PART 24

4K 465 25
                                    

Pelangi Pov

Saat ini aku sedang duduk di dalam mobil sambil memperhatikan Mas Angkasa yang sedang mengobrol dengan Mbak Eleena. Mas Angkasa yang tadi sengaja membuka kaca mobil membuat ku samar-samar dapat mendengar obrolan mereka.

Tiba-tiba aku melihat Ara berlari ke arah Mas Angkasa dan memeluknya.

"Papa, Papa ga boleh nikah sama Tante Angi ya"

Ucapan dari Ara tadi membuat nafas ku berhenti untuk sementara waktu. Aku berusaha untuk menenangkan diri ku dan mengatur nafas ku dengan baik.

Putri kecil Mas Angkasa terlihat dalam keadaan yang ga baik saat ini.

"Pokoknya Papa ga boleh nikah sama Tante Angi... Hiks"

Saat mendengar ucapan Ara lagi perasaan ku menjadi sangat kacau. Mataku sudah buram dan ga bisa melihat pemandangan di depan ku dengan jelas.

Aku herusaha mengatur nafas ku kembali sambil memandang atap mobil, berusaha untuk menahan air mata ku agar ga keluar.

Rasanya semuanya semakin sulit untuk ku. Sebenarnya aku dan Mas Angkasa belum pernah membicarakan tentang pernikahan untuk hubungan kita. Tapi aku juga tahu, Mas Angkasa ga pernah bercanda dengan hubungan yang sedang kami jalani ini.

Dan saat mendengar ucapan Ara tadi, membuat ku harus mengubur harapan-harapan ku pada Mas Angkasa. Karna ga mungkin aku terus berharap saat Ara sendiri ternyata ga mengharapkan kehadiran ku.

Aku melihat Mas Angkasa yang sedang menggendong Ara berjalan mendekat ke arah mobil. Sepertinya Ara sudah tertidur pulas di pelukan Papanya.

Saat aku melihat ke arah Mbak Eleena, ternyata dia sedang memandang ke arah ku. Aku berusaha untuk tersenyum dan menganggukan kepala ku. Mas Angkasa ternyata sudah membuka pintu disamping ku.

"Ara di pangku aja ya Ngi." Kata Mas Angkasa sambil mendudukan Ara di pangkuan ku.

Aku mengangguk lalu langsung memeluk Ara dan mencium rambutnya berkali-kali. Rasanya aku benar-benar ingin menangis saat mengingat perkataan Ara tadi.

Mas Angkasa sudah duduk di belakang kemudi dan langsung menjalankan mobil untuk keluar dari area rumah orang tua Mbak El.

Selama di perjalanan aku berusaha menahan tangisan ku. Berkali-kali aku mencium rambut Ara, berusaha menyalurkan kasih sayang yang sudah tumbuh di hati ku untuk putri kecil Mas Angkasa.

Mas Angkasa yang sedang fokus mengendarai mobil sesekali mengusap rambut ku. Bukannya membuat ku menjadi lebih tenang, kali ini perlakuan Mas Angkasa malah membuat ku semakin ingin menangis.

Sesampai di parkiran hotel, Mas Angkasa langsung keluar dari mobil dan berjalan ke arah pintu disamping ku. Dia membuka pintu dan membawa Ara kedalam gendongannya.

Kami sedang berjalan kearah kamar Mas Angkasa. Setelah masuk kedalam kamar, Mas Angkasa menidurkan Ara di kasur dan mengusap kepala Ara penuh dengan kasih sayang.

Setelah menyelimuti tubuh Ara, Mas Angkasa berjalan mendekat kearah ku dan merangkul ku untuk berjalan ke arah ruang tamu yang terdapat di dalam kamar hotel ini.

Mas Angkasa membantu ku untuk duduk di sofa yang ada diruangan ini. Lalu dia menghadap ke arah ku. Air mata ku tiba-tiba mengalir begitu saja.

"Aku harus gimana Mas?" Tanya ku sambil menutup wajah ku dengan kedua tangan.

"Besok kita bicara sama Ara baik-baik ya" kata Mas Angkasa sambil menarik ku kedalam pelukannya.

"Kita ga punya rencana untuk nikah besok kan Ngi?" Tanya Mas Angkasa sambil mencium pelipis ku.

Dunia Untuk PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang