Jennie gusar, memikirkan ucapan Rose tentang murid baru disekokah Brandon, wajar Jisoo menyekolahkan Sebastian disana, karena tempat sang putra menimba ilmu adalah sekolah terbaik di Seoul, dan biaya nya juga mahal, sekolah itu tidak menerima sembarang murid, selain faktor kecerdasan murid nya, pekerjaan dan penghasilan wali murid juga menjadi pertimbangan pertama dalam menerima calon murid baru.
Tapi, Brandon belum menceritakan apa-apa pada sang mommy, bisa kah Jennie sedikit bernafas lega dengan ini? Tentu saja tidak, karena dia justru takut, sang putra menyembunyikan sesuatu dari nya.
Rose menghampiri Rio yang sedang sibuk dengan laptop nya, duduk santai di samping sang dongsaeng.
"Jadi?" Tanya Rose pada Rio
"Jadi apa?" Rio malah membalas pertanyaan Rose dengan pertanyaan juga, sang gadis memutar malas kedua mata nya.
"Sudah kamu pikirkan mau bekerja apa?" Lanjut Rose.
"Aku sedang memikirkan nya" jawab Rio.
"Jangan hanya dipikirkan, kamu sudah setengah bulan disini, dan tak melakukan apa-apa, hanya makan, minum dan tidur" ucap Rose berniat memotivasi dongsaeng nya.
"Lalu bagaimana dengan bocah itu dan ibu nya?" Protes Rio menunjuk pada Brandon yang sedang belajar di depan tv bersama Rose, dan Rio.
"Mereka orang lain, kamu tak keberatan untuk menampung nya, sedang aku, baru dua minggu kau sudah mengeluh" ucap mulut kurang ajar Rio, Brandon menunduk, takut pada Rio yang menurut dia sedang marah itu.
"Tutup mulut mu, jangan sama kan mereka dengan mu, setidaknya Jennie unnie ikut memikirkan apa yang menjadi tanggung jawab nya disini, sedangkan kamu? Yang kamu bisa hanya mengambil makanan milik Brandon" Rose ikut terpancing, Jennie sendiri belum pulang dari kampus nya.
"Oh, jadi bocah itu mengadu?" Tebak Rio menatap tajam pada Brandon, bocah itu semakin ketakutan.
"Jangan menuduh nya, aku kembaranmu Rio, aku tahu semua kelakuanmu, Brandon bahkan melarangku memarahimu" kesal Rose.
Blam
Rio yang juga marah pun membanting pintu keluar, dia pergi untuk menghindari perdebatan yang lebih panjang.
Jennie pulang dari mengajar nya, dia mendapati sang putra bersembunyi dibawah kolong tempat tidur, Dia pun heran, mengerutkan kening nya lalu mengajak Brandon keluar.
"Kenapa bersembunyi disitu?" Tanya Jennie cemas, Brandon masih memasang wajah ketakutan nya.
"Ada mommy, jangan takut" ujar Jennie yang kemudian memeluk erat tubuh putra nya itu.
"Aunty bertengkar dengan Rio hyung, Brandon takut momm" adu sang bocah melingkarkan lengan nya dileher sang ibu.
"Hal seperti itu memang biasa terjadi dikalangan orang dewasa boy, jangan takut ne" hibur Jennie yang tidak tahu tentang alasan ketakutan Brandon, bocah itu merasa takut karena Rio ikut membawa dirinya dan sang mommy dalam pertengkaran.
Dan semenjak itu, Brandon jadi selalu berusaha menghindari Rio, tapi Jennie dan Rose tak menyadari itu.
Sepulang sekolah Brandon nampak murung, dia hanya diam, tak seperti biasanya yang selalu ceria, dan banyak bicara menceritakan apa yang dia lakukan disekolah pada Jennie atau Rose yang menjemput nya, tapi, kali ini, bocah itu enggan menatap sang mommy, dan malah sibuk menatap pemandangan di luar lewat jendela
"Boy, apa yang terjadi?" Tanya Jennie yang curiga dengan perubahan sang putra, yang ditanya hanya menggeleng lirih, membuat Jennie menjadi semakin khawatir.
Sampai di rumah, Rose yang sudah berbaikan dengan Rio pun sedang menonton kartun bersama, sambil memangku semangkok besar popcorn caramel, gadis itu menoleh pada Brandon yang baru masuk bersama sang mommy.
"Hi Brandon" sapa Rose tersenyum manis, tapi bocah itu acuh, dia tetap berjalan melewati Rose dan Rio dengan wajah kecewa nya, yang menyapa pun mengerutkan kening nya bingung, lalu mengalihkan tatapan nya pada Jennie, yang hanya menggedikan kedua bahu nya, dan ikut duduk di depan tv, Rio melirik sekilas pada Jennie, tapi setelah itu dia lalu kembali fokus ke layar tv, dan mengabaikan Rose yang mulai mengobrol dengan Jennie perihal Brandon.
Rose pun berjalan menghampiri Brandon dikamar Jennie, dan seolah tak terjadi apa, gadis itu langsung membuka pintu kamar, nampak Brandon duduk di depan jendela dengan wajah sendu nya.
"Boy, bisa tolong temani aunty ke mini market sebentar? Sereal Brandon di rumah habis" pinta Rose.
"Ne aunty" sang bocah tak menolak, dia segera keluar kamar.
"Unnie, kami berangkat ya" pamit Rose, Jennie dan Rio masih sama-sama duduk di depan tv, kedua nya terlihat begitu canggung, Jennie menjadi salah tingkah, padahal Rio hanya diam saja.
Sementara Rose, dia menggandeng tangan kanan Brandon, berjalan menyusuri trotoar menuju ke mini market.
"Kita hanya beli sereal aunty?" Tanya Brandon
"Iya, Brandon mau beli apa?" Tanya Rose, bocah itu menggeleng.
"Bagaimana kalau kita beli ramen?" Tawar Rose yang memang ingin mencari tahu dengan perubahan sikap sang bocah.
"Tapi aunty tidak akan bilang pada mommy kan?" Cemas Brandon.
"Tidak, ini akan menjadi rahasia kita berdua" kekeh Rose mengulurkan jari kelingking nya, mengajak Brandon melakukan pinky promise.
Keduanya sudah duduk disebuah kedai ramen, dengan semangkok ramen dihadapan masing-masing, Rose memesan tambahan tempura udang kesukaan Brandon, bocah itu berbinar tak sabar untuk segera menikmati nya.
"Habiskan ne" tutur Rose, Brandon pun makan dengan lahap nya.
"Boy" panggil Rose, bocah itu masih sibuk menyumpit mie nya.
"Bagaimana dengan sekolah mu hari ini?" Pancing Rose, Brandon terkejut menatap sang aunty, dia lalu meletak kan sumpit nya, hilang sudah selera makan bocah itu, Rose yang menyadari itu pun segera menggenggam tangan sang bocah dan menepuk-nepuknya.
"Kata kan pada aunty, ada apa?" Bujuk Rose, Brandon membuang tatapan nya dari Rose.
"Tiga hari yang lalu, hasil ulangan math Brandon dikalahkan oleh murid baru itu, tak masalah, mungkin memang Brandon melewatkan beberapa soal, dan dia mengejek ku, teman-teman sekarang lebih dekat dengan nya, dan hari ini, aku melihat murid baru itu diantar oleh daddy, Brandon tak tahu siapa dia, kenapa daddy mau mengantar nya, sementara Brandon sendiri belum pernah diantar daddy ke sekolah" jawab sang bocah menunduk.
"Brandon juga ingin diantar daddy, aunty" adu sang bocah yang mulai sesenggukan, Rose pun pindah duduk disamping Brandon dan memeluk bocah tak berdosa itu, hati Rose ikut sakit mendengar penuturan sang bocah.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Fanfictionterkadang, untuk menemukan cinta sejati, kita harus diberi luka terlebih dahulu, sampai akan datang nya seseorang yang mampu mengobati luka di hati kita, dan memberi kita cinta yang sesungguhnya.