PART 2

4.9K 450 25
                                    

Angkasa Pov.

"Angi, ke ruangan saya sekarang" kata Pak Rama Ardianto sambil menatap ke arah ku.

Sebelumnya perkenalkan, nama ku Angkasa Dewangga Ardianto. Ya, aku dan pria paruh baya di depan ku ini memiliki nama belakang yang sama. Beliau adalah Papah ku sekaligus pemilik stasiun tv swasta tempat ku bekerja (mulai hari ini).

Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Usia ku 38 tahun. Status Duda dan memiliki 1 orang anak perempuan berusia 9 tahun.

Aku sudah bekerja di bidang ini kurang lebih selama 15 tahun. Sebelum bekerja di stasiun tv milik Papa ku ini, aku pernah bekerja di beberapa stasiu tv lain dan pada akhirnya mulai sekarang aku harus mengabdi disini. Di perusahaan milik orang tua ku.

Bukan, bukan karna aku udah ga di lirik lagi oleh stasiun tv lain. Tapi karna aku membutuhkan bantuan kedua orang tua ku dan orang tua ku juga membutuhkan bantuan ku. Simbiosis mutualisme.

Tok tok tok

"Ya masuk" kata Pak Bos di hadapan ku ini.

"Angi, udah kasih tau setiap ketua divisi kalo hari ini kita kedatangan karyawan baru?" Tanya Papa ke arah perempuan yang berdiri di samping ku.

"Udah Pak. Pertemuannya dimulai 10 menit lagi" jawab perempuan yang sebentar lagi akan menjadi asisten ku.

"Udah beresin barang-barang kami Ngi?" Tanya Papa.

Pelangi hanya menganggukan kepalanya.

"Yaudah mumpung masih ada waktu, kamu ke ruangan mu dulu Sa. Sekalian simpan barang-barang kamu." Kata Papa.

Aku berdiri dan berjalan keluar dari rungan Papa. Saat sudah diluar ruangan Papa, aku baru ingat satu hal, kalau aku ga tau ruangan ku berada dimana.

Aku memang sudah beberapa kali berkunjung ke kantor ini. Tapi aku hanya tau letak ruangan Papa aja. Selebihnya aku ga mau tau (awalnya). Tapi akhirnya aku bakal mengetahui seluk beluk setiap ruangan yang terdapat di gedung ini.

Saat aku membalikan badan, tubuh Pelangi sudah tepat berada di belakang ku. Dia mundur beberapa langkah dan wajahnya terlihat kaget dengan pergerakan ku yang tiba-tiba.

"Ruangan saya sebelah mana?" Tanya ku.

"Bapak belum tau ruangan Bapak dimana?" Tanya Pelangi sambil mengerutkan dahinya.

"Kalau saya tau, saya ga akan buang-buang waktu buat nanya sama kamu" kata ku.

"Yaudah ayok Pak saya antar" kata Pelangi sambil berjalan mendahului ku.

Kami berjalan kearah lift dan ada beberapa karyawan lain yang sedang menunggu pintu lift terbuka. Saat aku dan Pelangi sudah berada di depan lift, beberapa orang langsung melihat ke arah kami.

Aku yakin kalau sebagian besar dari karyawan Papa sudah tau kalau aku ini anak Bos mereka. Selain aku sering menghadiri acara yang diadakan oleh perusahaan orang tua ku ini, aku juga dulu pernah menikah dengan selebritis yang sedang berada di puncak karirnya. Otomatis pasti banyak orang yang akan mencari tahu tentang latar belakang keluarga ku.

Aku dan Pelangi sedang melawati beberapa ruangan yang sudah diisi oleh beberapa karyawan. Mereka sepertinya sedang melakukan briefing pagi, sebelum memulai kerja hari ini.

Tiba-tiba Pelangi membuka pintu salah satu ruangan.

"Pak Angkasa, ini ruangan Bapak. Kalau Bapak butuh sesuatu bisa langsung hubungi saya" kata Pelangi sambil memberikan kartu namanya.

"Saya biasanya jarang ada di meja, Bapa bisa telpon ke Hp saya kalau butuh sesuatu dan ga liat saya di meja." Lanjut Pelangi.

"Pelangi, saya ga nyaman di panggil Pak atau Bapak. Kamu bisa panggil saya Angkasa" kata ku sambil memperhatikan kesekeliling ruangan ku.

Dunia Untuk PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang