"Hai." Sapa Ali tersenyum.
"Kamu ngapain masih kesini-kesini lagi?"
Ali diam sebentar. "Kamu ga suka saya kesini? Kan saya udah bilang waktu itu, jangan menyuruh saya untuk mundur."
"Ini."
Ali melihat tangan kanan Prilly, sebuah Cincin. "Ada apa? Kenapa kamu lepas cincinnya?"
"Ambil ini."
Ali menggeleng."Cincin yang sudah dipake, mana bisa dibalikin lagi. Itu sekarang menjadi milikmu."
"Maaf, tapi aku ga pantes lagi memakai cincin ini Li."
"Kenapa?" Lirih Ali sedih.
"Karena... Karena Minggu ini aku akan menikah."
Saat itu juga, Ali menggeram.
Dia memegang kedua bahu Prilly dan menatapnya lekat-lekat. "Jadi kamu nyerah? Pril, saya akan menyakinkannya kalo kita saling mencintai. Kamu ga bisa nikah sama dia, kamu sudah menjadi tunangan saya Pril. Buktinya kamu terima lamaran saya kan?"
"Gaa, kata siapa? Aku ga terima lamaran kamu." Ucap Prilly tanpa menatap Ali.
Berat rasanya, dia mencoba untuk menahan dirinya yang sudah terguncang hebat.
Ali tertawa pelan, dia masih menatap wajah Prilly yang mencoba memalingkan wajahnya. "Lihat saya, katakan jika kau tidak mencintai saya. Katakan!"
"Lepasin Ali, lepasin."
"Katakan." Desak Ali.
Prilly menahan napasnya, lalu menghembuskan nafasnya secara perlahan. Begitupun juga dia membalas menatap mata hitam legam milik Ali yang bertemu dengan mata hazel miliknya. "Aku memang Mencintaimu."
Ali tersenyum mendengar kalimat itu.
"Tapi aku akan berhenti untuk mencintaimu lagi."
Ali menggeleng. "Kenapa? Kamu ga boleh melakukan itu sama saya Pril."
"Maaf Captain Ali." Sesal Prilly.
Dia melakukan itu terpaksa.
"Mungkin memang ini sudah takdirnya, kalo kita memang ga bisa bersatu."
"Jangan bicara seperti itu, kita bisa bersama." Yakin Ali sembari menggenggam tangan Prilly erat, mengisyaratkan bahwa mereka bisa bersama-sama.
"Maaf..."
"Pril... Saya bener-bener cinta sama kamu."
Prilly seakan-akan sudah menutup rapat-rapat indera pendengarannya.
"Maxime." Desis Prilly, melihat Max sudah berdiri dibelakangnya Ali.
Ali ikut berbalik badan, tubuhnya menegang sebentar melihat Max yang sedang memandangnya.
Prilly menghapus sebentar sisa air matanya, lalu melepas tangannya dari Ali beralih ke Max.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilot
Hayran KurguHidupnya kebanyakan berhalusinasi tinggi dan tak pernah membayangkan sebelumnya bakal dipertemukan jodoh seperti itu.