delapan

418 58 7
                                    

Kalian pasti tahu, di tahun ini perkembangan teknologi jauh lebih berkembang daripada masa Shira berkuliah dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian pasti tahu, di tahun ini perkembangan teknologi jauh lebih berkembang daripada masa Shira berkuliah dulu. Disini, teknologi memudahkannya dalam bidang medis. Mesin pemantau perkembangan pasien di IGD cukup mengurangi kewalahan tenaga media disana.

Iya, Shira dengan dokter umumnya dan tempat kerja kesukaannya; IGD.

Bahkan teman temannya pun menggeleng tidak paham, kenapa Shira sangat menyukai ditempat itu. Tidak seperti Adit yang sekarang adalah dokter residen atau Hanin yang bimbang akan melanjutkan spesialisnya atau tidak. Bagi Shira, tempat ini cukup berkesan selama hidupnya.

Disini dia melihat orang orang yang butuh pertolongan segera, menggerakkan hatinya untuk membantu mereka semaksimal mungkin. Bukan pertama bagi Shira melihat pasien meninggal, melihat keluarga pasien marah padanya atau kalimat gosip pedas dari para perawat.

Dia tidak masalah, toh dia membutuhkan moral hidup, bukan namanya menjadi terkenal di salah satu rumah sakit milik universitas tempat ia berkuliah dulu.

Disana bahkan jarang sekali pasien atau apapun. Letaknya sedikit terpencil dan bukan di pinggir jalan protokol seperti rumah sakit swasta lainnya. Dan, pasti kalian berpikir mengapa Shira tetap bertahan di tempat yang bahkan, tidak bisa menaikkan namanya?

Dua hal yang membuatnya bertahan; karena teman dan satu dokter bedah umum senior yang selalu terlihat di IGD. Dia tidak mengerti, semudah itukah dokter ini menempatkan dirinya diatas jadwal tugas dokter disana?

Saat ia datang disini, dia bahkan melihat dokter itu tidur di ranjang IGD dengan santainya--bahkan kepala perawat pun membiarkannya. Shira tidak habis pikir dengan hal ini, entah karena memang rumah sakit mereka jarang menerima pasien gawat darurat parah atau, disini tidak ada peraturan sampai sesantai ini dokternya?

Walaupun rumah sakit ini milik universitasnya, tapi sekali lagi, tempatnya terpencil. Beda dengan rumah sakit umum daerah tempat dia menjadi koas dulu--karena letaknya dalam satu lingkup universitasnya. Disini bahkan tidak terlalu nampak banyak perawat, walaupun alat alatnya sangat memadai.

Dokter jaga pun sepertinya kekurangan. Dia menarik kesimpulan ini karena dokter bedah ini selalu saja menjadikan IGD sebagai rumahnya. Dan selama dia beradaptasi, dia banyak mendapat cerita dari kepala perawat yang sudah lebih dulu bekerja disana.

Cerita itu, membuatnya penasaran dan memilih untuk tetap bekerja disana. Baginya, dia tidak memerlukan jabatan atau namanya yang melambung tinggi atas prestasinya menjadi dokter, tapi dia hanya butuh bagaimana menikmati hidup dengan pekerjaan favoritnya--membantu orang lain.

Disana dia cepat beradaptasi dengan perawat, bahkan satu dokter residen tahun kedua. Namanya Dirga, anak universitas terkenal di Jakarta. Setelah selesai program internship, ia melanjutkan pendidikan spesialis bedah yang sama dengan Haris. Entah apa yang mengajaknya juga ikut mendaftar ke rumah sakit terpencil ini.

melogika ; Jaemin Yeji ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang