PART 11

4.8K 474 7
                                    

Angkasa Pov

Pelangi sudah dipindahkan ke ruang perawatan sejak beberapa jam yang lalu. Saat ini jam sudah menunjukan pukul 5 pagi, dia masih tertidur dan belum sadarkan diri.

Kantuk ku sudah menghilang begitu saja. Kejadian malam tadi benar-benar membuat ku ga bisa memejamkan mata dengan tenang. Melihat Pelangi yang sekujur tubuhnya dipenuhi luka membuat ku ga bisa bernafas dengan baik.

Saat ini aku sedang duduk disamping tempat tidur Pelangi. Ku perhatikan wajahnya yang masih sangat pucat. Pelipis Pelangi harus mendapatkan beberapa jahitan karna lukanya cukup besar dan saat ini luka di pelipisnya sudah dipasangkan perban.

Beberapa luka lain di wajahnya pun sudah diberikan obat oleh dokter. Luka-luka disekujur tubuhnya juga sudah diobati. Dokter bilang ga ada luka serius di tubuh Pelangi. Dia hanya shock karna kejadian yang menimpanya ini.

Akhirnya aku menceritakan kejadian yang sebenarnya pada dokter yang menangani Pelangi. Bukan bermaksud membuka cerita menyedihkan milik Pelangi, hanya saja aku ingin Pelangi mendapatkan penanganan yang terbaik.

Aku berharap Pelangi ga hanya mendapatkan penanganan untuk fisiknya saja, tapi jelas Pelangi juga harus mendapatkan penanganan untuk mentalnya. Ga menutup kemungkinan Pelangi akan mengalami trauma setelah kejadian semalam.

Aku sendiri ga tau kondisi Narendra bagaimana saat ini. Sejujurnya emosi ku sedikit ga terkendali saat menemukan Pelangi ga sadarkan diri di apartemennya. Tadi aku sempat memukul Narendra beberapa kali, dan aku yakin pukulan ku pasti sangat kencang.

Melihat Narendra ga melakukan perlawanan dan hanya memandang Pelangi sambil menangis, aku yakin saat ini kondisi Narendra pun pasti sedang ga baik.

Bang Ucup sendiri sudah ku minta untuk pulang dan membawa mobil ku ke rumahnya. Awalnya dia menolak karna takut mobil ku kenapa-kenapa kalau dia bawa pulang ke rumahnya.

Tapi aku ga mungkin membiarkan Bang Ucup pulang berjalan kaki ke rumahnya. Dia baru pulang jam 2 malam dari rumah sakit. Sudah pasti ga akan ada kendaraan umum yang masih berkeliaran kan.

Pandangan ku kembali menatap Pelangi yang masih tertidur. Pelangi... Aku pertama kali bertemu dengannya saat acara ulang tahun perkawinan kedua orang tua ku.

Saat itu Papa mengenalkan ku dengan Pelangi. Papa mengenalkan Pelangi sebagai sekertaris barunya. Karna saat itu sekertaris lama Papa sedang cuti melahirkan.

Pelangi hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya saat berhadapan dengan ku. Dia ga mengucapkan sepatah kata apapun. Pelangi hanya akan tersenyum dan menganggukan kepala saat Papa berusaha mengajaknya agar mau berbicara dengan ku.

Pertama kali bertemu dengan Pelangi aku sudah menyadari satu hal, perempuan ini berbeda. Pelangi ga seperti perempuan lain yang ada di sekeliling ku.

Setelah Papah mengenalkannya pada ku, dia bahkan langsung pamit untuk meninggalkan aku dan Papah. Dia sama sekali ga berusaha mengajak ku mengobrol atau mencari perhatian ku.

Penampilan Pelangi saat itu juga bisa dibilang biasa aja. Saat itu dia memakai dress panjang berwarna hitam. Wajahnya pun terlihat sangat pucat, seperti ga menggunakan make up. Rambut sebahunya juga ia biarkan tergerai begitu saja. Tapi menurut ku Pelangi cantik, dengan caranya sendiri.

Aku yang sebenarnya ga begitu menyukai suasana acara perayaan seperti saat itu, akhirnya memilih untuk kabur ketaman belakang rumah. Saat aku akan berjalan ke arah kursi taman, aku melihat pelangi sedang duduk bersandar disana sambil memejamkan matanya.

Pelangi cukup lama memejamkan matanya. Beberapa kali dia menghembuskan nafasnya secara perlahan. Dia seperti tenggelam dengan dunianya sendiri.

Entah apa yang sedang perempuan itu pikirkan, tapi sepertinya dia mencoba menenangkan dirinya. Aku hanya memperhatikan Pelangi dalam diam. Mencoba melihat beberapa perubahan pada ekspresi wajahnya.

Dunia Untuk PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang