21

4K 507 77
                                    

Bermenit-menit berlalu, Jiyeon hanya diam menatap pantulan dirinya yang tengah duduk di meja rias. Pandangannya kosong, mencerna ajakan Taehyung mendatangi rumahnya karena sang ibu yang mengundang mereka berdua. Tentu Jiyeon meragu. Masih jelas dalam ingatan bagaimana ibu Taehyung menentang mati-matian hubungan anaknya. Dan hingga kemarin pun Taehee masih memperlihatkan betapa ia tidak main-main membuat hubungan Jiyeon dan Taehyung berakhir.

"Cantik." Entah sejak kapan Taehyung sudah berdiri di belakangnya. Ikut menatap pantulan mereka di depan cermin. Tubuh tegap itu di balut kemeja hitam dengan dua kucing teratas yang sengaja dibuka. Dan bagian lengan yang digulung sebatas siku.

Jiyeon tidak ingin merusak suasana hati Taehyung yang terlihat gembira. Tidak sedikitpun terselip rasa curiga kenapa ibunya mendadak mengundang mereka berdua setelah sebelumnya berkata tidak merestui.

Pria itu membantu Jiyeon berdiri, dan berhadapan dengannya, selalu saja Taehyung dibuat terpesona dengan gadisnya. Tubuh ramping itu mengenakan dress hitam selutut yang melekat pas pada tubuhnya. Surai madu itu dibiarkan tergerai halus mencapai pinggangnya.

"Jangan khawatir, mungkin saja ibu menyerah dan akhirnya merestui hubungan kita," ucapnya menyelipkan anak rambut pada daun telinga kanan Jiyeon.

Jiyeon tersenyum manis, mengangguk seolah mempercayai kalimat kekasihnya. Biarkan rasa gelisah seperti ini hanya ia yang memiliki. Sebab, ia sudah meyakinkan dirinya sendiri, bersama Taehyung, apapun akan Jiyeon hadapi meski dunia juga ikut membenci. Jiyeon tidak peduli, ia belum pernah melakukan apapun untuk dirinya sendiri, maka untuk saat ini biarlah Jiyeon egois kala keinginan memiliki Taehyung terlalu besar.

Taehyung memeluknya, seakan mengerti jika Jiyeon tengah gelisah meski tidak sepatah katapun terucap dari belah bibirnya. Mengecup pelipis itu berkali-kali sebelum melepaskan pelukannya dan mengajak Jiyeon untuk segera pergi.






•|•






Waktu bergulir cepat hingga kini keduanya sudah menjejakkan kaki pada teras rumah Taehyung. Pintu dibuka oleh seorang pelayan dan membimbing mereka masuk ke ruang meja makan. Dimana kedua orang tua Taehyung sudah menunggu keduanya di sana. Taehee tersenyum lebar menyambut sang putra yang akhirnya kembali kekediaman mereka. Sementara Kim Rain masih setia dengan wajah tanpa minatnya. Duduk dengan tenang di balik meja makan dengan setelan kemeja cokelatnya.

"Akhirnya kau datang juga, Sayang." Wanita itu memeluk putranya senang. Namun genggaman Taehyung pada tangan Jiyeon tidak sedikitpun mengendur. Saat Taehee menggiringnya duduk ke meja makan pun Taehyung merangkul pinggang Jiyeon. Gadis itu jelas merasakan jika Taehee mengacuhkannya.

Mereka duduk dengan hidangan yang begitu banyak di hadapan mereka. Meja makan yang terbilang besar pun hanya sedikit memiliki ruang kosong. Taehyung menatap kedua orangtuanya bergantian. "Ini terlalu banyak untuk makan malam empat orang," ucapnya memandang curiga pada ibunya.

"Iya, kita akan menunggu satu tamu lagi," balas sang ibu melirik Jiyeon dengan senyum tipisnya.

"Ibu—"

"Maaf, nyonya. Nona Lee sudah datang," ucap pelayan yang menghampiri meja makan memotong kalimat Taehyung.

"Suruh dia masuk, bawa ke sini langsung," balas Taehee semangat.

Taehyung mengendalikan nafasnya yang mendadak sesak kala emosi hampir menguasai diri. Menoleh pada Jiyeon yang duduk tenang di sebelah kanannya, pria itu mengambil tangan gadisnya dan menggenggamnya erat. Mengusap punggung tangan itu dan mata yang memandang teduh mata Jiyeon yang terlihat redup.

Tak berselang lama, pelayan yang menghampiri mereka tadi berjalan mendekati meja makan dengan seorang wanita anggun yang tampak sebaya dengan Taehyung. Senyum terkembang di wajah manisnya yang terpoles riasan. Juga dress merah menyala tanpa lengan yang menggantung di tubuh langsingnya. Aroma parfum mahal langsung menjamah indera penciuman seisi rumah. Perlu Taehyung ingatkan, wanita seperti ini-lah yang paling tidak ia sukai. Wanita yang berkelas secara penampilan. Namun belum tentu berkelas secara moral.

Vespertine✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang