Pada menit ke tiga belas, Jiyeon mulai menggeram tertahan. Melihat Taehyung yang tertawa lepas mendengar lelucon Hoseok disusul sang ayah yang ikut tertawa kendati Jiyeon berani bertaruh jika lelucon yang baru saja Hoseok lontarkan sudah berkali-kali didengar Seojoon. Namun tawanya berderai memenuhi pelataran toko yang sepi. Mengusap sudut mata yang berair kala tawanya mengudara dengan bebas.
"Ayah. Ini sudah waktunya tokomu tutup." Suara Jiyeon tidak membuat ke tiga pria tersebut bergeming dari tempat duduk. Dan tentu saja Jiyeon tidak berniat sama sekali untuk bergabung. Memilih berdiri dan bersandar pada rak buku terdekat sembari melipat dua lengannya di dada.
"Kita bisa tutup toko ini malam, Sayang," Seojoon menyahut tanpa melihat putrinya yang jengkel setengah mati. Bagaimana tidak? Jika sedari tadi ayahnya lebih memilih bersenda gurau dengan pemuda yang baru beberapa menit dikenalnya dari pada anak gadisnya yang kini merungut kesal.
"Ayah... "
"Tidak mau bergabung? Kenapa kau suka sekali terburu-buru?" sela Taehyung sebelum Jiyeon mampu untuk membujuk ayahnya menutup tokonya segera.
"Dia memang seperti itu. Dan ketika dia manja, dia akan dua kali lipat lebih menggemaskan." Seojoon memberi tahu Taehyung tentang anak gadisnya. Membuat rasa keingintahuan Taehyung membumbung tinggi hingga memutar tubuh menghadap Seojoon sepenuhnya.
"Apa Jiyeon juga keras kepala sewaktu kecil?"
"Sangat, dan sekarang pun begitu," sahut Seojoon tak kalah semangat.
Jiyeon memainkan pipi dalamnya dengan ujung lidah, pembicaraan pria berbeda usia di hadapannya tentu membuatnya geram karena melibatkan dirinya.
"Ayah." Rungut Jiyeon dengan nada memperingati jika topik itu harus segera dihentikan.
"Kau lihat? Dia juga galak. Padahal dulu dia tidak segalak itu."
"Astaga," ucap Jiyeon frustasi. Sementara Taehyung tidak berniat mengakhiri percakapan dan terus menuntut Seojoon menceritakan semua tentang Jiyeon.
"Apa dia pernah punya pacar?" Mata Taehyung memancarkan rasa ingin tahu mengenai Jiyeon keseluruhan. Gadis yang baru saja masuk ke dalam hatinya tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Kau pikir pemuda mana yang bisa tahan kalau gadisnya dingin dan ketus seperti itu? Mereka menyerah duluan sebelum berperang."
Taehyung terkekeh geli mendengar penuturan blak-blakan Seojoon. Menjilat belah bibirnya dengan ujung lidah, wajahnya berubah serius ketika menatap Seojoon dengan sikap formal.
"Saya ingin mendekatinya. Tentunya dengan persetujuan Anda."
Jiyeon maupun Seojoon menampilkan ekspresi serupa, berbeda dengan Hoseok yang sudah menduga niat pria tampan ini terhadap Jiyeon hingga berani menemui Seojoon.
"Ayah-"
"Setuju," ucap Seojoon cepat memotong protes Jiyeon yang belum rampung. "Kau berani meminta izin padaku, berarti kau memang layak di sisi gadis galak itu."
"Hentikan, Ayah. Aku-"
"Kau hanya perlu bersabar menghadapi semua sifatnya."
Jiyeon menggeram untuk kesekian kalinya, situasi ini bukanlah sesuatu yang Jiyeon inginkan di saat pikirannya tengah kalut dan masalah yang membelitnya. Ia sungguh tidak punya waktu untuk topik semacam ini.
"Kim Taehyung, aku pikir kita perlu bicara," ucap Jiyeon pada akhirnya.
Taehyung menatap gadis itu sejenak, sebelum Jiyeon sendiri yang memutuskan kontak mata tersebut dan berjalan keluar dari toko. Legam itu kembali pada Seojoon dan berkata akan menemui Jiyeon sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vespertine✔
RomanceLife is too short for shitty sex and bad relationships. So go find someone who fucks you right and treats you how you deserve to be treated