Sepeninggal Jennie, Rose buru-buru meraih tas kerja nya, dia juga urung sarapan demi misi nya, Rose mengendarai mobil nya dengan kecepatan tinggi, menuju ke toko milik dongsaeng nya.
Tap. . . Tap. . . Tap. . .
Rose langsung naik ke lantai atas tempat Rio berada, dan dia mendapati Rio tengah memunggungi nya sambil memegang mug membaca laporan penjualan minggu ini.
"Rio, Jennie unnie butuh kita" ujar Rose tiba-tiba, begitu sampai di ujung tangga, sang dongsaeng memutar tubuh nya acuh, meneguk isi mug nya lagi, lalu berujar
"Dia bisa meminta bantuan pada pria bernama Kim Hanbin itu" jawab Rio acuh.
"Ayolah Rio, ini bukan waktu nya kamu cemburu pada Hanbin, setidaknya lakukan ini untuk Brandon, dia butuh kamu, ayo kita sekarang di sekolah" bujuk Rose.
"Ada apa dengan Brandon?" Kaget Rio.
"Ayo kita berangkat sekarang, nanti aku jelaskan di mobil" Rose menyeret tangan kanan Rio, pemuda itu meletak kan mug kopi nya, lalu mengikuti langkah Rose, gadis itu terpaksa masuk siang demi urusan Brandon.
"Brandon seharus nya tidak bersalah, dia memukul Sebastian karena hyung nya itu merobek kertas ulangan Brandon" jelas Rose dalam mobil menuju ke sekolah.
"Dari mana kamu tahu tentang kebenaran itu?" Selidik Rio.
"Brandon yang mengatakan nya sendiri pada ku tadi pagi, tidak mungkin kan dia berbohong, dia masih anak-anak Rio" jawab Rose
Di sekolah
Brandon, Jennie, Jisoo, Irene dan Sebastian berada di ruang kepala sekolah Kang, mereka mendengar kan apa yang terjadi diantara Brandon, dan Sebastian."Berhubung, anda semua masih ada ikatan keluarga, saya beri kalian waktu untuk menyelesaikan nya secara pribadi, saya permisi, jika semua sudah selesai, saya akan segera kembali" ujar mr Kang.
Ceklek
Mr Kang menutup pintu ruangan nya, dan Jisoo langsung menyerang Jennie.
"Ini semua salah mu Jenn, kamu tak bisa mendidik Brandon" hardik Jisoo marah, Jennie yang tak sanggup mengatakan apa-apa pun hanya diam, hati nya terlalu sakit, melihat kedatangan Jisoo bersama istri nya, Brandon menatap marah pada sang daddy.
"Andai kamu bisa mendidiknya, dia tak akan berbuat seperti berandalan begini" Jisoo terus menyerang dan menyalahkan Jennie.
"Sebastian yang salah Daddy, dia merobek kertas ulangan Brandon" teriak Brandon yang akhir nya berani membela diri.
Sementara di luar Rio dan Rose yang berjalan tergesa pun berpapasan dengan Mister Kang di lorong ruangan, kepala sekolah itu langsung menunjukan ruangan yang mereka maksud karena mengaku sebagai uncle dan aunty Brandon.
"Diam kamu Brandon, contoh lah hyung mu yang sedari tadi tidak menyela orang tua bicara" bentak Jisoo pada Brandon yang mata nya langsung berkaca-kaca.
Brak
Rio yang memang temperamental mendorong kasar pintu ruangan.
"Sebastian diam karena memang dia bersalah" bela Rio begitu membuka pintu.
"Tak ada urusan dengan mu" sahut Jisoo
Plak
Dia menampar pipi kiri Brandon
"Ini sebagai balasan karena telah memukul hyung mu" murka Jisoo.
"Dia bukan hyung ku" lawan Brandon, Jisoo kembali mengangkat tangan kanan nya.
"Sekali lagi kamu menyentuh nya, aku yang akan membalas mu" ancam Rio, tapi Jisoo mengabaikan nya, dia hendak memukul Brandon kembali, tapi.
Bruk
Rio mendorong tubuh Jisoo sekuat tenaga, Rose langsung menggendong tubuh Brandon dan membawa nya keluar sambil menutup kedua telinga bocah itu.
Saat Jisoo terjatuh, Rio langsung menduduki nya, dan menghujani wajah pria yang lebih dewasa dari nya itu dengan pukulan bertubi-tubi, Irene menjerit histeris, Jennie hanya diam, membiarkan Jisoo di hajar oleh Rio, suara teriakan membuat mister Kang kembali ke ruangan nya.
"Anak muda, sudah cukup" dibantu Irene, mister Kang menarik tubuh Rio dari atas tubuh Jisoo.
"Putra mu iri dengan yang di dapat oleh Brandon, hingga dia merobeknya, bukan sebaliknya, pakai akal sehat mu, Brandon tak mungkin memukul tanpa alasan, jangan mengaku kamu ayah nya jika sifat putra mu saja kamu tak paham" teriak Rio dengan nafas tersengal saking lelah dan emosi nya.
"Jelas Brandon yang salah, dia sampai memukul Sebastian karena cemburu, ayah nya lebih memilih tinggal dengan hyung nya" balas Jisoo, Rio mengeram marah, tapi Jennie langsung menggenggam tangan kanan Rio dan mengusap-usap punggung tangan nya dengan ibu jari Jennie.
"Tak ada yang harus Brandon cemburui, dia sudah lupa dengan sosok ayah nya yang pengecut, dia sudah mendapat ganti yang jauh lebih baik dalam segala nya, dibanding ayah kandung sendiri, jangan anggap dirimu terlalu berarti untuk Brandon, kepergian mu saja tak membuat nya menangis apalagi marah, satu-satunya yang bisa membuat Brandon tertawa dan menangis hanya lah Rio, dia memang orang asing, tapi dimata Brandon, dia jauh lebih berharga dibanding dirimu" ujar Jennie tenang, nafas Rio berangsung lebih tenang mendengar setiap penuturan yang keluar dari mulut Jennie, dia pun hanya bisa tertegun menatap wanita cantik di samping nya itu.
Jisoo menelan ludah tak percaya mendengar penuturan Jennie tentang Rio dan Brandon, dia yakin, Brandon yang begitu menyayangi ayah nya, pasti tak akan semudah itu menggantikan posisi nya di hati sang putra.
Jennie menarik tangan Rio mengajak nya meninggalkan ruangan Mister Kang, menyusul Rose dan Brandon diparkiran mobil, kedua nya masih dalam posisi diam, canggung, tak ada yang berani membuka obrolan.
Dan sesampai nya di parkiran, Rose masih berdiri sambil menggendong Brandon yang meringkuk dalam dekapan aunty nya.
"Rio" khawatir Rose menatap kembaran nya yang bercucuran keringat dan baju yang berantakan.
"Hyung" Brandon langsung beringsut dari gendongan Rose, mengulurkan kedua tangan nya pada Rio, minta di gendong, pipi kiri nya memerah bekas tamparan sang ayah, Rio langsung menggendong nya dengan tangan kiri, tangan kanan nya memeriksa pipi kiri sang bocah.
"Sakit?" Tanya Rio, Brandon menggeleng.
"Kita obati di rumah ne" ajak Rio di jawab anggukan sang bocah.
"Unnie, aku harus ke kantor, tak akan lama, Rio pulang dengan unnie dan Brandon saja ya" ujar Rose, Jennie tak keberatan, mereka pun pulang dengan mengendarai mobil Jennie, Rio duduk di penumpang depan sambil memangku Brandon.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Fanfictionterkadang, untuk menemukan cinta sejati, kita harus diberi luka terlebih dahulu, sampai akan datang nya seseorang yang mampu mengobati luka di hati kita, dan memberi kita cinta yang sesungguhnya.