12

11.2K 988 115
                                    

Ali balik lagi untuk mencari cincin itu. "Dimana cincinnya."

Satria menatap Ali bingung.
"Capt! Lo ngapain masih disini? Ayo pulang, kita ga ada tugas lagi disini."

"Sebentar, tadi gue berdiri disini terus gue masih ingat itu cincin jatuhnya disini, Sat." Ali masih terus mencari cincinnya yang seharusnya dia berikan kepada Prilly tapi tidak jadi.

Acaranya berantakan.

"Mungkin udah diambil sama orang lewat. Yaudah sih, udah Lo buang ngapain diambil lagi. Lo banyak duit ini kan Li."

"Bukan masalah itu! Itu cincin dari Mama gue! Itu cincin pertunangan mama gue dulu waktu papa gue melamar mama gue Satria!"

"Demi apa Lo?" Satria keliatan menganga lebar.

"Iyaaa, gimana ini Satria." Ali mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Aduh, Lo ngapain tadi buang cincinnya kalo itu punya mama Lo."

"Gue reflek tadi, karena gue... Gue kecewa Prilly nolak lamaran gue." Ucap Ali sedih.

Satria menghela nafas. Dia menepuk pundak sahabatnya itu.
"Udah Lo sabar, ngapain sih Lo pedulikan dia lagi. Biarin aja."

Ali masih tidak percaya.

Sepulang dari bandara.

"Anak mama yang tampan!"

Ali tersenyum tipis saja dan menyalim tangan Resi. "Ma, Ali udah pulang. Kalau begitu Ali kekamar dulu ya."

"Ets, tunggu dulu. Mama belum selesai. Mama pengen tahu gimana? Prilly pasti terima lamaran kamu kan iya kan?"

"Hmmm... Itu ma cincinnya..."

"Aaahh mama tahu pasti cincinnya sudah dijari manis kanan Prilly aaahh selamat ya sayang. Duh, tinggal menunggu waktu yang tepat kalian akan menikah. Secepatnya lho urus kapan kapannya kalian menikah. Terus cari sepasang cincin pernikahannya. Kalo cincin itu, pasti hanya berlaku sementara saja. Nanti kamu bilang sama Prilly ya Li, cincin dari Mama disimpan saja jika sudah ada pengganti cincin pernikahan kalian."

"Iya ma tapi-"

"Aduh, nanti kita selamatan ya Li buat kalian."

"Selamat sayang." Resi mencium pipi Ali kanan dan kiri. Dia terlihat sangat bahagia sekali.

Ali tersenyum terpaksa. Dia ingin mengatakan sebenarnya tetapi kenapa rasanya berat sekali.

"Junaaaaa, Papaaaaa!" Teriak Resi. Lalu dia menoleh lagi kearah Ali. "Sini dong ganteng, duduk yuk. Nanti kamu malam bawa Prilly kerumah, harus ya. Mama pengen lihat calon menantu." Girang Resi lagi.

Yaallaah, maaa.

"Iya, iya ada apa mama, teriak-teriak? Ini di rumah bukan di hutan." Sahut Alkhatiri.

Arjuna melompat lompat ke sofa setelah keluar dari kamarnya. "Iya haahha mama kaya di hutan aja deh. Kak Ali! Ayo kita bermain!" Ajak Arjuna sembari terus melompat-lompat.

"Aduh Juna! Kamu itu bukan anak kecil lagi! Jangan begitu ah, turun kamu turun. Kakak kamu itu bakal bantuin mama, ngapain kamu ajak main. Oh ya Pah, Ali sama Prilly sudah resmi menjadi tunangan."

Jodoh PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang