Jiyeon tidak bisa menentang keinginan Taehyung yang menyatakan akan menunggu Jiyeon sampai gadis itu selesai dengan pemotretan. Dengan sabar dan senyum kotaknya, pria itu duduk di salah satu sofa. Matanya belum lepas melirik Jiyeon yang melakukan beberapa pose cantik dengan berbagai dress yang sempat Taehyung seleksi, pria itu tidak terima dress dengan potongan dada rendah dan belahan rok yang mencapai pangkal paha. Mengabaikan fakta jika Jiyeon masih bekerja di sebuah majalah saingannya sendiri. Taehyung tidak peduli. Karena selepas ini Jiyeon akan bekerja penuh untuknya. Pria itu tidak mempermasalahkan jika dress yang Jiyeon kenakan sedikit terbuka asalkan masih dalam batas yang wajar menurutnya.
Lebih dari satu jam Taehyung menunggu, akhirnya Jiyeon selesai dengan gaun kuning terakhirnya. Pria itu menggantikan staf untuk menyampirkan selimut kecil yang menutupi bahu telanjang Jiyeon. Dan suara Hyunjin yang memintanya untuk memilih cover pun menyusul seperti biasa.
Taehyung dengan segera berjalan mendekati Hyunjin. Matanya fokus menatap monitor, membantu Hyunjin dalam memilih cover. Jiyeon yang melihat dari sudut ruangan pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Menyesap jus jeruknya sedikit, gadis itu bersandar guna merilekskan tubuhnya. Beberapa hari ini Jiyeon jelas merasakan semua yang biasanya ia putuskan sendiri, kini diambil alih oleh Taehyung. Dan sialnya Jiyeon terpaksa mengalah seperti halnya masalah tiga dress tadi. Taehyung dengan seenaknya memutuskan apa yang akan Jiyeon kenakan untuk pemotretan.
Gadis itu melangkah ke ruang wardrobe. Berniat mengganti pakaiannya dan membersihkan riasan wajahnya.
Di depan cermin, Jiyeon menuangkan micellar water pada selembar kapas. Gadis itu mulai mengusap wajahnya yang tertutupi riasan dengan perlahan. Pikirannya tertuju pada donor jantung yang didapatkan sang ayah. Jiyeon bingung bagaimana menyampaikannya pada Seojoon mengingat ayahnya keras kepala tidak ingin dioperasi. Hingga saat pintu ruangan dibuka, gadis itu tidak menyadarinya sampai aroma Taehyung menjamah indera penciumannya, pun disusul dengan pelukan Taehyung pada lehernya dari belakang.
"Melamunkan apa?" tanya pria itu menatap pantulan wajah Jiyeon di depan cermin.
Gadis itu meloloskan dirinya dari pelukan Taehyung dan membuang kapas di tangannya. Mengambil selembar kapas lagi, Jiyeon membersihkan sisa-sisa make up yang tertinggal. Hingga wajah itu bersih dan lebih ringan. Beruntung Taehyung masuk saat Jiyeon sudah berganti pakaian.
"Aku sudah memilih menu makan siang untuk kita. Juga para staf yang sudah bekerja keras," tutur Taehyung duduk pada sudut meja rias yang memiliki sedikit ruang. Membelakangi cermin dan melihat Jiyeon yang tengah menguncir surai sewarna daun maple-nya.
"Kau bertindak berlebihan, Kim. Kau lupa jika sekarang kau bukan di gedung WILD?"
Taehyung menyeringai, ia tahu betul jika skarang dirinya berada di gedung BILLION. Tapi apa peduli? Toh ia ke sini hanya ingin menemui Jiyeon, yah... Meski tadi sempat mengatur ini dan itu.
Ketukan pintu menghentikan Taehyung yang akan mengeluarkan suara. Keduanya membiarkan pintu terbuka dan dua orang wanita masuk dengan membawa nampan berisi makanan di tangan mereka. Meletakkannya di atas meja dekat sofa sebelum pamit dan menghilang dengan menutup pintu kembali.
"Makanlah, Baby. Kau tidak akan kenyang dengan menatapku kesal seperti itu," ucap Taehyung berjalan mendekati sofa.
°°
Hari semakin sore, dan selesai makan siang tadi Taehyung malah bersikeras mengantar Jiyeon pulang. Yoongi tidak akan mempermasalahkannya. Pria pucat itu akan membawa pulang mobil Jiyeon dan Jiyeon bisa menjemputnya nanti jika gadis itu perlu. Namun, bukannya langsung pulang, Taehyung membuat Jiyeon semakin lelah dengan mengitari pusat perbelanjaan. Membeli beberapa pakaian untuknya sendiri dan pakaian perempuan yang Jiyeon tidak tahu untuk siapa. Beserta pakaian dalam tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vespertine✔
RomanceLife is too short for shitty sex and bad relationships. So go find someone who fucks you right and treats you how you deserve to be treated