sebelas

272 53 10
                                    


Harusnya mulai kelihatan sedikit sedikit ya konfliknya. Tapi aku engga mau terlalu cepet sih, aku bakal selingin berberapa hal juga kkk.

Happy reading!



Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Waktu menunjukkan bahwa maghrib hampir tiba. Shira mendengar sayup sayup adzan dari kejauhan, memanggil umat manusia untuk menghadap kepada-Nya. Dia melirik pergelangan tangan, sebentar lagi Saka pasti tiba di asramanya.

Namun apa boleh buat, dirinya belum melangkahkan kaki dari sana, masih meremat tangannya dengan cemas.

"Dek?"

Shira menoleh, melihat Dirga dengan kacamata tipisnya itu. "Iya kak?"

"Nggak jadi pulang?" tanya Dirga. "Disini aman kok, kan ada Hanin juga." Dia mengulas senyum tipis, memastikan juniornya tidak khawatir.

"Ah enggak, aku cuman gak ingin balik aja, kak." Jawab Shira asal. Ia menyenderkan tubuhnya pada dinding, menghela nafasnya perlahan sambil menatap kearah marmer dibawah kakinya.

"Anak tadi dah selesai lho di operasi. Kamu cemas karena walinya hilang?"

Shira mengangguk lemah. "Iya, kak."

Dirga terkekeh, sengaja membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan Shira. "Kamu selalu begitu dek satu tahun terakhir. Memedulikan semua pasien disini," kata Dirga.

Shira mengangkat kepalanya, melihat kakak kelasnya yang lagi-lagi mengulas senyum padanya. "Aku salut sama kamu. Tapi jangan sampai jadi beban ya dek. Kamu mau ketemu dia?"

Sedetik kemudian, Dirga bisa melihat mata Shira berbinar karena perkataannya. "Mau kak!"

"Yuk?" ajak Dirga. Dia menegakkan tubuhnya sambil menunjukkan deretan gigi rapi nya.

Shira mengangguk, mengikuti langkah Dirga lebih dulu. Lorong di samping UGD itu memang mengarah kearah tempat rawat inap. Namun, belum lama berjalan Dirga sudah menghentikan langkahnya tiba-tiba. Membuat perempuan di belakangnya ikut terkejut atas perilakunya barusan.

"Kenapa kak?" Shira menghindari tubuh laki-laki tinggi di depannya, memutuskan untuk berpindah disamping Dirga supaya ia pun bisa melihat penyebab seniornya berhenti mendadak.

Shira mengadahkan kepalanya, melihat satu laki-laki dengan setelan jas lengkap berdiri di tengah tengah lorong. Tatapannya dingin, terutama kearah Dirga.

"Selamat sore."

Dirga mengaggukan kepalanya singkat, memberi sapaan kepada laki-laki di depannya.

Shira mengikuti Dirga, tersenyum kikuk karena atmosfer disini sangatlah tidak nyaman.

Pria dengan setelan jas lengkap itu berjalan kearah mereka, melirikkan matanya kearah Shira.

melogika ; Jaemin Yeji ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang