Brandon tak sadarkan diri dengan darah yang menggenang disekitar tubuh nya, terutama kepala, Mr Hwang langsung menghubungi ambulan, pihak sekolah juga langsung menghubungi Rio sebagai wali nya yang sekarang.
Rio panik, dia cemas, menjemput sang istri ke kampus nya, Jennie curiga dengan wajah sang suami yang tak tenang.
"Oppa, apa yang terjadi?" Panik nya sambil memasuki mobil.
"Sekolah menelpon, Brandon jatuh, sekarang dalam sedang penanganan di rumah sakit Medical Central" jawab Rio sendu, dia kemudian meraih tangan kanan sang istri dan menggenggam nya, untuk menenangkan Jennie.
Mereka berjalan tergesa menuju ruang unit gawat darurat, raut cemas, panik dan khawatir terlihat jelas di wajah kedua nya.
"Mr Hwang" seru Rio memanggil guru yang menemani putra nya
"Bagaiamana keadaan anak saya?" Tanya Rio was-was.
"Dokter sedang menangani nya di dalam tuan" jawab Mr Hwang.
"Bagaiamana dia bisa jatuh?" Tanya Rio lagi ingin tahu.
"Seperti nya dia melamun tuan, jadi tak sadar jika sudah dekat dengan tangga" jawab Mr Hwang.
Ceklek
Sang dokter keluar, Rio dan Jennie langsung mendekati nya.
"Anda. . . ?" Tanya sang dokter pada Rio.
"Saya Rio papa nya, dan dia mommy nya" sahut Rio.
"Begini tuan Rio, putra anda mengalami luka yang cukup serius terutama kepala nya, dia kehilangan banyak darah, dan membutuhkan donor sekarang, stock di rumah sakit ini tidak ada untuk golongan darah A, kami sedang mengusahakan ke bank darah terdekat, tapi untuk berjaga-jaga, setidak nya pihak keluarga pun juga perlu untuk berusaha menyediakan darah yang putra anda butuhkan, jangan sampai lebih dari 3 jam, putra anda membutuhkan darah itu secepat nya, saya permisi" jelas sang dokter, Jennie menutup mulut nya, menangisi sang putra yang bernasib malang
"Jisoo" batin Rio
"Jennie-ahh, tenanglah kita bisa meminta bantuan pada Jisoo" hibur Rio memeluk sang istri.
"Tuan, bolehkah saya ikut chek darah, mungkin cocok dengan Brandon" ide Mr Hwang.
"Apa tidak merepotkan Mr?" Tanya Rio sungkan.
"Ah tidak, Brandon juga anak saya di sekolah" balas Mr Hwang, dia pun di ambil darah nya, untuk di test di lap.
"Rio, unnie" Rose setengah berlari menghampiri dongsaeng nya.
"Chaeyoung-ahh, aku titip Jennie ne, aku harus menemui Jisoo, Brandon membutuhkan nya" pesan Rio berlari meninggalkan lorong unit gawat darurat.
"Aku temani" Yoong berlari menyusul adik ipar nya itu.
Rio dan Yoong langsung menuju ke hotel Morning Sun, tempat Jisoo bekerja, berlari memburu waktu ke kantor managemen hotel, tapi nihil, Jisoo sudah pulang.
"Kita ke rumah nya hyung" ucap Rio, Yoong menyetir mobil nya menuju ke rumah Jisoo.
"Mobil nya ada" gumam Rio lega, dia langsung turun dari mobil dan memencet bel rumah Jisoo.
Ting tong
Ceklek
Irene kaget melihat Rio berdiri diambang pintu rumah nya, dia tak percaya yang dia lihat sekarang adalah Rio.
"Noona, apa aku bisa bertemu Jisoo hyung?" Tanya Rio to the poin.
"Oh, ah ya, masuklah, aku panggilkan" sambut Irene, Rio dan Yoong pun masuk, duduk di ruang tamu.
Jisoo mengerutkan kening nya melihat siapa tamu yang datang mencari nya.
"Ehem" batuk nya, Rio lalu berdiri dan membungkuk menyapa.
"Hyung"
"Ya, ada perlu apa?" Sombong Jisoo
"Hyung, maksud kedatangan ku kesini, untuk meminta bantuan hyung, Brandon jatuh disekolah" ucap Rio tercekat, tak mampu melanjutkan kata-katanya, tapi dia harus mampu mengutarakan niat nya.
"Dia butuh transfusi darah sekarang, dan sebagai ayah nya, tentu kalian memiliki golongan darah yang sama, tolong hyung" melas Rio menangkupkan kedua tangan nya di dada, Jisoo memasang wajah dingin nya.
"Apa hanya ini yang bisa kamu lakukan sebagai seorang ayah? Bukan kah Brandon mencintai mu, menyayangi mu, obati dia dengan omong kosong itu" tolak Jisoo cemburu, Rio berlutut di hadapan Jisoo.
"Tolong hyung" mohon nya mengemis.
"Jangan limpahkan tanggung jawabmu sebagai ayah pada ku" jawab Jisoo beranjak meninggalkan ruang tamu dengan angkuh nya, Yoong yang melihat itu pun mengepalkan tinju nya, kesal dengan ketidak pedulian Jisoo, Irene menutup mulut nya tak percaya dengan tingkah sang suami.
Rio menangis meraung dalam perjalanan kembali ke rumah sakit, merasa putus asa dan gagal menolong Brandon, dia terus memukuli kepalanya sendiri, Yoong hanya bisa meremas bahu Rio untuk menenangkan nya.
Di rumah Kim
Jisoo berdiri di depan jendela kamar nya, menatap rumah Rose yang tak terlalu jauh jarak nya.
"Oppa" Irene duduk diatas ranjang menghadap sang suami, Jisoo melirik sesaat.
"Dia juga putra mu oppa" sang istri berusaha ikut membujuk kekerasan hati Jisoo.
"Jika bagi Brandon ikatan ayah dan anak hanya di ukur atas rasa cinta dan sayang, maka dia bukan putra ku, karena dia hanya mencintai ayah baru nya" ujar Jisoo
"Ingat oppa, ditubuh Brandon juga mengalir darah mu, jangan sampai oppa menyesal nanti" Irene mengingatkan, lalu keluar kamar meninggalkan suami bebal nya.
"Aku tak bisa membantu putra ku hyung, aku tak bisa menyelamatkan nya" rancau Rio dalam tangis nya, sambil meringkuk di jok depan dan memukuli kepala nya sendiri.
"Kamu sudah berusaha semaksimal mungkin Rio, kamu sudah melakukan yang terbaik untuk Brandon, jangan salahkan dirimu, kamu adalah ayah yang baik" hibur Yoong.
Rio mengusap air matanya kasar, turun dari mobil dan berjalan menuju unit gawat darurat, dimana Jennie dan Rose menunggu nya.
"Oppa-yaa" sambut Jennie harap-harap cemas, Rio tersenyum kecut, lalu menggeleng lirih, pecah sudah tangis sang istri mendapat kabar mantan suami nya enggan menolong anak sendiri.
Rio memeluk Jennie di bangku ruang tunggu, Rose menghampiri nya, sang dongsaeng menoleh.
"Darah Mr Hwang juga tak cocok, sama seperti milik Yoong oppa" lirih Rose menjatuhkan kepalanya di bahu kiri Rio.
"Tunggu, kenapa kamu tidak ikut test Rio? Coba saja, siapa tahu cocok" Rose mengankat kepalanya memberi ide pada sang dongsaeng.
"Ah bodoh nya aku" umpat Rio pada dirinya sendiri yang tak kepikiran untuk ikut test.
Mereka akhir nya ke lab rumah sakit, waktu tinggal sejam, tapi hasil test nya belum keluar, Rio, Jennie, Rose dan Yoong pun menunggu dengan gelisah.
#TBC
Besok tamat ya
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Fanfictionterkadang, untuk menemukan cinta sejati, kita harus diberi luka terlebih dahulu, sampai akan datang nya seseorang yang mampu mengobati luka di hati kita, dan memberi kita cinta yang sesungguhnya.