kemasan pedih.

211 35 5
                                    

Mulai chapter ini, judulnya akan mengikuti sesuai isinya ya!

"Kamu kenapa disini? Kan bisa di rawat di rumah sakitmu sendiri daripada harus kesini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu kenapa disini? Kan bisa di rawat di rumah sakitmu sendiri daripada harus kesini?"

Shira mendudukan dirinya di sofa, melihat ke arah laki-laki yang terbaring di atas ranjang. Hanya ada infus tertancap, sisanya tidak ada peralatan penting lainnya.

Dia menoleh perlahan, melihat ke arah dokter wanita yang tengah memperhatikannya juga. "Gua gagal milikin lo kemarin, ya sekarang masih ada kesempatan."

Shira berdecak, apa dia gila?

"Lo gak kapok apa? Udah sakit kaya gini masih juga mau play? Lo mau nularin ke gue juga?"

Akhirnya, dia bebas menggunakan gue-lo disini. Pria di depannya ini memancing makiannya untuk keluar dari mulut mungilnya.

"Kan pake pengaman..," jawabnya lirih. Dia tidak memandang ke arah Shira yang sudah muak dengan dirinya. Damian lebih memperhatikan langit langit ruangan inapnya sekarang. "Lagian last time.. lo aja nggak paham gua."

"Bukan nggak paham, lo gila anjir kalau kaya gitu!"

Oh, tidak. Sisi lain Shira terlihat.

Damian menyeringai. Dia menoleh lagi, melihat wajah masam Shira. "Keluar juga akhirnya sifat asli lo, ya. Gua kangen nih."

"Gak usah macem macem! Gue disini cuman bantu ngerawat lo ya. Gue nggak mau sampai aneh aneh lagi."

Shira beranjak dari duduknya. Dia terlalu gemas untuk menghadapi pria tidak tahu diri seperti Damian. Bagaimana tidak? Yang ada di otaknya hanyalah berhubungan intim sebisa mungkin. Dimana pun, kapan pun.

Otak selangkangan.

"Shir,"

"Apalagi sih?"

Damian terbatuk. Dia terlihat lemas sambil menyeka bibirnya. Tatapanya pun terlihat sayu ke arah Shira, membuat wanita itu harus meruntuhkan emosinya detik ini juga.

"Gua janji nggak bejat. Tapi disini ya? Palinggak izinin gua jadi cowo yang baik sebelum gua pergi," lanjut Damian. Dia mengulas senyum kepada Shira.

Astaga, pertama kali dalam hidup Shira melihat senyumnya itu.

Kalau boleh sedikit bercerita, dia dan Damian adalah sepasang kekasih. Sekitar dua tahun yang lalu, tepatnya saat Saka pergi audisi ke Jakarta.

Jujur, Shira memang tidak bisa mendeskripsikan perasaan apa dirinya kepada Saka. Tapi lagi-lagi ayahnya yang mengatur dirinya, memaksa untuk memiliki hubungan dengan relasi pekerjaan ayahnya.

Salah satu anak pemilik rumah sakit swasta juga. Sayangnya, dia tumbuh jauh dari kata kasih sayang orang tuanya. Yah, begitulah. Pergaulannya yang membuatnya sampai terbaring di ranjang rumah sakit ini.

melogika ; Jaemin Yeji ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang