sembilan

332 54 0
                                    

"Kak Dirga!" Shira muncul tiba-tiba dari balik pintu, melihat kakak seniornya yang asyik dengan buku buku tebal nan menyusahkan itu.

"Sudah ganti jam ya dek? maaf gak lihat jam aku," jawab Dirga. Dia terkekeh melihat Shira yang badannya masih setengah celingukan di pintu ruang staff. "Dokter umum yang jaga siapa dek?" tanya nya lagi. Dirga beralih mengambil jas putih kesayangannya itu.

"Hehe iya ini sudah jam dua lewat sih," jawab Shira. Dia menunggu kakak seniornya yang tengah bersiap dengan jasnya. "Ada Hanin kok kak, itu dia sudah dateng."

Shira melambaikan tangannya, menyapa Hanin yang terlihat terburu buru datang. "Maaf ih telat. Kamu nelfonnya mendadak banget sih Shir! aku lagi drakoran tau."

Dirga membetulkan jam nya sambil melirik dua wanita yang tengah saling melempar canda satu sama lain.

"Eh tapi keren sih mereka semua fullteam tau ke Jogja nya!"

Dirga menghentikan kegiatannya, mendengarkan Shira dan Hanin di bawah bingkai pintu. "Memang sih katanya Linda itu walaupun cewe sendiri, tapi ada kharisma nya begitu deh ya kan Shir? kayaknya manager mereka saja takluk hahaha!"

"Linda? ke Jogja?"

Hanin dan Shira kompak melihat kearah Dirga yang berjalan mendekat kearah mereka.

"Lah iya kak, semuanya kesini kok." jawab Hanin.

"Ah iya hahaha. Yaudah yuk Han jaga kita, Shira biar istirahat." Ajak Dirga ramah.

"Eh iya kak, bentar bentar aku taruh tas dulu yaa."

Shira tidak bicara, ikut masuk kedalam bersama Hanin untuk mengambil tas miliknya.

"Kamu nanti kemana habis ini?" tanya Hanin. Dia sibuk dengan jas serta alat tulisnya. "Ke asrama?"

"Iya, kenapa?"

"Ngga, feel aku gaenak ih. Kamu jangan jauh jauh dari daerah sini deh ya."

Hanin mengenakan jas nya, lantas menghadap Shira dengan tas selempang di pundaknya. "Kita gabakal tau kan? Di sekitar sini pasti kamu tau ada proyek pembangunan jalan baru. Ah, aku serem lihat mesin mesinnya."

"Doain saja feelingmu itu nggak betul Han." Shira menghela nafasnya. Dia menepuk bahu Hanin, lalu melangkahkan kakinya keluar dari sana.

Sebelum pulang, dia harus konfirmasi absen terlebih dahulu, termasuk menyerahkan berberapa berkas milik pasiennya tadi untuk di rawat dengan dokter jaga yang sekarang.

Lagi-lagi Shira melirik kearah ranjang diujung sana yang masih tertutup.

"Hah, dia selalu tidur disana." monolog Shira sambil menata berberapa kertas di meja informasi. Tidak terlihat kepala perawat disana, mungkin sedang mengurus pasien yang harus rawat inap.

"Yah, tapi setidaknya beliau panutanku,"

Shira mengadahkan kepalanya, melihat seseorang bersender pada meja informasi. "Beliau memang gak ada halusnya sih kalau berbicara. Ucapannya astaga, parah. Tapi gerakan tangannya itu membuatku cukup terkesan. Bagaimana caranya supaya bisa cepat menjahit pembuluh? padahal dindingnya saja tipis. Sedikit saja terlalu dalam, habis sudah."

"Kak Dirga apa ngefans sama Pak Rey deh?" tanya Shira frustasi. Bahkan terlihat Dirga sekarang tersenyum bangga atas pemaparannya barusan.

"Attitude memang penting dek. Aku percaya saja gak selamanya orang seperti itu. Hanya waktu waktu tertentu saja kok. Gak semuanya yang seperti beliau bukan orang baik, dek. Justru saking baiknya mungkin sama kita gak kelihatan."

melogika ; Jaemin Yeji ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang