-
"Udah lama berarti disini?"Shira mengangguk. Perempuan itu meletakkan apronnya, lalu membawa nampan dengan tiga gelas di atasnya. Milik Shira, ayahnya dan Pandu.
Iya, hari ini akhirnya ayahnya berkunjung. Begitu juga dengan Pandu, walaupun Shira tidak tahu alasan pria itu ke apartment nya karena apa.
Ayahnya tengah mengobrol dengan Pandu, sesekali melempar pertanyaan pada anak perempuannya. Termasuk pertanyaan lama dirinya tinggal di apartment ini juga.
Dan daritadi, Pandu memang sudah menjelaskan banyak hal. Dari awal sampai terror dalam cream soup itu. Ayahnya juga tampak serius, wajahnya tidak jauh berbeda ketika beliau berada di meja operasi, batin Shira.
Tidak perlu waktu lama sampai Shira benar benar bergabung disana. Di sofa ruang tengah-tempat Saka biasa tidur.
Ah, iya. Dimana Saka?
Laki-laki itu bebal bukan? Dia benar benar pulang ke rumah aslinya. Tentu dengan perdebatan pagi hari bersama teman dokternya itu. Sekeras apapun Shira, mau bagaimana juga memang laki-laki itu rindu bukan? Asalkan sebelum petang menyelimuti jogja, Shira mengizinkannya. Laki-laki itu patuh, dia berjanji tentang obat dan makannya. Satu ransel berisi bekal makan siang-masakan Shira di tambah obat obatnya serta keperluan lainnya.
Lebih mirip anak taman kanak-kanak yang akan berpergian ke museum daripada seorang pria berusia hampir dua puluh lima tahun.
Kembali lagi ke kondisi di apartment, Shira hanya menyimak betapa seriusnya Pandu menjabarkan segala informasi kepada ayahnya. Terlalu rinci sampai Shira memilih membaca buku kedokteran daripada membaca informasi rumit yang ada di tablet Pandu.
Tunggu dulu.
"Loh tunggu," sela Shira. Ucapannya langsung di balas tolehan wajah keheranan Pandu dan ayahnya.
"Kok ayah kenal Pandu sih?"
Betul juga. Kenapa Shira baru menanyakan hal itu? Padahal dua pria ini jelas datang bersamaan disaat dirinya hendak memejamkan mata sebelum berangkat ke tempat kerjanya.
Pandu tersenyum singkat. Dia menoleh, meminta izin dari yang paling tua untuk menjawab pertanyaan Shira.
Rey mengangguk, memilih menyesap minumannya sambil mendengarkan Pandu menerangkan pada Shira. Kasihan, wajahnya terlihat sangat bingung sekarang.
"Jadi beliau dulu yang bantu operasi ayah. Ayah sudah sekarat itu, tapi om Rey bisa bantu. Kenal karena ayah nawarin om Rey untuk jadi dokter pribadi dia, tapi di tolak. Ya kamu tau ayah kamu kaya apa Shir," jelas Pandu. Dia cengengesan karena melihat Rey ikut tersenyum di balik cangkir tehnya.
"Loh berarti kamu tau kalau-"
"Ya tahu. Kamu kira aku bantu kamu selama ini karena siapa? Ya di suruh om lah. Kalau bukan om yang izin ke ayah supaya aku bebas dari tugas sehari hari ya gak akan aku bantu kamu sejauh ini. Aku memang diam, toh kamu gak tanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
melogika ; Jaemin Yeji ✓
Fiksi Penggemar❝ don't ever you run from your life story. cause it'll always follow you wherever you go. ❞ 16+ ; harshwords, mature content. #1 - jaeminlokal-July 17, 2020. _____________ ©ethereallou.