Jennie memasuki rumah dari teras belakang dengan wajah sembab nya, dia di bantu Rose telah memberi pengertian pada Brandon, perihal siapa Sebastian, dan ada hubungan apa diantara sang daddy dan murid baru di sekolah sang putra, dan Brandon tak menunjukan reaksi apa-apa kecuali mengangguk mengerti.
Rio melirik Jennie yang melewatinya, tak lama di susul Rose sambil menggendong Brandon yang sudah tertidur pulas, Rose sengaja membawa Brandon ke kamar nya, karena ingin memberi ruang bagi Jennie untuk sendirian terlebih dahulu.
Sebulan kemudian
Rio sibuk mengotak-atik laptop nya di meja belajar yang berada di dekat Jendela ruang tv, dia terlihat begitu serius, sudah seminggu belakangan dia memilih sibuk dengan laptop nya, Rose pun penasaran, dia mendekati saudara kembar nya itu.
"Desaign apa itu?" Tanya nya mengintip layar laptop dari balik punggung lebar Rio.
"Baju, aku kemarin sudah memakai baju hasil desaign ku, dan ku unggah di akun ig, lihat, sekarang banyak yang pesan lewat DM" pamer Rio bangga sambil memperlihatkan ponsel nya pada Rose.
"Kamu tertarik untuk menjadi desaigner baju?" Selidik Rose.
"Yaa, aku ingin membuat clothing line ku sendiri untuk desaign ku nanti" jawab Rio.
"Dan itu butuh modal" remeh Rose.
"Pinjam pada mu lah" jawab Rio acuh, dia kembali pada laptop nya.
"Tidak gratis" sahut Rose beranjak meninggalkan dongsaeng nya menuju dapur, Rio pun menyusul nya.
"Kamu mulai perhitungan dengan ku Chaeng?" Protes nya
"Aku bukan appa dan eomma yang akan memberi mu jalan yang mudah, berusahalah dan aku akan mendukungmu jika kamu mau" acuh Rose sambil menggigit Roti tawar yang dia ambil dari atas meja makan.
"Baiklah, apa yang harus aku lakukan?" Pasrah Rio
"Jadi lah supir ku" jawab Rose tanpa dosa, Rio terbelalak.
"Tidak mau" tolak nya kesal.
"Ya sudah, kumpulkan sendiri modal mu" ejek Rose, Rio mengepalkan tangan kanan nya dibawah meja makan, geram dengan sang kembaran.
"Ok, deal" Rio menyerah, dia akhirnya menyetujui syarat yang Rose ajukan, dan sang kembaran melakukan itu atas pesan appa dan mommy nya untuk tidak memanjakan dongsaeng nya.
Tugas Rio pun di mulai, setiap pagi dia akan mengantar Rose dan menjemput nya ke kantor, tapi sebelum itu, mereka berempat akan sarapan bersama terlebih dahulu.
"Momm, lusa disekolah Brandon ada lomba untuk menyambut hari ayah" ucap Brandon sambil menyuapkan sereal ke dalam mulut nya, Jennie gelagapan, dia bingung harus bagaimana, meminta Jisoo juga tak mungkin karena dia pasti juga akan memilih untuk menemani Sebastian, putra nya yang lain.
"Biar Rio hyung yang menemani Brandon" usul Rose.
"Kenapa harus aku?" Protes Rio
"Karena hanya kamu laki-laki dewasa dirumah ini" jelas Rose sedikit kesal, Brandon meringis takut.
"Tidak perlu aunty, Brandon bisa minta tolong pada ahjussi Lee, penjaga sekolah Brandon" tolak sang bocah.
"Tidak boy, Rio hyung yang akan menemani mu" desak Rose
"Dia bukan anak ku Chaeng" Rio terus berusaha menolak.
