a confession?

265 39 16
                                    


Hari ini, di hitung dua hari pasca operasi Saka, dia di bolehkan untuk rawat jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, di hitung dua hari pasca operasi Saka, dia di bolehkan untuk rawat jalan. Tentu dengan alasan khusus karena dia tinggal bersama dokter juga.

Kemarin, banyak temannya menjenguk dan menunggu di ruang rawat inapnya. Tapi hanya Shira yang paling jarang, yah, namanya juga ada jam jaga.

Denan—satu satunya yang memiliki waktu luang di antara mereka semua itu yang terus menunggu di kamar Saka. Sesekali ada Aresha juga, baru setelah jam jaga Shira selesai, mereka pulang dan Shira yang merawatnya.

Dan dia betul video call dengan Danis dan Caca, total semuanya komplit disana walaupun berjumpa via gambar saja. Dan karena dia tidak perlu berlama lama di rumah sakit—kondisinya cepat membaik setelah operasi, maka dirinya diperbolehkan untuk pulang.

Hari ini, laki-laki itu hanya duduk termenung di kamar baca apartment nya. Dia duduk di sofa, menatap kosong banyak buku Shira yang tersusun rapi di rak buku, tepat di depan Saka duduk.

Entahlah yang Shira lakukan di luar ruang itu, Saka hanya mendengar aktivitas dapur. Waktu pun sudah menunjuk pukul setengah sembilan malam, tiga puluh menit setelah Shira pulang dari rumah sakit tempat ia bekerja.

Saka menghela napasnya, menatap sebuah benda dengan enam senar tipe string di sampingnya. 

"Ngajarin Shira gitar kali ya? Biar bisa dengar kamu bunyi lagi," monolog Saka. Tangan kanan nya terulur, memetik berberapa senar disana. Bunyi nadanya tidak lagi beragam, dia tidak bisa memainkan banyak kunci gitar lagi, kan?

Sebelum pikirannya semakin jauh, Shira sudah lebih dulu lantang menyebut namanya—memintanya keluar dari ruangan itu.

Dengan langkah gontai, dia meraih ganggang pintu, membuka pembatas kayu itu lalu berjalan ke arah ruang tengah. Sudah ada dokter perempuan itu yang sibuk mencicipi sesuatu dari centong sayurnya.

Dia menyadari kehadiran temannya, menunjuk salah satu kursi di meja makan. Disana, sudah ada sepiring nasi dan lauk—late dinner, kata Shira.

"Kamu tuh ya, kok baru mau makan pas ada aku sih? Terus minum obatnya gimana? Kamu ga minum dong seharian ini? Astaga."

Baru saja duduk, Shira sudah mengomel dari balik pantry apartment mereka sambil menuang sesuatu yang Saka yakini pasti sup kaldu bening dengan tahu di dalamnya.

"Aku makan roti," jawab Saka singkat. Dia menatap obatnya yang terletak tidak jauh dari lauk makanannya. "Toh yang penting perut terisi."

"Ya enggak gitu dong, nanti kalau maag gimana?" Sahut Shira. Perempuan itu bahkan lupa melepas apronnya sebelum meletakkan mangkuk sup, lalu membantu memberikan lauk pada piring pasiennya itu.

"Aku mau ke rumah."

Shira menghentikan kegiatannya, melihat Saka dengan tatapan kosongnya.

"Iya, besok ya? Aku ambil cuti nanti,"

melogika ; Jaemin Yeji ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang