Rio tergeletak lesu diatas sofa depan tv yang menjadi tempat tidur nya selama ini, Rose yang tahu suasana hati dongsaeng nya pun hanya menatap miris, acara di toko nya telah selesai, Rio dan Rose sudah sampai di rumah, sementara Jennie dan Brandon, mereka pergi terlebih dahulu bersama Hanbin dan sampai sekarang mereka belum pulang.
Rio mengemasi baju nya, dia berniat untuk tinggal di lantai atas toko baju nya, sampai perasaan nya pada Jennie menghilang, jika dia tetap tinggal di rumah saudara perempuan nya itu, tentu akan sulit bagi Rio menghapus perasaan nya, karena setiap hari dia akan bertemu dengan Jennie.
Menjelang tengah malam
Brandon pulang dengan sang mommy"Hyung" seru nya memanggil Rio, sambil berlari menuju ke ruang tv, tapi kosong, di sofa itu dia tak menemukan orang yang di cari nya.
"Sudah pulang Boy?" Sambut Rose keluar dari kamar nya.
"Hyung kemana aunty?" Tanya Brandon tak menjawab pertanyaan Rose.
"Hyung di toko nya, dia tak tinggal disini lagi boy" jawab tersenyum palsu pada Brandon.
"Kenapa?" Sendu sang bocah.
"Apa karena Brandon nakal?" Tanya nya sedih, Rose segera menghampiri sang bocah dan mengajak nya duduk.
"Mommy, hyung pergi, dia tak mau tinggal lagi disini bersama Brandon" adu sang bocah menangis pada mommy nya yang baru memasuki ruang tv.
Duar
Jennie bagai disambar petir mendengar aduan putra nya, dia tahu alasan Rio pergi, mungkin karena nya.
"Apa benar Rose?" Tanya Jennie penuh selidik.
"Bukan begitu boy" jelas Rose.
"Hyung hanya ingin menjaga toko nya" bohong Rose.
"Benarkah?" Brandon terdiam dari tangis nya, mengusap air mata nya sendiri.
"Ya, toko hyung harus ada yang menjaga nya" tutur Rose.
"Bukan karena hyung marah pada Brandon?" Tanya sang bocah lagi.
"Bukan boy" jawab Rose
"Sekarang gosok gigi, cuci kaki dan tangan mu, terus istirahat ne" perintah Rose, Brandon mengangguk, Jennie menidurkan putra nya, malam ini dia merasa tak tenang, memikirkan Rio yang tiba-tiba pindah dari rumah Rose.
Jennie keluar dari kamar nya, menonton tv mungkin karena matanya masih enggan terpejam.
"Eh" kaget Jennie mendapati Rose duduk sendirian di depan tv.
"Belum tidur Rose?" Tanya Jennie ragu duduk disamping Rose.
"Unnie, boleh aku bertanya?" Entah ada apa dengan orang-orang di rumah Rose yang selalu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, Jennie mengangguk lirih.
"Ada hubungan apa unnie dengan Hanbin oppa?" Tanya Rose to the poin, Jennie terhenyak.
"Kenapa kamu bertanya tentang itu Rose? Apa ini ada hubungan nya dengan Rio?" Selidik Jennie.
"Iya, Rio patah hati, itu lah kenapa dia lebih memilih untuk tinggal di ruko sekarang, dia tak ingin berbuat nekat jika setiap hari melihat unnie" jujur Rose, Jennie menatap kosong pada layar tv di hadapan nya.
"Sekarang jawab pertanyaanku yang tadi unnie" desak Rose, air mata Jennie mulai menetes.
"Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Hanbin oppa" jawab Jennie mengusap air mata nya.
"Lalu kenapa unnie mengabaikan perasaan Rio pada unnie?" Wajar Rose bersikap demikian, sebagai kembaran Rio, tentu dia tahu isi hati dari pemuda itu, sedikit banyak jika Rio terluka, dia pun juga akan ikut menanggung sakit nya.
"Maafkan aku Rose, aku bukan nya tak memiliki perasaan pada Rio, aku ini siapa? Aku single parent dengan seorang anak Rose, aku pernah gagal dalam membina rumah tangga, aku tak ingin terburu-buru menentukan pilihan, Rio muda, dan tampan, dia pantas mendapatkan yang lebih baik dari pada aku Rose" tangis Jennie semakin deras, rasa trauma dan sadar diri akan status nya, membuat dia enggan membalas perasaan Rio pada nya, belum lagi status Rio dan Rose yang anak seorang pengusaha kaya di Australia, membuat Jennie kian berkecil hati.
"Jangan remehkan Rio unnie, kita lihat saja, dia pasti akan membuktikan ucapan nya, bukan memberi janji manis semata, dia juga sudah sangat jatuh cinta pada Brandon" tantang Rose, Jennie menghela nafas panjang.
Dug
Dia menjatuhkan kepalanya dibahu kanan Rose.
"Apa aku pantas Rose? Jika suami yang sangat ku cintai saja menyakiti dan membuang ku" lirih nya pilu.
"Unnie masih sangat pantas dan berhak untuk di cintai serta mencintai, Rio buktinya, dia sangat mencintai unnie tanpa memandang masa lalu mu bukan?" Balas Rose.
Pagi nya
"Unnie, biar Brandon berangkat denganku ne" ujar Rose pada Jennie.
"Okey, aku duluan ya" pamit Jennie, obrolan semalam tak merenggangkan hubungan kedua nya, mereka masih bersikap biasa seolah tak ada masalah.
Jennie pun berangkat terlebih dahulu, dia melajukan mobil nya ke arah Gangnam, tempat toko Rio berada, lalu memarkirkan mobil nya diseberang jalan, tak ada yang dia lakukan selain memandang Rio untuk mengobati kerinduan nya tanpa sepengetahuan sang pria, setelah itu, dia akan berputar arah kembali menuju kampus nya.
Dan Rose
"Kita ke tempat Rio hyung dulu ne, mengantar sarapan untuk nya" beritahu Rose pada Brandon.
"Yeay, Brandon sudah sangat merindukan Rio hyung" girang sang bocah semangat, Rose pun ikut terkikik gemas.
Dan sesampai di toko, Brandon langsung berlari cepat menaiki tangga menuju ke lantai atas, tak sabar untuk segera bertemu dengan Rio.
"Hyung" girang nya
Bruk
Dia langsung menubruk punggung Rio yang sedang duduk di lantai memeriksa printernya.
"Ough, boy" Rio mengacak rambut Brandon dengan tangan kanan nya, lalu menarik tubuh mungil itu ke hadapan nya.
Cup
Rio menciumi kepala Brandon meluapkan rasa rindu nya.
"Belum berangkat?" Tanya Rio pada sang bocah, yang ditanya menggeleng.
"Ini mau berangkat, tapi aku harus memastikan kamu sarapan dulu bukan" sahut Rose tiba-tiba dari ujung tangga, dia meletak kan papper bag diatas meja kerja Rio sebelum ke kantor.
"Hyung, apa boleh Brandon nanti ke sini sepulang sekolah?" Ijin sang bocah duduk dipangkuan Rio.
"Tanya mommy dulu ne" jawab Rio.
"Ayo boy kita berangkat" ajak Rose.
"Bye hyung" pamit sang bocah pada Rio.
"Jangan nakal di sekolah boy" pesan Rio.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Fiksi Penggemarterkadang, untuk menemukan cinta sejati, kita harus diberi luka terlebih dahulu, sampai akan datang nya seseorang yang mampu mengobati luka di hati kita, dan memberi kita cinta yang sesungguhnya.