"Pihak sekolah tak akan melakukan test DNA untuk membuktikan kamu ayah nya atau bukan Rio, cukup kamu datang dengan Brandon, atau aku akan . . . " ancam Rose kesal
"Iya iya iya" Rio kalah oleh ancaman Rose.
"Masalah selesai boy, lusa kamu berangkat dengan Rio hyung ne" ujar Rose mengusap rambut Brandon.
Dan hari itu pun tiba, Rio berangkat dengan Brandon ke sekolah, Jennie menatap cemas pada wajah tak nyaman putra nya, karena dia tahu, Brandon takut pada Rio.
"Jangan takut unnie, jika sampai Rio macam-macam dengan Brandon, aku tak akan ragu untuk menghajar nya" Rose berusaha menenangkan Jennie yang tersenyum palsu pada nya, mereka pun melepas kepergian dua pria beda usia itu, sebelum berangkat bersama, karena mobil Rose di bawa oleh Rio dan Brandon.
Disekolah, Brandon menatap iri pada Sebastian yang datang bersama Jisoo, sang daddy menatap mengacungkan ibu jari nya menyapa sang bocah yang sudah tak tinggal lagi dengan nya, tapi Brandon tak bereaksi.
Semua bersiap untuk lomba halang rintang, guna menguji kedekatan serta kerja sama antara ayah dan anak nya, semua telah bersiap di tempat masing-masing, sebelum tanda di bunyikan.
Dor
Tembakan start pun di mulai, mereka berlomba-lomba melewati penghalang yang sudah di persiapkan, dan Rio yang tak peka pun membiarkan Brandon melewati semua nya sendirian, tanpa bantuan nya, padahal anak-anak yang lain dibantu oleh ayah masing-masing, meski kepayahan tapi Brandon tak mengeluh, menaiki jaring sendirian, melewati dinding kayu dengan seutas tali, meski tak terlalu tinggi, tapi itu terlalu berat untuk anak seusia Brandon yang melakukan tanpa bantuan orang dewasa, terakhir, Brandon harus menggantung diseutas tali untuk melewati kolam air yang tak begitu lebar, dan lagi-lagi Rio mengacuhkan nya, tak membantu Brandon dengan tali nya, sangat berbeda jauh dengan Sebastian yang sangat dibantu oleh sang daddy sampai di garis finish.
Peluh bercucuran, nafas Brandon tersengal, setelah sampai di garis akhir, wajah nya nampak kecewa menatap Jisoo yang menggendong Sebastian sambil bersorak merayakan kemenangan mereka, sementara Brandon dan Rio berada di urutan kedua.
Dengan langkah gontai bocah itu masuk ke rumah, Jennie dan Rose sudah menunggu dengan wajah penasaran nya.
Bruk
Randon menjatuhkan tubuh nya dipangkuan Jennie, tangis nya pecah, meraung hebat, antara kecewa, kesal, marah semua jadi satu, sang mommy bingung, Rose menatap curiga pada Rio yang menggedikan kedua bahu nya acuh.
"Brandon kalah dari Sebastian mommy, dia melakukan nya dengan daddy, harus nya daddy bersama Brandon, bukan dengan Sebastian" adu Brandon pilu, Jennie kemudian memeluk erat tubuh putra nya, merasa ikut bersalah, karena perceraian nya berimbas juga pada Brandon, Rose yang marah dan curiga pada Rio pun segera berdiri, menghampiri dongsaeng nya itu dengan wajah marah.
Set
Rose menjambak rambut Rio dan menariknya menuju ke dapur.
"Aww. . . Chaeng. . . " rintih Rio berusaha melepaskan tangan Rose yang mencengkeram kuat rambut nya, melihat Rose yang marah, Jennie pun segera menggendong Brandon memasuki kamar nya, dan menghibur sang putra.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Fanfictionterkadang, untuk menemukan cinta sejati, kita harus diberi luka terlebih dahulu, sampai akan datang nya seseorang yang mampu mengobati luka di hati kita, dan memberi kita cinta yang sesungguhnya.