17

4.3K 594 92
                                    

Jiyeon tidak bisa memasuki ruangan sang ayah sebab Seojoon sedang ditangani oleh dokter Seokjin saat ini. Tangannya saling bertaut, remasannya begitu kuat saat memohon pada Tuhan untuk menyelamatkan ayahnya kali ini. Ia masih berharap jika Tuhan masih mendengarkan doa orang sepertinya, karena selama ini Jiyeon tidak pernah meminta.

Netra yang sudah berlinang air mata itu pun masih memejam, bibirnya terkatup rapat dengan hati yang melantunkan harapan agar Seojoon masih bisa menemaninya. Tungkainya pun terasa sulit sekali menahan beban, Jiyeon benar-benar gemetar dan ketakutan saat ini. Selama 10 menit yang berlangsung mengerikan, tidak sekalipun hatinya berhenti terus memohon pada Tuhan.

Langkah kaki yang membentur lantai keramik pun menyusup ke indera pendengarannya, gadis itu membuka mata dan melihat Taehyung yang berjalan cepat menghampirinya. Membawa Jiyeon ke dalam pelukannya dan mengusap punggung kecil itu, mencoba menenangkan.

"Apa yang terjadi?"

Jiyeon menggeleng, ia juga tidak mengerti. Karena setelah mendapat telfon dari Seokjin, ia hanya berhadapan dengan pintu yang tertutup rapat dan sedikit keributan di dalam sana. Benturan alat dan bunyi monitor. Juga beberapa suara panik orang-orang di dalam. Jiyeon terlalu takut berpikir apa yang akan terjadi setelah Seokjin keluar dari ruangan ini.

"Ssstthh ... tenanglah, ayahmu akan baik-baik saja," ucap Taehyung mengeratkan pelukannya. Dan Jiyeon mengaminkan dalam hati dengan begitu lantang.

"Kau dari mana saja?" tanya Jiyeon masih dalam pelukan Taehyung. Menyembunyikan wajahnya di dada bidang pria itu.

"Tadi ibu menelfon jika ayah masuk rumah sakit semalam. Aku baru kembali dari sana."

"Ayahmu sakit?" nada cemas Jiyeon tidak bisa disembunyikan.

Taehyung membalas dengan senyum dan mengecup ringan puncak kepala gadis-nya. "Sekarang sudah lebih baik. Kau tidak perlu cemas."

Pintu akhirnya terbuka dan dengan cepat Jiyeon berbalik menghampiri Seokjin yang baru saja keluar dengan melepas maskernya. Belum sempat Jiyeon menanyai, gelengan lemah dari Seokjin menjadikan gadis itu membatu untuk sejenak. Rasanya ada gelombang kuat yang menghantam dan bagian dalam perutnya serasa melilit. Nafasnya tercekat saat mencoba menarik udara sedikit banyak. Respirasinya terganggu, jantungnya seolah merosot jatuh pada lantai dingin yang ia pijaki. Pancaran mata Seokjin terbaca jelas jika semua sudah berakhir. Pria itu tidak sanggup menjelaskan dengan mulutnya. Raut wajah Jiyeon juga membuatnya merasa bersalah karena tidak bisa membuat Seojoon membuka mata lebih lama.

Jiyeon berlari masuk ke dalam ruangan Seojoon. Semua perawat sudah mengemasi peralatan dan membawanya keluar. Sementara Seojoon terlihat berbaring dengan tenang di bed-nya. Jiyeon menyeret langkahnya semakin mendekati sang ayah yang terpejam damai. Raut wajahnya begitu tenang dan tidak adalagi gurat kesakitan yang biasa Jiyeon temui kala Seojoon tidak sengaja tertidur di sofa saat menunggunya pulang kerja. Seojoon terlihat tidur seperti biasa, tak ada rasa sakit yang menggerogotinya hingga membabat habis berat badannya. Sapuan cahaya pagi yang masuk melalui celah jendela membasuh wajah ayahnya yang terpejam enggan terbuka.

Gadis itu memeluk tubuh sang ayah, rasanya begitu sakit dan jeritan frustasi lolos dari belah bibirnya. Isakannya terdengar pilu dan menyedihkan. Jiyeon tidak pernah membayangkan akan di tinggal sebegini cepat oleh sosok yang paling ia cintai. Menangis sejadi-jadinya, teriakan penuh putus asanya menggema memenuhi ruangan. Menggores hati Taehyung yang berdiri di ambang pintu.

Langkahnya dipercepat agar bisa merengkuh Jiyeon yang kini sudah merosot di lantai di samping bed ayahnya. Melihat Jiyeon menangis seperti ini juga membuat bibir Taehyung bergetar menahan tangisnya. Air mata kesedihan Jiyeon adalah hal yang paling tidak diinginkannya. Jelas gadisnya kini teramat terpukul dengan kepergian sang ayah. Terlebih Jiyeon memang tidak pernah siap ditinggalkan meski Seokjin sudah memberi peringatan sebelumya.






Vespertine✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang