PART 16

4.5K 460 19
                                    

Angkasa Pov

Aku sedang merokok sambil memanaskan mobil di parkiran villa milik Pak Hidayat. Rencananya sebentar lagi aku dan Pelangi akan kembali pulang ke Jakarta, karna besok pagi harus kembali bekerja. Orang tua dan putri ku akan menetap sehari lagi disini. Karna ada urusan Papah yang belum selesai.

Udara disini benar-benar membuat ku nyaman. Aku ga pernah sekalipun merasa kegerahan selama berada di sini. Saat pandangan ku sedang memperhatikan area villa milik Pak Hidayat, tiba-tiba mata ku berhenti pada gazebo yang terdapat di area villa ini.

Aku jadi teringat kejadian tempo hari. Saat aku mengetahui fakta bahwa Pelangi ternyata anak Ibu Liliana. Pelangi memang terlihat berbeda saat melihat Bu Liana. Tapi aku ga berfikir kalau ternyata mereka saling mengenal satu sama lain.

Sampai akhirnya aku melihat Pelangi yang sedang berbicara dengan Bu Liana. Aku yang saat itu hanya ingin menyapa mereka, nyatanya mendapat kejutan saat melangkah mendekat ke arah mereka.

Awalnya aku ga berniat untuk menghampiri Pelangi. Aku ingin Pelangi mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarganya itu. Tapi saat melihat Pelangi menangis sambil terduduk dihadapan Bu Liana, aku tahu Pelangi membutuhkan bantuan.

Tapi aku benar-benar bersyukur karna kesalah pahaman yang terjadi selama 8 tahun ini sudah dia selesaikan oleh Pelangi.

"Angkasa" aku mendengar seseorang memanggil nama ku, ternyata suara itu milik Pak Hidayat.

Beliau berjalan mendekati ku dan berdiri di hadapan ku. Aku yang sedang merokok buru-buru mematikan rokok ku dan membuangnya.

"Padahal ga apa-apa rokoknya ga usah dimatikan. Santai saja" kata Pak Rama sambil tersenyum.

"Angkasa, saya ga tau sebenarnya kamu dan Pelangi ada hubungan apa. Tapi saat melihat perlakuan mu kemarin ke Pelangi, aku tahu kamu menyayangi Pelangi." Kata Pa Hidayat.

"Pelangi tumbuh menjadi perempuan yang kuat. Kami ga tau apa aja yang sudah terjadi pada kehidupan Pelangi selama 8 tahun ini. Tapi saat pertama kali aku melihat Pelangi, aku tau kalau selama ini dia pasti melalui banyak kejadian yang ga mudah." Secara perlahan Pak Hidayat menghembuskan nafasnya.

Aku mengangguk, membenarkan apa yang Pak Hidayat katakan tadi.

"Saya rasanya ga layak jadi orang tua untuk Pelangi. Tapi saya ingin menebus kesalahan yang sudah saya lakukan. Saya ingin menjadi orang tua yang baik untuk Pelangi"

"Saya dan Liana sebenarnya ingin meminta Pelangi untuk tinggal bersama kami disini. Tapi rasanya itu ga mungkin. Karna Pelangi sedang menikmati dunia baru yang sudah dia miliki. Kami ga mau merebut dunia milik Pelangi lagi."

"Apa saya dan Liana boleh menitipkan Pelangi sama kamu Sa? Tolong jaga Pelangi. Setidaknya sampai Pelangi mau kembali bersama ibunya" kata Pa Hidayat.

Aku yang sedari tadi ga mengeluarkan suara apapun akhirnya hanya bisa tersenyum mendengar setiap kata yang Pak Hidayat ucapkan.

"Tanpa Bapak minta, sejak saya mengenal Pelangi saya sudah berusaha menjaganya. Bahkan suatu saat Pelangi memutuskan untuk kembali bersama Bu Liana pun, saya akan tetap berusaha menjaga Pelangi" jawab Ku.

Pa Hidayat tersenyum sambil menghembuskan nafasnya.

"Mas, aku udah selesai beresin semua barang-barang Mas." Tiba-tiba Pelangi sudah berada di dekat ku.

"Kalian jadi pulang sekarang?" Tanya Pak Hidayat.

Pelangi tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Mmm Om. Saya..." ucapam Pelangi terhenti dan dia hanya memperhatikan Pak Hidayat dalam diam.

"Kenapa Pelangi?" Tanya Pak Hidayat.

Dunia Untuk PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang