Selesai sidang kelulusan untuk mahasiswa dibawah bimbingan nya, Jennie buru-buru keluar dari ruang dosen nya, berjalan sedikit lebih cepat karena hari sudah mulai gelap dan dia merindukan pria kecil nya yang berada di rumah Rose.
"Oh Gosh, aku lupa membalas pesan dari Jisoo oppa" batin Jennie, dia kemudian mengambil ponsel nya, sambil berjalan dia membalas pesan dari sang suami yang memberitahu bahwa dia tidak bisa pulang karena harus ke Australia.
To Jisoo Oppa:
Ne, hati-hati oppa, jangan lupakan makan mu dan istirahat yang cukup ne, aku mencintaimu."Huft. . . " Jennie menghela nafas karena pesan nya tak mendapat balasan.
"Mungkin oppa sudah di dalam pesawat" batin Jennie, duduk bersandar di halte bus, dia masih harus ke bengkel untuk mengambil mobil nya yang sudah selesai diperbaiki.
Tinn
"Jennie, mau kemana?" Tanya seorang pria yang menghampiri Jennie ke halte bus.
"Oppa, aku mau ke bengkel mengambil mobilku" jawab Jennie pada pria yang tak lain adalah Hanbin, sesama dosen di kampus.
"Ayo aku antar" tawar Hanbin
"Tidak oppa, terima kasih" tolak Jennie
"Ayolah Jen, bahaya wanita sendirian di luar malam-malam begini" bujuk Hanbin, Jennie pun akhir nya menurut, dia masuk ke dalam mobil Hanbin dan duduk di kursi penumpang depan.
"Kenapa tidak bilang pada ku dari tadi? Aku kan bisa mengantar mu" ujar Hanbin dalam perjalanan menuju ke bengkel.
"Aku tidak ingin merepotkan orang lain oppa" jawab Jennie.
"Kita bukan orang lain Jen, aku ini oppa mu" balas Hanbin, Jennie hanya tersenyum malu.
"Terima kasih oppa atas tumpangan nya" ucap Jennie ketika mereka sampai di bengkel.
"Tidak masalah, lain kali, bilang pada ku jika butuh bantuan apa-apa" pesan Hanbin.
"Ne oppa, gumawo" Jennie kemudian turun dan memasuki area bengkel, Yoong sang pemilik bengkel sedang mengechek kembali mobil milik gadis bermata kucing itu, memastikan semua telah beres dan siap untuk kembali di gunakan.
Jennie pun menghampiri nya.
"Oppa" panggil nya.
"Oh, Jen, sudah datang?" Sapa Yoong.
"Apa sudah beres oppa?" Tanya Jennie.
"Iya, sudah, bulan depan jangan sampai telat mengganti oli nya ne" pesan Yoong.
"Kalau aku ingat oppa, hehehe. . . " cengir Jennie, seolah tanpa lelah dia kemudian mengemudikan mobil nya sendiri menuju ke rumah Rose, menjemput sang putra.
Ting tong
"Biar Brandon yang buka aunty" ucap sang bocah yang sudah memakai baju piyama tidur nya.
"Okey, good boy" puji Rose.
Ceklek
"Mommy" pekik Brandon langsung memeluk erat pinggang sang ibu yang ternyata baru datang untuk menjemputnya.
"Hi my babby boy" Jennie membalas pelukan sang putra dan menciumi kepalanya, Rose yang merasa janggal karena sang tamu dan Brandon tak kunjung masuk pun, akhirnya menyusul.
"Loh, boy, kenapa mommy tidak diajak masuk?" Tanya Rose melihat Jennie berpelukan dengan sang putra diambang pintu.
"Tidak apa-apa Rose, kami mau langsung pulang saja, terima kasih sudah merepotkan mu hari ini" jawab Jennie.
"Tidak, unnie harus masuk dulu, ayo, Brandon juga masih harus membereskan bukunya unnie, ayo kita masuk" paksa Rose, dia tak tega melihat wajah kelelahan sang sahabat.
"Brandon, beresi bukumu ya boy" pinta Rose, si empu nya rumah mengambilkan air minum untuk Jennie yang bersandar lelah di sofa depan tv rumah Rose.
"Unnie sudah makan?" Tanya Rose sambil mengulurkan segelas air pada Jennie, wanita itu menggeleng.
"Makan dulu ya, aku tadi membuat nasi goreng daging sapi bersama Brandon" tawar Rose.
"Tidak Rose, aku sudah terlalu banyak merepotkan mu hari ini" tolak Jennie sungkan.
"Makan mommy, tadi Brandon dan aunty yang memasaknya, ayolah mommy coba" bocah itu menarik tangan kanan mommy nya menuju ke dapur di rumah Rose yang tertawa karena Brandon berhasil membujuk sang ibu.
Rose mengambilkan piring dan sendok untuk Jennie, Brandon dengan cekatan nya mengisi kembali gelas kosong milik sang mommy.
Sesampai di rumah nya sendiri, Jennie kemudian menidurkan Brandon, lalu membersihkan diri sebelum menyusul sang putra.
Ditempat lain, keesokan hari nya
"Sebastian, jangan terlalu ke tengah" teriak Jisoo pada bocah seumuran Brandon dari tepi pantai.
"Ne dadd" teriak nya.
"Oppa, ini minumlah" Jisoo menerima minuman isotonik kemasan yang diberikan oleh seorang perempuan.
"Terima kasih Irene-ah" jawabnya.
"Kami yang seharusnya berterima kasih karena oppa sudah bersedia meluangkan waktu untuk merayakan ulang tahun Sebastian" balas wanita yang dipanggil Irene itu.
"Dia kan juga putra ku, sudah kewajibanku untuk membahagiakan dia, juga kamu" balas Jisoo yang tanpa ragu langsung melumat bibir Irene, yaa, dia berbohong dan bermain curang dibelakang Jennie, Irene bukan tak tahu, dia tahu Jisoo beristri, tapi rela jadi yang kedua karena dia terlanjur hamil Sebastian dulu.
Sudah tiga hari Jisoo tidak pulang dengan alasan pekerjaan, karena dia masih asyik dengan keluarga kedua nya, Jennie sendiri pagi itu sedang memakaikan baju seragam Brandon, yang bersiap hendak sekolah.
"Ini sarapan Brandon, mommy mandi sebentar ne" Jennie menyodorkan sandwich bikinan nya dan segelas susu hangat untuk putra nya, lalu meninggalkan pria kecil itu makan sendirian.
Jam tujuh keduanya keluar rumah, Mobil Jennie melewati rumah Rose yang sedang menyirami tanaman nya, Brandon menurunkan kaca mobil mommy nya.
"Morning aunty!" Teriaknya menyapa Rose sambil melambaikan tangan kanan nya.
"Morning too boy, have a nice day!" Balas Rose yang juga berteriak sambil melambaikan tangan kanan nya, Jennie tersenyum senang melihat interaksi sang putra dengan Rose.
"Momm, where's daddy?" Tanya Brandon dalam perjalanan nya ke sekolah pagi itu.
"Daddy sibuk boy, harus ke Australia untuk meeting dengan pemilik hotel tempat daddy bekerja" jawab Jennie, karena memang alasan itu lah yang digunakan Jisoo, yang bekerja sebagai manager hotel Morning Sun, milik seorang warga negara Australia.
"Kapan daddy pulang? Brandon merindukan nya" adu sang bocah.
"Mommy belum bertanya pada daddy, Brandon mau dibelikan oleh-oleh apa? Biar nanti mommy bilang ke daddy" hibur Jennie.
"No momm" jawab Brandon lirih, dia kemudian menatap keluar jendela mobil ibu nya itu.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Fanfictionterkadang, untuk menemukan cinta sejati, kita harus diberi luka terlebih dahulu, sampai akan datang nya seseorang yang mampu mengobati luka di hati kita, dan memberi kita cinta yang sesungguhnya.