23

10.3K 822 61
                                    

"Mama mau ngomong dong sama menantu."

Ali tersenyum. Dia menatap Prilly yang juga berada di sampingnya. "Mama mau ngomong sama kamu."

"Mana."

Ali memberikan ponselnya pada Prilly. Ya mereka memang sedang bertelepon denhan Resi dan Alkhatiri.

"Assalamualaikum mama."

"Walaikumsalam!"

"Eh, ada suara papa juga. Hai papa."

"Kamu hati-hati ya sama Ali."

"Pasti kok mama papa."

"Jangan lupa pesen mama, menantu!"

"Hahaha iya mama, Prilly ga akan lupa kok kalo itu mah."

Mereka ngobrol banyak.

"Udah ngomongnya?"

Prilly mengangguk. "Udah nih."

Ali menaruh kembali ponselnya di atas meja dan memeluk tubuh Prilly erat. "Mama pesen apa?"

"Hahaha masa kamu gatahu sih Captain. Mama minta cucu katanya."

Ali ikut tertawa pelan. "Ya semoga aja secepatnya ya."

Prilly tersenyum ketika Ali mengelus perutnya yang datar.
"Aamiin yaallah. Kan kita udah usaha hehehe."

"Mau lagi?" Goda Ali.

"Astaga, masih siang."

"Ga masalah sayang, siang pagi sore malam."

Prilly tertawa saja.

Ali mencubit gemash pipi sang istri sebelum menyatukan bibir mereka berdua. Prilly dengan senang hati membalas ciumannya.

"Kamu denger ga Sayang?" Ali menghentikan kegiatannya.

"Apa? Ga denger."

"Seperti ada yang menekan bell rumah. Jangan-jangan itu pembantu barunya udah datang."

"Emangnya hari ini udah datang?"

"Iya, mama yang bilang."

Ali sudah beranjak dari ranjang dan keluar kamar. Prilly menguncir rambutnya asal dan menyusul Ali untuk melihat siapa pembantu baru dirumah mereka nanti.

"Silahkan masuk bibi. Dengan bibi Siti ya?"

"Iya tuan."

"Ayo masuk bibi. Mulai sekarang bibi bisa bekerja disini, saya gak perlu lagi tanya-tanya sama bibi ya karena sudah lengkap semuanya."

"Iya tuan sebelumnya saya sudah ditanyakan banyak oleh ibu Resi."

"Sayang, ini pembantu rumah kita?" Tanya Prilly menatap bibi Siti.

"Iya, Sayang. Kenalan dari mama."

"Hai, Bibi selamat datang dirumah kami hehe. Semoga bibi betah ya."

Jodoh PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang