Dara tersenyum kaget, dia melirik sang suami yang tak bereaksi apa-apa, membuat Jennie semakin ciut nyali.
"Kemari lah sayang" panggil Dara pada Brandon, bocah itu menatap ragu sang mommy.
"Its okey boy" Rio mendorong punggung kecil itu agar mendekat pada Sandara.
"Siapa nama mu pria tampan?" Tanya Dara sambil mencolek hidung sang bocah.
"Hhmm. . . " bocah itu bergumam bingung hendak memanggil apa.
"Halmoni, panggil saja halmoni" senyum dara, sang bocah mengangguk.
"Brandon" jawab nya polos.
"Nama yang bagus" puji Dara, dia lalu menarik tangan mungil Brandon dan membawa nya duduk di ruang tamu, Rose memeluk lengan sang ayah dan mengajaknya ikut duduk, Jennie mulai berkeringat dingin.
"Appa, eomma, Jennie memanglah seorang single parent, dia bekerja sebagai dosen" terang Rio.
"Dia juga pandai memasak appa, eomma" pamer Rose.
"Kalian harus mencoba nya" bangga sang anak gadis.
"Ayo unnie kita siapkan sarapan nya" Rose berdiri dan mengajak Jennie ke dapur untuk menyiapkan sarapan, sementata di luar, puluhan bodyguard Jiyoung bersiap dan menjaga keamanan lingkungan sekitar tempat boss mereka berada, Sandara sendiri asyik mengobrol dengan Brandon, dia begitu mudah akrab dengan anak itu.
"Ayo appa, eomma, cicipi masakan calon menantu mu" goda Rio, sang eomma terkekeh, tapi tidak dengan Jiyoung, dia masih tak mau bicara, mungkin masih shock dengan fakta bahwa Jennie adalah seorang janda.
"Ini semua Jennie unnie yang memasak nya, Rose hanya membantu sedikit" kekeh kembaran Rio itu.
"Ini miyeok guk untuk tuan Jiyeoung, Rio bercerita bulan kemarin tuan berulang tahun" Jennie menyodorkan semangkuk sup rumput laut yang biasanya di hidangkan untuk seseorang yang sedang berulang tahun.
Jiyoung mengambil sendok nya, lalu menyuap seujung kuah sup yang Jennie masak kan khusus untuk nya.
"Hhmm" dia menyecap nya sebentar, lalu melanjutkan suapan-suapan berikutnya, Jennie menatap Rio tak mengerti, yang ditatap hanya tersenyum lega, dan sup pun tak bersisa sama sekali.
"Besok malam, kalian datang ke hotel Morning son, dan jangan lupa bawa pasangan kalian" ucap Jiyoung datar, dia lalu keluar dari dapur, bersiap-siap hendak menuju ke tempat dia dan sang istri menginap, Jennie, Rose, Rio dan Brandon pun mengantar sampai ke halaman depan, dan ketika Jiyoung hendak memasuki mobil, dia menoleh pada sang calon menantu.
"Jennie-ahh" panggilnya membuat Jennie kaget dan gelagapan.
"N-ne tuan" sahut nya membungkuk segan.
"Terima kasih untuk sup rumput laut nya, rasa nya mengingatkan ku pada masakan mendiang ibu kandung ku" ucap Jiyoung tersenyum hangat.
"Terima kasih tuan" Jennie pun dalam hati girang dengan ungkapan ayah dari Rio itu.
"Dan satu lagi, jangan panggil tuan, appa saja ne" lanjut Jiyoung.
"Ne a-appa" gugup nya tersenyum malu.
"Sampai jumpa boy" gumam Jiyoung mengusap rambut Brandon yang berdiri tepat di depan Jennie.
"Yess" girang Rio mengepalkan tinju nya, dia senang, jika sang appa sudah berlaku demikian, arti nya dia menyetujui pilihan sang putra, Jennie sendiri menghela nafas lega, dia tersenyum sendiri mengingat panggilan Jiyoung pada nya tadi.
"Kamu tahu unnie, appa biasanya tak suka makan sembarangan jika bukan masakan eomma, dia sangat pemilih, tapi masakan mu, sup tadi bahkan habis, dia juga masih menambah nasi nya" tutur Rose, Rio mengangguk mengiyakan ucapan noona nya.
"Benarkah Rosie?" Jennie rasanya tak percaya.
"Ini pertama kali nya dalam sejarah unnie, biasanya appa hanya akan menemani eomma makan, jika bukan di rumah" lanjut Rose tersenyum sumringah.
Di dalam mobil Jiyoung.
Sandara menatap teduh wajah samping suami nya, tangan kanan nya terulur untuk menggenggam tangan kiri suami nya.
"Kamu menyetujuinya kan yeobo?" Selidik Sandara hati-hati.
"Apa masih kurang terlihat jelas yeobo?" Jiyoung malah balik bertanya, Sandara tersenyum.
Cup
Dia lalu mencium pipi kiri suami nya itu.
"Terima kasih untuk selalu memastikan kebahagian anak-anak kita" ucap nya, Jiyoung tersenyum malu melirik sang istri.
Setelah appa dan eomma Rio pergi, rumah Rose pun kembali sibuk dengan rutinitas pagi nya, Jennie ke sekolah dengan Brandon, dan Rose ke kantor bersama Rio.
Jisoo tak langsung ke kantor setelah mengantar Sebastian, dia memilih menunggu Jennie, si mantan istri, senyum nya mengembang begitu mobil yang ditunggu nya muncul, Jisoo keluar dari mobil menyambut sang putra.
"Hey bro" sapa nya pada sang putra, senyum Brandon memudar.
"Hey dadd" jawab nya.
"Kamu tidak merindukan daddy boy?" Tanya Jisoo merentangkan kedua tangan nya.
"Aku harus masuk kelas dadd, bye momm" pamit Brandon lalu berlari menuju kelas nya, Jisoo menatap sedih punggung putra yang kini menolak pelukan nya, sakit sudah pasti, Jennie menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia tak berkata apa-apa lalu memutar tubuh nya hendak berangkat ke kantor.
"Jenn, ada yang harus kita bicarakan" usaha Jisoo untuk menahan kepergian Jennie
"Tak ada lagi yang harus kita bicarakan" elak Jennie.
"Ada" tahan Jisoo, Jennie menoleh tak mengerti.
"Brandon" lanjut Jisoo, Jennie memutar malas kedua mata nya.
"Apalagi?" Lelah Jennie.
"Brandon masih butuh aku untuk membiayai nya" ujar Jisoo.
"Rio masih sanggup untuk menanggung semua biaya Brandon, dan bukan hanya soal itu, sosok ayah yang Brandon butuhkan, semua sudah dia dapatkan dari seorang Rio tanpa harus berbagi dengan yang lain, hanya untuk Brandon sendiri" sindir Jennie tersenyum sinis pada mantan suami nya itu.
"Apa lebih nya pria itu? Dia hanya menang muda dari ku" remeh Jisoo.
"Aku mencium ada aroma kecemburuan disini, ingat Jisoo, dulu kamu lah yang meninggalkan aku dan Brandon, jadi sekarang jangan usik hubungan ku dengan Rio" ancam Jennie.
"A-aku tidak cemburu" gagap Jisoo
"Aku hanya ingin mengambil Brandon, dia anak ku" tantang nya.
"Brandon tak butuh ayah pengecut seperti mu" geram Jennie, dia kemudian pergi meninggalkan Jisoo begitu saja.
"Aarrgghhh" geram Jisoo marah
Bug. . . Bug. . . Bug. . .
Dia melampiaskan amarah nya dengan menendangi ban mobil nya.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Fanfictionterkadang, untuk menemukan cinta sejati, kita harus diberi luka terlebih dahulu, sampai akan datang nya seseorang yang mampu mengobati luka di hati kita, dan memberi kita cinta yang sesungguhnya.