PART 19

3.9K 419 12
                                    

Pelangi Pov

"Sa, kalau dulu aku ga minta pisah. Hubungan kita masih baik-baik aja ga ya?" Ku dengar suara Mbak Eleena saat membuka pintu ruang perawatannya.

Aku yang tadinya berniat masuk dan mengambil dompet ku yang tertinggal di dalam, akhirnya hanya berdiam diri di depan ruang pintu perawatan Mbak El.

"Yang jelas mungkin karir mu ga sebaik sekarang El" jawab Mas Angkasa.

"Aku minta maaf ya Sa" Kata Mbak Eleena.

"Maaf karna dulu aku egois, mementingkan ego ku sendiri. Aku tahu kata-kata ku dulu ga pantas aku keluarkan. Tapi saat itu kondisi ku lagi diluar kontrol" suara Mbak Eleena mulai sedikit bergetar.

"Sa, ga bisa kah kamu kasih kesempatan buat ku? Buat memperbaiki semuanya. Buat bareng-bareng sama kamu dan Ara lagi" pertanyaan dari Mbak Eleena akhirnya membuat ku menutup pintu dan berbalik menjauh dari ruangan tersebut.

Aku berjalan ke arah taman yang ada di rumah sakit ini. Rasanya mendengar pertanyaan Mbak El untuk Mas Angkasa tadi membuat hati ku sedikit gelisah. Gelisah dengan jawaban yang akan Mas Angkasa berikan.

Hubungan mereka memang sudah membaik akhir-akhir ini. Mas Angkasa dan Mbak El memang lebih banyak meluangkan waktu bersama untuk Ara. Tapi aku ga tau kalau ternyata Mbak El masih berharap untuk kembali lagi bersama Mas Angkasa.

Mas Angkasa sendiri sudah mulai bisa berdamai dengan masalalunya. Dia bilang dia sudah memafkan Mbak El. Alasannya hanya satu, semua untuk Ara putri kecilnya.

Mas Angkasa ga mau Ara tumbuh dengan membenci ibunya. Bagaimana pun, ibunya sangat menyanyangi dan mencintai Ara. Masalahnya waktu itu hanyalah mereka yang ga bisa meredam ego mereka masing-masing.

Hal yang menjadi tanda tanya besar untuk ku adalah bagaimana perasaan Mas Angkasa ke Mbak Eleena saat ini. Aku tahu, Mas Angkasa menyayangi ku. Banyak hal yang sudah Mas Angkasa lakukan untuk ku.

Tapi aku ga tau bagaiamana perasaan Mas Angkasa untuk Mbak Eleena saat ini. Bagaiamanapun juga, mereka sudah pernah menikah dan memiliki seorang putri. Rasanya ga mungkin kalau ga ada perasaan apapun lagi diantara mereka.

Aku duduk disalah satu kursi taman. Sesekali aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Berusaha untuk menenangkan diriku sendiri.

"Pelangi" tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggil nama ku.

"Narendra" kata ku saat melihat Narendra yang sedang berdiri di hadapan ku.

"Hei apakabar?" Tanya Narendra sambil berjalan mendekat dan duduk disebelah ku.

"Baik, kamu apa kabar Ndra?" Tanya ku sambil tersenyum ke arahnya.

"Yaah beginilah" kata Narendra sambil mengangkat kedua bahunya.

"Kamu ngapain di sini Ngi?" Tanya Narendra.

"Lagi nemenin temen yang sakit" jawab ku sedikit berbohong.

"Oalah, anak kantor Ngi?" Tanya Narendra.

"Bukan. Kamu ngapain Ndra? Jengukin siapa?" Tanya ku berusaha mengalihkan pertanyaan Narendra.

"Baru selesai ketemu dokter" jawab Narendra sambil tersenyum.

"Kamu sakit apa Ndra?" Tanya ku.

"Cuman lagi sering konseling aja sama salah satu Sp.Kj di RS ini Ngi" jawab Narendra.

"Kamu ke psikiater Ndra?" Tanya ku

Narendra tersenyum sambil menganggukan kepalanya.

"Sejak kapan?" Tanya ku lagi.

Dunia Untuk PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang