Hari berlalu terasa cepat, semakin Jiyeon berharap waktu diperlambat semakin Tuhan menunjukan jika harapan Jiyeon sia-sia. Penyebaran sel kanker ibunya begitu pesat dan memakan habis kecantikan Youmi. Hanya dalam hitungan hari, Jiyeon tidak bisa mengenali lagi sosok ibunya. Rambut indah yang dulunya tebal bergelombang kini ruruh bahkan hanya disisir lembut dengan kelima jari. Binar mata yang mampu memikat pria kini terlihat redup dan cakung tanpa pancaran ceria. Juga tubuh molek yang terawat hanya menyisakan kulit dengan pembuluh darah yang membayang dan menonjol.
Jiyeon menangis menatap ibunya seperti itu, sementara Youmi masih bersikeras tidak ingin melakukan kemoterapi. Penebusan dosa yang malah semakin menyiksa Jiyeon. Dengan hari-hari yang tersisa, gadis itu selalu mengulas senyum palsu untuk ibunya. Hal yang ia lakukan pada sang ayah dulu. Lagi-lagi mengenakan topeng yang seakan menertawakan dirinya. Bersikap baik-baik saja dengan anggapan ibunya tidak akan meninggalkan luka dalam untuknya.
Orang bilang Tuhan maha adil, Jiyeon jadi berpikir di kehidupan sebelumnya ia adalah seseorang yang senang berbuat dosa tanpa takut pada sang pencipta. Hingga di kehidupannya sekarang, Tuhan benar-benar menghukum semua perbuatannya. Mungkin saja Jiyeon seorang pembunuh, atau pelaku kriminal yang menghilangkan banyak nyawa tanpa rasa bersalah hingga kini Tuhan membuatnya selalu kehilangan orang-orang yang ia cinta.
Seharusnya Jiyeon bisa membatasi, atau menghakimi diri sendiri agar bisa mencegah hal buruk seperti ini terjadi. Tapi Jiyeon buta, terlanjur jatuh pada kelembutan yang didapatnya. Entah itu dari Seojoon, Taehyung maupun Youmi sekarang. Apa Jiyeon bersikap tidak peduli pada mereka akan merubah segalanya? Akankah Tuhan membiarkan mereka tidak meninggalkan Jiyeon karena Jiyeon tidak menerima kebaikan mereka?
Mungkin saja Jiyeon yang terlalu rakus menginginkan kasih sayang dari orang yang ia cintai sepenuh hati, hingga saat seseorang itu hilang, Jiyeon tidak menemukan pegangan. Tersesat dan kehilangan kendali pada diri sendiri. Yang bisa Jiyeon lakukan saat ini hanyalah berpegangan pada diri sendiri. Jangan libatkan hati lagi agar tidak terseret dalam pusaran rasa kehilangan untuk kesekian kali.
"Ji?"
Panggilan serak nan lirih itu langsung menyambangi rungu begitu Jiyeon masuk dengan perlahan ke kamar sang ibu.
"Aku di sini, Bu." Gadis itu memastikan tidak ada jejak air mata saat menghampiri ibunya yang terbaring di ranjang dengan satu tangan terangkat. Hendak menggapai sang putri yang masih sedikit jauh dari posisinya.
Jiyeon mendekati, langsung mengulurkan tangannya untuk digenggam Park Youmi. Duduk dengan perlahan di pinggir ranjang dan mengamati wajah ibunya.
Dokter benar, kanker serviks yang diderita ibunya sangat ganas hingga mampu melumpuhkan seluruh persendian ibunya dalam waktu sekejap mata. Pantas saja selama ini Park Youmi terlihat murung dan sering tidak bernafsu untuk makan. Jiyeon ternyata terlalu lebur dalam kesedihannya akan kehilangan Taehyung sehingga tidak memperhatikan kondisi ibunya sendiri. Bahkan saat kanker serviks itu tidak bisa ditangani lagi meski melakukan kemoterapi.
"Ibu mau makan apa? Biar aku yang masak."
Youmi menggeleng dengan senyum hangat tersemat di wajah lelahnya. "Aku hanya ingin kau menemaniku, Sayang. Apa calon cucuku menyulitkanmu?"
Gadis itu menggeleng dan refleks satu tangannya mengelus permukaan perutnya. "Dia begitu tenang, hanya sesekali saja akan menendang jika Mingyu mengajaknya berbicara."
"Ji ..."
"Ya, Bu?"
"Hhh ... sudah lama sekali kau tidak memanggilku ibu," senyuman Youmi seolah memperlihatkan jika wanita itu tengah mengulik kenangan lama yang mungkin sudah membusuk untuk kembali disuguhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vespertine✔
RomanceLife is too short for shitty sex and bad relationships. So go find someone who fucks you right and treats you how you deserve to be treated