delapanbelas

192 40 10
                                    

Warning, chapter ini tidak di sarankan untuk di baca sambil makan atau lebih tepatnya terdapat part yang mengakibatkan nafsu makan hilang.

Warning, chapter ini tidak di sarankan untuk di baca sambil makan atau lebih tepatnya terdapat part yang mengakibatkan nafsu makan hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Shira hanya tersenyum ketika kakaknya mengantar sampai gerbang asrama dokternya. Iya, dia tidak mungkin pulang ke rumah utama setelah kegilaan hari ini. Dan lagi pula, harusnya ada pemeriksaan kan disana?

Dia hanya melambaikan tangan setelah kakaknya menancapkan gas mobil lagi. Di dalam mobilnya pun kakaknya perhatian padanya. Sepertinya pria itu khawatir adiknya terlalu banyak memikirkan hal ini, membebani dirinya sendiri.

Tapi sayangnya pria itu tidak bisa berlama lama, dia harus mengurus pergantian CEO di kantor ayahnya. Belum lagi dengan program kerja ayahnya yang belum terealisasikan, akan banyak waktu dimana dirinya dan adiknya pasti sama-sama disibukkan dengan pekerjaan.

Shira juga begitu. Dia bahkan berpikir untuk menjadi residen, upaya dirinya menyibukkan diri. Dia harus berjuang masuk perguruan lagi, kan?

Suara paduan langkah kakinya dengan aktivitas asrama saling beradu. Hari ini semua orang sepertinya nampak sibuk. Dan dia sedikit tidak enak atas absensinya di rumah sakit dua hari ini.

Dia menyapa ramah berberapa perawat dan petugas terkait. Tanpa berlama lama lagi, dia menyegerakan diri naik ke kamarnya. Bukan apa-apa, kakaknya itu mengatakan bahwa dirinya sudah memesankan makanan favorite Shira. Katanya, sudah disuruh untuk di antarkan ke kamar Shira.

Langkah kaki Shira mulai menapak anak tangga. Dirinya bersemangat entah karena apa, mungkin efek moodnya dan dia juga senang mas Nagas--satu satunya keluarga dia yang tersisa itu masih memerhatikannya.

Sampai di lantai dua, dia mulai bergegas menempelkan kartunya, membiarkan dirinya dengan mudah menggerakkan knop pintu.

Lampu langsung menyala. Satu ruangan yang bahkan lebih mirip disebut apartemen karena fasilitasnya itu terlihat bersih. Warna warm white yang mendominasi juga tidak membuat Shira cepat suntuk. Namun memang, ruangannya di dominasi oleh rak buku.

Dia meletakkan sling bagnya di meja. Menyegerakan diri untuk langsung menyantap makanan favoritenya—cream soup.

Persetan nasi, dia lebih mencintai cream soup.

Setelah membilas tangannya di wastafel, wanita berumur 25 tahun itu meraih plastik berisi cup putih dengan satu kertas terlipat di atasnya. Wah, apakah secepat ini makannya datang?

Ingin membuka surat, namun dia lapar. Tapi jarang jarang kakaknya melampirkan surat seperti ini kepadanya. Pria itu lebih suka menunjukkan dan membuktikan yang bisa dia berikan, daripada memberikan hal seperti ini.

Apa boleh buat, dia terpaksa membuka lembaran itu. Astaga, satu halaman di penuhi oleh tulisan saja. Dan dia memutuskan untuk duduk terlebih dahulu di sofa, dia harus membacanya secara perlahan.

melogika ; Jaemin Yeji ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang