam kemacetan, akhirnya Erin sampai di tempat tujuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cukup lama berada dalam kemacetan, akhirnya Erin sampai di tempat tujuannya. Bandara begitu ramai hari ini, membuatnya sedikit kesulitan mencari keberadaan Sean. Sekali lagi, Erin melirik jam tangannya. Sayang sekali, ia terlambat 15 menit.

"Tidak... aku masih belum terlambat, kan?" Erin berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Gadis itu berlari kesana kemari, mengelilingi setiap sudut bandara.

Banyak orang yang memiliki postur tubuh seperti Sean, membuat Erin berkali-kali salah mengenalinya. Tidak peduli akan tatapan risih orang-orang asing itu, Erin tetap mencari dan mencari.

Lelah. Itu yang ia rasakan. Sudah satu jam lamanya gadis itu mencari tanpa menghasilkan apapun. Erin berhenti di tempat, gadis itu berjongkok di tempatnya. Menelungkupkan wajah pada kedua tangannya.

"Hiks... hiks... Sean dimana kau?" Lirihnya. Tidak peduli akan tatapan orang-orang di sekitarnya, Erin menangis sejadi-jadinya. "Kumohon, jangan tinggalkan aku, hiks... hiks..."

Meskipun Erin berteriak, menangis atau bahkan melakukan hal gila sekalipun, Sean tidak akan datang. Setidaknya untuk saat ini.

"Aku bahkan belum sempat menyatakan perasaanku padamu."

***

Pantai Pandawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pantai Pandawa. Tempat ini menjadi tempat pertemuan Sean dan Erin untuk pertama kalinya. Jika diingat-ingat, kala itu pertemuan mereka diawali perselisihan. Berlanjut pada pertemuan sebagai partner kerja.

OSEAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang