13 JUNI 2020
💚💚💚
💜💜
❤️“aku akan menjemputmu, tunggu aku”
“ya” jawab singkat Eve yaang bosan dengan kalimat yang terus terulang
Setelah Eve menjawab pertanyaan itu ia segera melangkahkan kaki untuk menuju kelasnya, walaupun Eve memasuki kampus ini dengan status mahasiswa reguler bukan lagi beasiswa, dan entah bagaimana pria itu bisa memasukannya ke kampus yang sama dan kelas yang sama pula dengan status yang berbeda.######
Sudah beberapa hari Eve menjalani hidupnya dengan sangat tenang dan seperti yang ia rencanakan atau ia harus bersyukur dengan adanya Daniel?.. tentu ia tidak akan bersyukur dengan adanya monster itu.
Awal masuk kuliah Eve sudah di suguhi berbagai macam pertanyaan baik dari Lia dan Arinda, dan entah sejak kapan dua gadis itu sudah menjadi akrab.
Mereka segera mencari Eve setelah mendengar kabar bahwa Eve sudah kembali kuliah, dan awalnya Eve sangat bingung ingin menjawab apa yang mereka tanyakan namun dengan cepat ia menjawab bahwa ada masalah di panti jadi ia harus segera pulang, dan jawaban itu sudah membuat Lia dan Arinda puas.
Dan saat ini mereka bertiga sedang makan di kantin, tepatnya jam makan siang. Karena Eve tidak bisa keluar setelah jam kuliahnya selesai, tentu saja Eve sangat ingin pergi bermain dengan mereka namun ia tak menginginkan hari-hari suram itu terulang kembali sehingga ia memilih menuruti semua kemauan Daniel.
“Lia Arinda aku duluan ya” pamit Eve pada teman-temanya karena jam pulang kuliah sudah tiba dan kemungkinan Daniel sudah berada di depan kampusnya jadi ia harus bergegas, namun ia menuju loker terlebih dahulu untuk mengambil buku untuk tugasnya esok.
Dengan langkah cepat Eve segera mengambil bukunya di loker dan menemukan surat ber amplop coklat, Eve menjadi mengingat surat hitam pemberian Daniel namun ini berbeda surat yang ia temukan ini seperti surat resmi dan di pojokan surat tertulis nama asli ibunya dengan bahasa korea.
Hanya beberapa orang yang tahu nama asli dan asal ibunya karena ibunya mengganti nama saat tinggal dengan keluarga kecilnya, ini membuat Eve sangat penasaran sehingga ia membawa surat itu menuju kamar mandi beserta beberapa buku di lokernya, ia tahu bahwa Daniel mengirim beberapa mata-mata untuk senantiasa mengawasinya.
Ia membuka surat itu saat ia sudah berada di dalam bilik kamar mandi dan betapa terkejutnya saat ia membaca kata demi kata yang tertulis dengan pena hitam itu.
“ Ana segera pergi dari sisinya, ia yang membunuh orang tua kita. Hubungi kakak dengan nomer ini namun jangan menghubingi kakak dengan ponselmu, jangan kunci lokermu aku akan memberi mu ponsel tapi sebelum itu pinjam ponsel teman mu dulu” tertanda Kenanda Ryanza
Apakah Eve harus mempercayai ini, apakah ini berar-benar kakaknya yang sudah lama menghilang.
Tapi kakaknya yang dulu meninggalkannya sendiri di panti dan setelah beberapa tahun kakaknya mengirimi ia surat dan bagaiman kakaknya bisa mengetahui kebradaanya sungguh teka-teki yang membingunggkan.
Ia tak segera menuruti semua yang ia temukan ia hanya menuruti agar tidak mengkunci lokernya dan perintah yang lain ia abaikan, ia segera berlari menuju depan kampusnya dan benar saja mobil Daniel sudah terparkir disana dan tentu saja dengan seseorang yang menunggunya di dalam.
“kenapa lama?”tanya Daniel langsung saat Eve sudah mendudukan diri di sebelahnya
“Tadi aku mengambil buku dulu dan saat akan pulang aku ingin ke toilet dulu, sudah tidak tahan” jelas Eve yang kemungkinan bahwa Daniel sudah tahu apa yang ia lakukan
“kita akan makan dulu baru pulang” dan di jawab Eve dengan deheman
******
Daniel dan Eve makan dengan tenang dan tidak ada di antara mereka yang ingin memulai pembicaraan terlebih dahulu sampai makanan di piring Daniel yang sudah tandas terlebih dahulu.
“apa tidak ada yang ingin kau katakan?” tanya Daniel tiba-tiba dan menghentikan Eve yang akan menyendokan ice cream ke dalam mulutnya
“ehm.... mengatakan apa?”
“sesuatu yang kau inginkan mungkin?”
“....... Kau tahu dimana kakak ku?”jawab Eve yang sempat diam beberapa saat dan di jawab Daniel dengan anggukan kepala
“dimana?....aku bisa bertemu denganya?” lanjut Eve tidak sabaran
“bisa bertemu denganya namun tidak untuk saat ini”
“kenapa?”
“hanya tidak untuk saat ini”
“baiklah” jawab Eve dengan lirih dan melanjutkan makanya lagi
“Eve...” panggil Daniel
“hemmm”
“di ulang tahun mu yang selanjutnya aku akan menikahimu, baik kau setuju atau tidak” jelas Daniel membuat Eve sangat terkejud, apakah ini lamaran?.. Sangat tidak romantis pikir Eve saat ini namun ia harus menjawab pertanyaan tanpa persetujuan itu.
“tapi saat ulang tahunku berikutnya umurku belum lebih dari 20 tahun bahkan aku belum lulus kuliah” ucap Eve yang berusaha menolak
“sudah aku katakan aku tidak membutuhkan persetujuanmu, dan saat ini kau harus selalu menggunakan cincin ini” perintah Daniel dengan menempatkan cincin yang bergambar tiara bunga pada jari Eve tanpa bisa di tolak lagi olah pemilik jari itu sendiri.
Dengan berat hati Eve hanya diam saat Daniel memasangkan cincin itu pada jarinya. Setelah itu mereka bergegas untuk pulang.
***
Daniel sedang mengerjakan tugas kantor dan Eve sedang mengerjakan tugas sekolahnya, mereka berada di ruang kerja Daniel dimana Daniel yang memaksa gadis itu untuk mengerjakan tugas di ruanganya.
Dan jujur saja sedari tadi Daniel tidak fokus mengerjakan berkas kantor yang harus selesai, ia hanya melihat bagaimana raut wajah Eve saat mengerjakan tugas benar-benar sangat menggemaskan baginya.
Ia tahu gadisnya sangat cerdas namun masih banyak yang belum di mengerti menyebabkan raut wajah bingung dan kesal mendominasi wajah Eve saat ini, dan tentu saja membuat daniel terus tersenyum hanya melihat Eve membolak-balikan buku dengan wajah yang sangat masam.
“perlu bantuan?” tawar Daniel yang melihat gadisnya hampir menyerah mngerjakan tugas di depanya.
______________________________________
👉Jangan lupa👈
👍vote dan komen yaaaaa 👍✌Maafkan typo yang✌ bertebaran dimana mana
Maafkan juga kalau salah penulisanya yaa
Cerita makin garing dan gak jelas!!
Elfa
KAMU SEDANG MEMBACA
Murderous Man
FantasyDaniel Rikzard "Ingin melarikan diri lagi? Tentu kau bisa melakukanya tapi jika tertangkap kau harus menerima hukuman mu, entah kaki atau tanganmu yang aku ambil dan aku pastikan kau tak akan bisa lari lagi" Evelincia Ryanza "Aku harus lari, terus...