"Dengarkanlah baik-baik."
Prilly mengangguk dan mulai mendengarkan semua cerita semasa Ali menghilang selama 5 tahun itu.
Ali membuka pintunya dengan susah payah, lalu menutup kembali pintunya dengan menggunakan sebelah kaki kirinya.
Bukkk
Sedikit terbanting,
Suara itu membuat Prilly menoleh pada pintu yang sudah tertutup. Dia kembali menoleh kearah Ali yang hanya melempar sebuah senyum manis padanya. Prilly membalas juga dengan senyumnya tak kalah manis dan sangat cantik dimata indah Ali.
Prilly memekik kecil, ketika merasakan tubuhnya terhempas ke bawah kasur namun tidak merasakan sakit apapun karena Ali melakukannya dengan lembut tak sengaja melempar tubuhnya itu.
"Dari mana dulu aku memulainya ya?" Ali sudah duduk di sebelahnya Prilly. Dia melipat kedua kakinya itu sambil memandang wajah Prilly yang menunggunya.
"Apa tidak apa aku menceritakannya di sini?"
"Hah?" Prilly justru mengerjapkan matanya dengan lucu didepan wajah Ali yang dekat itu.
"Apa masih kurang jelas?"
Prilly terkekeh. "Jelas, aku denger. Maksudku, bukannya kau sendiri yang menggendongku sampai membawaku kesini. Lalu apa yang dipikirkan lagi? Cepatlah. Aku sudah ingin mendengar ceritamu itu."
"Baiklah, lebih baik kau mendengarkan ceritaku sambil tiduran saja. Seperti ini." Ali mengajak Prilly merebahkan tubuhnya.
Prilly menatap langit-langit kamar, lalu menoleh ke kiri.
"Ayo, ceritakan cepat!" Katanya tak sabaran, menatap Ali yang kini hanya memejamkan matanya. "Heh, kok malah tidur!"Ali ikut menolehkan kepalanya kesamping. Dia terkekeh. "Aku tidak tidur, hanya saja aku masih tidak percaya."
"Apanya?" Prilly mengubah posisinya menjadi memiringkan tubuhnya ke samping, lebih tepatnya menghadap ke Ali. Lalu satu tangannya dia gunakan untuk menopang kepalanya.
Ali mengikutinya juga, dia kini menatap wajah Prilly. "Bisa sekamar lagi denganmu."
Degh.
Prilly lagi, merasakan pipinya memanas.
"Ali, cepatlah ceritakan saja jangan berkata hal lain apalagi membicarakan hal yang tidak ah, pokoknya cepat ceritakan atau aku pulang saja."
Ali bisa melihat gelagat Prilly yang sepertinya malu-malu. Tanpa sadar, dia mengigit bibir bawahnya itu. Astaga mengapa otaknya menjadi aneh seperti ini.
"Katakan, bagian mana yang harus aku jawab?"
"Huem, bagaimana bisa kau selamat dari kecelakaan itu?"
"Hai, jadi kau tidak suka aku selamat dari kecelakaan itu?"
"Hahaha bukan begitu, jadi pertanyaanku salah ya? Ish, yaudah yaudah."
"Mungkin Tuhan masih memberikan kesempatan untukku membahagiakanmu dan anakku."
Degh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilot
FanfictionPunya suami Pilot enak kali yah? Bisa diajak jalan-jalan terus. Mana gajinya gede banget. Kalau pilot terus ganteng siapa yang tidak mau?