Jisoo kaget, merasa tak terima karena Jennie telah lancang membuka ponsel nya.
"Kamu membuka ponsel ku?" Marah nya tak terima
"Iya, kamu marah?" Balas Jennie.
"Kamu tidak sopan Jen" ucap Jisoo
"Sejak kapan membuka ponsel pasangan sendiri adalah hal yang tidak sopan? Huh? Semenjak kamu memiliki hubungan terlarang dengan wanita murahan itu?" Sindir Jennie, suara keributan dan pertengkaran orang tua nya membuat Brandon terusik, dia terjaga dari tidur nya.
"Dia bukan wanita murahan, dia istriku, dan Sebastian juga putra ku" teriak Jisoo tak kalah murka membela Irene, Jennie menganga tak percaya mendengar suami nya lebih membela wanita lain.
"Jadi. . . Jadi ini alasanmu selalu menolak mengantar Brandon?" Lirih Jennie tak percaya.
"Ya, karena aku tak pernah bisa berada disisinya selama 24 jam penuh, karena aku tak bisa tinggal dengan nya, dan agar kamu tahu Jenn, aku telah lebih dulu menikahi Irene, sebulan sebelum kita menikah karena perjodohan, karena Irene adalah kekasihku" ungkap Jisoo
Duar
Jennie bagai disambar petir mendengar pengakuan Jisoo.
"Kurang ajar, brengsek kamu Jisoo" pekik Jennie menghampiri Jisoo dan memukuli nya, tapi sang suami berhasil menahan kedua tangan Jennie.
"Irene jauh lebih terhormat dari pada kamu, apa kau pikir aku tak tahu jika kamu pun juga ada main dengan Hanbin" tuduh Jisoo, dia kemudian mendorong kasar tubuh Jennie ke belakang.
"Aku tak sepicik dan sekotor pikiran mu, buktikan jika memang aku dan Hanbin oppa bermain dibelakangmu?" Tantang Jennie.
"Tak ada guna nya aku membuktikan itu, karena kamu bukanlah wanita berharga ku, besok aku akan mengurus surat perceraian kita" lanjut Jisoo tenang, dia lega dan tak perlu menyembunyikan apa-apa lagi dari sang istri, pecah sudah tangis Jennie, sakit hatinya, sungguh sakit dengan pengkhianatan suami nya, cinta yang selama ini tumbuh di hatinya, ternyata hanya bertepuk sebelah tangan, dia baru sadar jika selama ini Jisoo tak pernah membalas ucapan cinta nya.
Ceklek
"Momm" panggil Brandon dari ambang pintu kamar orang tua nya, dia melihat sang ibu menangis meraung diatas lantai, tak jauh dari tempat ayah nya berdiri, Jennie mendongak menatap ke arah sang putra, Jisoo pun juga sama, tapi dia hanya diam.
Merasa malu dan takut, Jennie kemudian beranjak dan berjalan tergesa menghampiri Brandon sambil mengusap kasar air matanya, dia tak ingin sang putra khawatir melihatnya menangis.
"Kenapa bangun? Ayo tidur lagi" Jennie menggendong tubuh mungil Brandon kembali ke kamar sang putra.
"Ayo kita pergi momm, Brandon benci daddy" ucap sang putra dalam gendongan Jennie.
"Iya, besok kita pergi dari sini sayang, ini sudah malam, Brandon tidur ya" rayu Jennie.
"Sekarang momm, kita pergi" desak sang bocah dingin, mau tak mau, Jennie akhirnya mengemasi barang-barang miliknya dan milik Brandon malam itu juga, jam 3 dini hari, mereka keluar dari rumah yang sudah mereka tempati semenjak Jennie dan Jisoo baru menikah.
Pagi pun tiba
Rose mulai membuka kedua matanya, lalu meregangkan otot-otot tubuh nya, dan membuka jendela kamar nya.
Deg
Dia terkejut mendapati mobil milik Jennie terparkir dihalaman rumahnya, Rose pun tak sabar untuk segera keluar, dia berjalan cepat menghampiri mobil itu, hati nya berdenyut nyeri menatap Jennie dan Brandon meringkuk tertidur di dalam mobil.
Tok. . . Tok. . . Tok. . .
"Unnie, bangunlah" Rose mengetuk kaca jendela dibagian kemudi, Jennie terusik, dia pun kemudian terbangun, lalu membuka kaca mobil nya.
"Ayo lanjutkan tidurmu di dalam unnie, Brandon biar aku yang menggendong nya" perintah Rose, dia curiga dengan wajah sembab Jennie, tapi tak berani bertanya.
Rose menggendong tubuh mungil Brandon yang tertidur pulas, lalu membaringkan nya di kamar dan menyelimutinya sampai sebatas leher, sementara Jennie berbaring di sofa depan tv, melamun menatap layar datar yang masih hitam karena belum dinyalakan.
"Minumlah unnie" Rose menyodorkan secangkir teh hangat pada sahabatnya itu, lalu ikut duduk disamping Jennie.
"Bodohnya aku Rose, bahwa ternyata selama ini, aku adalah istri kedua Jisoo oppa" gumam Jennie sambil melamun, Rose tak terlalu terkejut, karena dia memang pernah memergoki Jisoo bersama wanita lain.
"Hati ku sakit Rose" adu Jennie yang kembali menangis, Rose pun segera memeluk sahabatnya itu, dia tak tahu harus berkata apa, karena dia sendiri belum pernah berumah tangga jadi bingung bagaimana harus bersikap.
"Kami akan bercerai, bolehkah aku menumpang di rumah mu untuk sementara waktu Rose?" Tanya Jennie.
"Tentu saja boleh, unnie boleh tinggal selama yang unnie mau" jawab Rose.
Dan perpisahan membuat Jennie terpuruk, seolah dia tak punya semangat hidup, karena hati nya terlalu sakit dengan perlakuan Jisoo, perbuatan Jisoo terlalu kejam.
"Unnie, jangan seperti ini, pikirkan Brandon" nasehat Rose yang melihat Jennie sekarang menjadi pemurung.
"Kasihan Brandon unnie" tutur Rose lagi, dan wanita itu pun mendengar apa yang diucapkan Rose, Jennie kembali menyibukan diri dengan pekerjaan nya, dia kembali menemukan semangat nya, yaitu Brandon sang putra.
Hari minggu ini
Terdengar suara tawa Brandon di depan rumah Rose, Jennie yang sedang sibuk dengan pekerjaan nya memeriksa tugas mahasiswa nya pun merasa penasaran, dia lalu mengintip lewat jendela, Jennie tersenyum haru melihat putranya bermain air bersama Rose, tawanya begitu riang, seolah tanpa beban, tak ada yang tahu, apa yang Brandon simpan dalam hati dan pikiran nya, tapi, selama sang ibu melihat tak ada perubahan yang mengkhawatirkan, berarti sang putra baik-baik saja, sudah hampir sebulan, mereka tinggal di rumah Rose.Tak ada yang tahu, akan seperti apa kisah mereka selanjutnya, ada apa di depan sana, tak ada yang bisa menebak, semua masih menjadi rahasia.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Fanfictionterkadang, untuk menemukan cinta sejati, kita harus diberi luka terlebih dahulu, sampai akan datang nya seseorang yang mampu mengobati luka di hati kita, dan memberi kita cinta yang sesungguhnya.