Jennie terus menatap Rose yang sedang memakan ramen instan bersama Brandon, dia dilanda perasaan tak enak mendengar besok saudara kembar Rose akan datang dari Australia.
"Rose" panggil Jennie ragu.
"Ya unnie?" Rose menoleh, sementara Brandon tetap asyik dengan ramen yang sangat jarang dia makan.
"Aku merasa tak enak dengan dongsaeng mu, sebaiknya aku pindah saja ya, mengontrak apartemen mungkin" ujar Jennie sungkan.
"No, apartemen tidak aman, apalagi untuk pertumbuhan Brandon, aku tidak setuju unnie" larang Rose.
"Tapi bagaimana dengan dongsaengmu, kamar nya saja unnie tempati" alasan Jennie, Brandon tetap acuh.
"Dia bisa tidur disini unnie" jawab Rose menepuk sofa yang dia dan Brandon duduki.
"Ini bisa di ubah menjadi tempat tidur unnie, tenang saja" jawab Rose berusaha menenangkan Jennie, meski tak berhasil, ibu satu anak itu tetap merasa sungkan, was-was dan tak enak pada kembaran Rose, karena selain tak kenal, juga karena dia sadar diri, hanya menumpang gratis dirumah sahabat nya itu.
Menjelang tidur, Jennie berbaring menghadap sang putra, kedua nya saling bertatapan.
"Boy, besok dongsaeng aunty datang, Brandon jaga sikap ya, kita cuma menumpang di rumah aunty" nasehat Jennie pada sang putra.
"Yess momm" patuh Brandon yang kemudian menggeser tubuhnya untuk lebih mendekat ke mommy nya, bersembunyi di dekapan Jennie, mencari kenyamanan.
Keesokan hari nya, sepulang mengajar dan menjemput Brandon sekolah, Jennie pun mengendarai mobil nya pulang ke rumah Rose, mobil sang sahabat belum terlihat diparkiran, artinya, mungkin Rose belum kembali dari kantor nya.
Jennie mengerutkan kening nya melihat sepatu kerja Rose sudah berada di rak nya.
"Berarti dia sudah pulang" batin Jennie.
"Brandon, ganti baju mu, sekalian mandi ne" ujar Jennie pada sang putra.
"Ne momm" Brandon lalu ke kamar nya untuk mengambil baju ganti, sebelum mandi, mengetuk kamar Rose, tapi tak menemukan keberadaan si pemilik rumah, dia lalu ke dapur, menunggui Brandon yang sedang mandi.
Breemm. . . Breem. . .
Suara mobil Rose terdengar memasuki halaman.
"Mungkin itu dia" batin Jennie, dia kemudian keluar dari dapur hendak menyambut sang sahabat, tapi.
Deg
Jennie nyaris menubruk tubuh tinggi tegap yang hendak ke dapur, keduanya tanpa sengaja berpapasan diambang pintu.
"Ma-maaf" gugup Jennie sungkan, pemuda itu hanya diam menunduk menatap Jennie dengan wajah datar nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Fanfictionterkadang, untuk menemukan cinta sejati, kita harus diberi luka terlebih dahulu, sampai akan datang nya seseorang yang mampu mengobati luka di hati kita, dan memberi kita cinta yang sesungguhnya.