27

8.6K 740 146
                                    

"Happy Birthday Aileen, anak mami tersayang." Prilly mencium pipi putranya itu.

Aileen tersenyum senang menerima ciuman sang mami di pipinya. "Berarti umur Aileen udah 5 tahun ya mami?"

Prilly mengangguk. "Iya Good boy, kamu sekarang umurnya menjadi 5 tahun."

Aileen mencium balik pipi sang mami tercantik. "Hore, berarti nanti Aileen bakal sekolah?"

"Belum. Aileen belum bisa sekolah. Nanti kalo udah umur 6 tahun baru sekolah SD."

"Aileen ingin ketemu papi Daniel!" Pinta Aileen.

"Yaa, Papi Daniel masih ada pekerjaan di rumah sakit. Tapi nanti Aileen dikasih hadiah katanya. Sabar ya, Aileen." Prilly mengacak-acak gemash rambut putranya yang sudah semakin beranjak besar.

"Leeee!" Panggil Indah membuat Aileen tersenyum manis pada Indah. "Ini buat Aileen!"

"Makasih Aunty!" Aileen menerima hadiah pemberian Indah. Dia mengocok kotak itu, dia penasaran dengan isinya. "Boleh dibuka ga Aunty?"

Indah dan Prilly tertawa melihat wajah Aileen. Indah mengangguk. "Tentu saja boleh Lee, kan Aunty udah kasih itu sama Lee dan itu sudah menjadi milik Lee. Ayo, dibuka."

Aileen dengan cepat membuka hadiahnya. Dia berbinar-binar ketika melihat mainan pesawat terbang. "Asik, pesawat terbang!" Pekiknya.

Prilly yang sudah melihat isinya mainan pesawat-pesawatan. Dia langsung mengambilnya membuat Aileen menatapnya.

"Ada apa mami?"

Indah juga bingung tiba-tiba saja Prilly menjauhkan mainan pemberiannya.

"Kenapa?" Tanya Indah ketika Prilly menatapnya.

"Harusnya aku mengatakan itu. Kenapa kau memberikannya mainan ini?"

"Lho, bukannya Lee sangat suka sama mainan berbau pesawat?"

Aileen manggut-manggut. "Mami, Aunty bener. Lee sangat suka sama mainan itu. Mami, Lee ingin mainannya." Rengek Aileen.

"Kamu kan banyak mainan Lee."

"Tapi aku tidak punya mainan yang seperti itu. Lee suka pesawat terbang, itu sangat keren. Lee ingin mainan itu."

"Ga boleh. Kamu ga boleh punya mainan seperti ini, robot-robot atau lainnya boleh tapi kalo yang ini ga boleh Aileen."

Aileen menatap maminya dengan sendu. Dia tanpa berkata-kata lagi langsung berlari dan pergi ke kamarnya membuat Prilly menghembuskan nafasnya.

"Lihat, dihari ulang tahunnya kau sudah membuatnya sedih."

Prilly menatap sahabatnya itu.
"Apa katamu? Indah aku sudah bilang kau jangan membelikan mainan seperti ini. Aku tidak suka."

Indah tersenyum miring. "Mengapa? Keliatannya kau begitu tidak menyukai benda atau tentang pesawat terbang. Apa karena Ali?"

Mendengar nama Ali.

Prilly terdiam.

"Jangan menyebutkan nama itu lagi Ndah."

Jodoh PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang