Pelangi Pov
Sudah hampir 3 bulan aku bekerja mendampingi Mas Angkasa. Oiya, Mas Angkasa meminta kami (timnya) untuk gak memanggilnya dengan panggilan Bapak atau Pak. Karna memang secara usia pun Mas angkasa ini masih bisa dibilang muda, tahun ini saja usianya baru menginjak 38 tahun.
Kerja sama Mas angkasa sebenernya bisa dibilang enak. Orangnya rinci banget tiap ngejelasin sesuatu. Dia juga ga pernah pelit bagi-bagi ilmu.
Tapi jangan harap untuk dapet kata-kata manis yang bisa menenangkan hati darinya. Mas Angkasa itu kalau ngomong pedesnya bukan main.
Awalnya aku agak kaget waktu mendengar kata-kata yang keluar dari mulut atasan ku itu. Karna sebelumnya selama bekerja dengan Pak Rama, beliau ini ga pernah ngeluarin kata-kata yang bikin orang lain gak nyaman. Tutur katanya bener-bener sopan dan selalu bikin hati yang mendengarnya lebih tenang.
Sedangkan anaknya ini sering banget bikin anak buahnya kalang kabut dengan kata-kata "coba pikir pake otak, bukan pake dengkul!" Atau "bisa-bisanya kantor nerima karyawan ga kompeten kaya kamu!" Atau "begonya ditinggal dirumah aja, ga usah pake dibawa ke kantor" dan masih banyak lagi kata-kata yang jauh lebih sadis dari yang aku sebutkan tadi.
Tapi lambat laun aku udah ga peduli dan ga pernah ku masuki kedalam hati setiap ucapan yang keluar dari mulutnya. Karna tentu aku udah biasa mendapatkan perlakuan kasar dan kata-kata yang jauh lebih kasar.
Selain itu aku juga tau, Mas Angkasa ini lagi berusaha memperbaiki kinerja tim di kantor kami ini. Jadi dia berusaha cukup keras disini.
Saat ini aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Aku sedang memakai seragam kantor ku dan mengancingkan setiap kancing yang ada pada kemeja kerja ku ini.
Ga tau kenapa aku selalu merasa senang dan bangga setiap memakai seragam kerja ku. Rasanya lebih menyenangkan ke kantor dengan pakaian seperti ini, dibanding harus memakai pakain bebas dan formal yang pastinya bikin aku ga nyaman.
Tiba-tiba ku dengar ada panggilan masuk ke Hp ku. Aku berjalan mendekat ke arah kasur dan mengambil Hp ku yang sedang tergeletak di atas kasur. Ku lihat nama Narendra yang muncul di layar Hp ku.
"Hallo" kata ku saat mengangkat panggilan tersebut.
"Sayang, maaf aku ga bisa jemput kamu. Soalnya pagi ini aku harus sampai lebih cepat di kantor" kata Rendra
"Okay ga apa-apa. Hati-hati ya" kata ku sambil membereskan barang-barang yang akan ku bawa.
"Iya, kamu juga hati-hati ya. Kabarin aku kalau kamu udah sampai kantor" kata Narendra lalu menutup telponnya.
Setelah tragedi aku disuruh turun paksa dari mobilnya, malam harinya Rendra datang ke apartemen ku. Dia meminta maaf sambil memeluk ku dengan erat. Selalu seperti itu.
Sama seperti kejadian tadi malam. Narendra tiba-tiba marah besar karna aku menerima telpon dari Mas Angkasa, karna ada pekerjaan medadak yang harus Mas Angkasa selesaikan malam itu juga. Padahal aku sengaja meloudspeaker panggilannya, agar dia juga bisa mendengar percakapan kami.
Tapi setelah aku menutup telpon dari Mas Angkasa, Narendra langsung mendorong ku ke lantai. Dia beberapa kali memukul lengan dan badan ku. Aku yang udah ga punya kekuatan untuk melarikan diri akhirnya cuman bisa diam dan memejamkan mata.
Saat ga mendapatkan reaksi apapun dari ku, Narendra langsung panik dan memeluk ku. Dia mengucapkan beribu kata maaf dan kembali memperlakukan ku dengan baik.
Jujur aku udah lelah sekali saat harus menghadapi emosinya yang bener-bener selalu diluar dugaan ku. Tapi rasanya aku ga mungkin ninggalin dia sendiri. Aku akan jadi orang yang ga tau terimakasih kalau aku meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Untuk Pelangi
RomancePelangi Arkadewi Hanafi sedang berusaha untuk "mengembalikan" sosok Narendra Lesmana seperti dulu, sebelum mimpi buruk mendatangi kehidupan Narendra. Angi berusaha bertahan dan menghadapi segala perlakuan kasar Narendra, karna ia yakin Narendranya y...