Normalnya, kehidupan Jiyeon berjalan seperti biasa. Rutinitas syuting dan pulang ke apartemen untuk melepas rindu dengan kekasihnya. Meski tersembunyi beban berat yang ia tanggung demi hubungannya.
Namun hal yang berbeda dari Jiyeon tentu bisa terbaca oleh Mingyu. Pria itu tahu jika Jiyeon tengah menyimpan masalah yang besar, menyembunyikannya dari orang lain untuk ditanggung sendiri. Gadis itu lebih banyak diam dan sering terlihat murung. Juga saat mencuri waktu untuk tidur sejenak di sofa pun Mingyu mendapati Jiyeon yang tidak menikmati tidurnya. Kerutan dahi dan bulir keringat yang mengumpul di pelipis dan sisi wajah gadis itu.
Seperti sekarang, baru saja Mingyu mendapatkan istirahat setelah melakukan beberapa scene-nya. Menemukan Jiyeon untuk yang kesekian kalinya tertidur di sofa panjang di sudut ruangan. Pria itu berjalan menghampiri, berjongkok di sisi sofa agar matanya bisa menelisik jelas wajah Jiyeon yang tengah terlelap.
Lagi-lagi dahi gadis itu berkerut samar, keringat di sisi wajahnya membuat beberapa helai anak rambut itu menempel dan lembab. Tangan pria itu terangkat naik, menekan kerutan di dahi Jiyeon dengan ibu jarinya secara perlahan. Juga menyeka keringan gadis itu begitu hati-hati agar Jiyeon tidak terbangun.
Hembusan nafas berat lepas dari ranumnya. Rasanya juga ikut menderita melihat Jiyeon seperti ini. Entah masalah apa yang gadis itu coba tutupi sehingga di alam mimpi pun Jiyeon masih terkukung kuat dengan permasalahannya.
"Sedari kapan dia tidur?" Yoongi bersuara pelan, seakan Jiyeon bisa terusik jika pria itu kenaikan sedikit aksennya.
"Sepertinya baru saja, " balas Mingyu berdiri dan memasukan kedua tangan ke dalam saku celananya. "Bisa aku bicara denganmu sebentar?"
•/•
Cafe yang berada tak jauh dari lokasi syuting menjadi pilihan untuk keduanya berbicara secara empat mata. Mereka belum memulai konversasi, hingga seorang pelayan datang dan membawakan minuman yang mereka pesan.
"Maaf sebelumnya jika aku terkesan lancang dan terlalu ikut campur. Tapi ... apa kau tahu masalah yang tengah dihadapi Jiyeon?" Mingyu membuka suara. Memperhatikan raut wajah pria di hadapannya.
Gelengan diterima Mingyu sebagai balasan. "Meski sudah berteman lama, Jiyeon tidak pernah membagi masalahnya denganku."
Bibir Mingyu membentuk garis setipis pisau, mengambil ponsel dalam saku celananya dan mengotak-atik benda pipih itu sebelum memperlihatkannya pada Yoongi.
"Kau—"
"Sekali lagi maaf, aku hanya tidak tahan melihatnya akhir-akhir ini terkesan murung dan banyak diam. Sungguh, aku tidak bermaksud ikut campur terlalu jauh," sela Mingyu cepat.
"Bagaimana bisa?"
"Aku menyewa seseorang untuk mengulik sedikit hidupnya, dan ternyata benar, masalah yang Jiyeon hadapi bukanlah perkara mudah. Tapi, mengingat yang melakukan ini adalah ibu Taehyung, kita pun tidak bisa berbuat banyak," jelas Mingyu. Ibu Taehyung sangat berpengaruh besar dan masalah seperti ini bukan apa-apa untuknya.
"Aku tidak tahu sekarang dia terlibat masalah besar seperti ini," lirih Yoongi merasa tidak berguna sebagai seorang teman. Padahal jika ia memliki masalah, Jiyeon selalu membantunya dengan berbagai cara.
"Aku rasa Taehyung juga tidak tahu mengenai hal ini."
Dua pria dewasa itu terjebak hening dalam beberapa menit yang terbilang lama. Kalut dengan pemikiran kusut yang mencari celah untuk membantu Jiyeon keluar dari masalahnya.
•/•
Taehyung berjalan gontai menuju apartemen Jiyeon. Sudah dua hari pria itu berada di Busan untuk urusan pekerjaan. Dan tidak dipungkiri jika ada campur tangan Taehee di dalamnya, namun Taehyung tidak berdaya. Meski pewaris tunggal, Taehyung juga berpotensi dicoret dari daftar penerima warisan jika terlalu banyak menentang dan melakukan pemberontakan. Bagaimanapun, ia tidak sanggup jika membawa lari Jiyeon tanpa sepersenpun uang. Tidak mungkin ia membiarkan Jiyeon hidup serba kekurangan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vespertine✔
RomantikLife is too short for shitty sex and bad relationships. So go find someone who fucks you right and treats you how you deserve to be treated