05

6.1K 780 133
                                    

Pada hitungan ke lima belas, Jiyeon menghela nafas panjang. Taehyung sudah pergi satu jam yang lalu tanpa mengantongi jawaban dari Jiyeon atas pernyataan perasaan pria itu. Jiyeon merasa ini terlalu cepat sehingga Taehyung memutuskan akan memberikan Jiyeon waktu untuk memikirkan keputusannya.

"Omong kosong," gumamnya muak menyadari jika Taehyung berhasil mengacaukan apa yang sudah ia tata dengan baik untuk hidupnya.

Hingga sekarang, Jiyeon berhasil melewati semuanya sesuai apa yang ia susun dan ia rencanakan. Lantaran gadis itu tidak membiarkan kehadiran seseorang untuk mengusik hatinya.

"Kau ... Terlihat kacau." Hyunjin memasuki ruang wardrobe. Mendapati Jiyeon dengan wajah kesalnya.

"Tidak pada satu jam yang lalu," balas Jiyeon sinis.

Pria itu terkekeh dan mendaratkan bokongnya pada sudut sofa. "Kenapa tidak mencobanya saja?"

"Kau gila?"

"Itu yang aku tanyakan padamu. Belum ada gadis yang menolak pria sesempurna Kim Taehyung," tutur Hyunjin.

"Pria seperti itu yang akan menghancurkan semua yang sudah kutata dengan baik."

"Tidak... Kau hanya takut merasa bergantung pada seseorang."

Jiyeon semakin kesal, karena sepenuhnya kalimat Hyunjin benar. Gadis itu tidak menemukan satu kata pun untuk membantah pria di hadapannya.

"Mungkin selama ini kau merasa tidak membutuhkan seseorang untuk mendampingimu, kau berfikir semua bisa kau atasi sendiri. Tapi, melewati semuanya dengan seseorang yang mencintaimu akan membuatnya lebih mudah."

Iris pucat itu melirik Hyunjin yang kini menatap serius padanya. Mata tajam pria itu seakan memberi Jiyeon dorongan untuk mencoba mengambil langkah berbeda. "Kau tidak terlihat seperti seseorang yang percaya pada cinta."

"Aku hanya belum menemukannya. Bukan berarti aku tidak percaya," balas Hyunjin menaikan sebelah alisnya.

Usai kalimat itu terlontar dari bibir tebal Hyunjin, deringan ponsel Jiyeon menyita perhatian keduanya. Hingga gadis itu menjawab panggilan tersebut setelah membaca sekilas nama Hoseok di sana.

"Ponsel ayahmu tertinggal di toko. Apa kau bisa mengambilnya nanti?" tutur Hoseok di seberang sana.

"Memang ayah kemana?"

"Setengah jam yang lalu pergi bersama pemuda yang kemarin," balas Hoseok santai.

"Apa?! Maksudmu Taehyung?"

"Ah iya, Taehyung."

"Kemana?!"

"Astaga, Jiyeon. Aku masih bisa mendengar dengan baik suaramu. Bisakah kau pelankan sedikit?" sela Hoseok yang mengusap kupingnya sedikit berdengung akibat Jiyeon yang tiba-tiba menaikan nada bicaranya.

"Ck! Mereka kemana?" tanya gadis itu tidak sabaran.

"Pergi memancing. Tapi aku tidak tahu nama tempatnya."

"Kau membiarkannya begitu saja?!"

Terdengar helaan nafas di seberang sana sebelum suara kesal Hoseok kembali menyapa,"Kau menyalahkanku?"

"Seharusnya kau tidak membiarkan ayah pergi dengan seseorang yang—"

"Ya ampun, Jiyeon. Aku hanya seorang pria tampan yang direkrut menjadi pegawai ayahmu. Dan pria tampan ini tidak memiliki hak melarang dan mengatur atasannya untuk pergi kemana pun dengan siapa pun."

"Hoseok— hallo? Ck!" Jiyeon membuang nafas kasar selepas panggilan tersebut diputus sepihak oleh Hoseok.

"Kau lihat?! Pria itu menyebalkan!" Gerutu Jiyeon melihat wajah Hyunjin, seolah bisa menebak apa yang baru saja terjadi.

Vespertine✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang