PART 8

4.5K 454 10
                                    

Hallo hallo hallo

Jumpa lagi dengan Pelangi dan Angkasa

Semoga cerita ini ga membosankan ya

Selamat membaca!

**********************************************************************

Pelangi Pov

Hari ini, adalah hari ke 4 kami di Alor. Beberapa hari yang lalu Mas Angkasa mengungkapkan perasaannya pada ku. Jujur sebenarnya aku masih bingung dengan sikap Mas Angkasa yang selalu berusaha melindungi ku. Kenapa Mas Angkasa dengan mudah mau melindungi ku dari segala hal yang bisa membahayakan ku.

Narendra sendiri masih tetap ga berhenti meneror ku. Dia bahkan mulai menelpon dan memberikan ancaman melalui pesan singkat dengan nomer baru. Bahkan ada beberapa nomer baru yang aku yakini itu milik Narendra.

Aku menceritakan hal tersebut ke Mas Angkasa. Dia bahkan menawarkan ku untuk mengganti nomer hp baru. Tapi rasanya akan percuma kalau aku mengganti nomer baru. Narendra tahu tempat ku tinggal, dia bisa mendatangi ku kapan pun dia mau.

Saat ini aku sedang bersiap-siap untuk segera turun dan sarapan di bawah bersama yang lain. Tiba-tiba hp ku berbunyi. Awalnya aku mengira itu teror dari Narendra, tapi ternyata kali ini adalah telpon dari Mas Angkasa. Aku mengambil hp dan buru-buru mengangkatnya.

"Ngi, Mas di depan" kata Mas Angkasa.

Mas Angkasa sudah mengubah panggilannya. Semenjak ia mengungkapkan perasaannya, panggilan 'saya' sudah berubah menjadi 'Mas'.

Nada bicara ketus milik Mas Angkasa juga benar-benar sudah menghilang. Jujur aku masih ga menyangka dengan semua perubahan yang terjadi ini.

"Oh iya, tunggu sebentar Mas." Jawab ku.

Hari ini aku memakai celana berwarna hitam yang panjangnya sedikit diatas lutut. Untungnya semua luka memar di kaki ku sudah memudar, jadi ga akan terlalu mencolok dan ga terlihat memalukan untuk memakai celana seperti ini.

Setelah membawa beberapa perlengkapan untuk syuting hari ini, aku berjalan keluar dari kamar hotel ku. Saat aku membuka pintu kamar hotel, Mas Angkasa sedang menyandarkan tubuhnya ke dinding sebrang pintu kamar ku. Tangan kirinya dia masuk kedalam saku celana, sedangkan tangan kanannya sedang memegang hp didekat telinganya. Dia tersenyum dan berjalan mendekat ke arah ku sambil berbicara dengan seseorang di telpon.

"Ara" bisik Mas Angkasa sambil memperlihatkan layar Hpnya.

Kami berjalan bersampingan kearah lift. Mas Angkasa masih berbicara dengan Ara di telpon. Aku sesekali melirik ke arahnya dan tersenyum saat mendengarkan obrolan Mas Angkasa dan putri kecilnya itu.

Tiba-tiba Mas Angkasa meraih tangan ku dan menggenggamnya. Dia melihat ke arah ku sambil tersenyum.

"Papah masih 3 hari lagi di Alor Ra" kata Mas Angkasa.

"Iya, nanti pulang dari Alor Papa langsung kerumah Oma" Mas Angkasa melepaskan genggaman kami dan menekan tombol lift.

"Hati-hati ya nak. Jangan meropotkan Mama mu" kata Mas Angkasa kali ini sambil menutup telponnya.

Mas Angkasa memandangku sambil tersenyum dan aku baru menyadari satu hal. Laki-laki disamping ku ini ternyata lebih tampan dari yang aku kira. Lesung pipit di pipinya membuat laki-laki ini semakin menarik.

Selama beberapa bulan ini aku memang ga perduli dengan gosip-gosip yang beredar tentang Mas Angkasa. Aku tahu banyak karyawan perempuan yang tertarik sama Mas Angkasa. Bahkan ada yang terang-terangan bertanya pada ku apa saja makanan dan minuman favorit Mas Angkasa. Ga jarang setelahnya mereka menitipkan makanan kesukaan Mas Angkasa pada ku.

Dunia Untuk PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang