PART XIX

348 28 3
                                    

UYY UYY

Pun10 gaess

aing kembali membawa se-million kerinduan:v

Maap ya ges akhir akhir ini jarang up. Faktor Sinyal plus hp ceunah:(

Tapi malem ini ayem back uwuwu:3

Nah jadi untuk kalian kalian,

baik new maupun old readers, Plis vote and Comment di cerita ini,key?

Kalo kalian baik minta tlg share cerita ini ke teman,sahabat,mama bapak,tetangga atau pak rt,bahkan pak lurah kalian pun gapapa:)

OK? Ready to baper? CapCus









































"Lah? Bang Sagara?" kata Marsel dengan sedikit terkejut.

"Tunggu...Tunggu. Jadi benang wol,benang kasur,dan benang mancing yang Fina simpulkan disini,kalian berdua sudah kenal?" tanya Fina. Namnpaknya raut muka Bang Sagara menunjukkan wajah yang... entahlah menunjukkan ekspresi apa.Tapi Fina merasa ada kemarahan dalam tatapan abang bujangnya yang satu ini.

"Ya jelaslah" kata Bang Sagara.

"Abang itu yang di..."

"SSB Laba-Laba? Iya itu gw" kata Bang Sagara yang tiba tiba menunjukkan raut muka yang berubah 180 derajat dari sebelumnya.Sebuah lengkungan terukir di bibirnya. Dan itu merupakan senyuman termanis dari seorang Hanis Sagara Putra.

"Widihh. Straiker idola gw" kata Marsel

"Ahh b saja. Lu itu gelandang Jagoan gw" kata Bang Sagara balik memuji Marsel.

"Apa? Marsel gelandangan? Kasian banget yaampun" kata Fina dengan polos nya.

"Astagaa Serafina Pratiwiiii. Detik ini juga gw pecat lo jadi adek."

"Ihhh apaan sih Bang Gara,pake mecat mecat Fina segala?!" kata Fina esmoci. Namun tetaplah Seorang Fina akan tetap terlihat imut dalam keadaan apapun. Termasuk ketika marah seperti saat ini. Dan itu mampu membuat Marsel terpaku untuk sepersekian detik.

"Makanya punya kuping itu korek pakai linggis di belakang rumah sonoo"

"ISHH ABANGG! GW SUMPAHIN LU LENYAP KE DASAR SAMUDRA"

"APA? SUAPIN LU KECAP DI DASAR SAMUDRA?" kata Sagara yang pura pura tak mendengar Sumpah Fina.

"BANG SAGARA BUDEG STADIUM DEWAAAAAA" kata Fina yang berlari mengejar Sagara yang kabur ke taman di depan rumahnya.

Marsel dan bunda nya Fina hanya dapat menggeleng ke dua kakak adik itu. Marsel pun mengembangkan senyum manisnya sembari menatap Fina yang sibuk mengejar Bang Gara. Marsel menatap Fina dengan dalam,walau tatapannya tak dibalas Fina sama sekali.

"Kenapa senyum senyumnak Marsel?"

"Nak Marsel?"

"Marsel?" kata bunda nya Fina sembari menggoyangkan bahu cungkringnya Marsel.

"Eh iya Tante?" jawab Marsel yang terkejut dan langsung melihat ke arah Bundanya Fina.

"Kamu kenapa kok ngeliatin Fina sampe segitunya?"

"Em-Eng-Nganu Tante-Ga-Ga ada apa-a apa kok tante. Marsel cuma liat itu gucinya mirip sama guci di rumah temennya Marsel."

"Oh guci itu? Ah iya memang guci itu tante beli pas di Paris. Sudah lama itu gucinya. Dari Fina lahir sudah ada,tapi tetap cantik saja sampe sekarang gucinya"kata Bunda nya Fina menjelaskan.

Marsel pun terbelalak kaget. Ia tak percaya dengan ucapan bundanya Fina. "Serius tante?"

"Iya nak Marsel. Sehabis tante beli guci ini,tante ke Berlin sama sekeluarga. Eh lahir lah Fina disana."kata bundanya Fina.

"Hah? Fina lahir di luar negri tan? Kok mukanya Pribumi begitu sih tan?"

"Iyaa. Fina itu ikut muka ayah nya. Ayahnya itu orang Belanda-Ciputat. Kalo tante mah deket deket. Tante cuma orang Spanyol-Rusia-Belgia-Cipayung."

("Eh buset. Deket tapi di Eropa kabeh.') batin Marsel.



"Tante mohon maaf ini udah malem. Dan besok juga masih Sekolah. Marsel pamit dulu ya tan."

"Emm ok deh nak. Seriing sering main ya"

"Iya tante. Selamat malam"

"Juga nak Marsel"

Dan Marsel pun mengendarai kuda besinya menuju ke tempat kediamaannya.























Di sebuah taman. Ditemani dengan dinginnya udara Ibukota Jakarta di malam itu. Terduduklah seorang Wanita di kursi taman dengan pergelutan dalam pikirannya.

"Aishhh! Sialan. Comeon Marry! Remember one thing about your history! You can!"kata Marry sembari memegang kepalanya frustasi.

"Shit! I dont remember anything."kata Marry yang langsung berdiri hendak meninggalkan taman itu.

Lalu ia mengedarkan matanya ke penjuru taman dan jalanan yang ada di dekat taman. Senyum tipis terukir di wajahnya menyaksikan indahnya malam di Jakarta dihiasi dengan lampu toko dan rumah rumah warga yang berbaris rapi. ('indah') batin Marry.

Lalu Marry pun menyusuri jalan pulang kembali ke Rumah sepupunya,Bulan. Ia menatap ke arah trotoar hingga tak melihat apapun di hadapannya. Dan karena itu ia menubruk sebuah tiang dann

"What?Valeron?"







































































Ini napa tiba tiba ada Valeron nyaa?
Ini napa sih ceritanya?
Ah au ah gw mumed
BTW gaes gimana nih ceritanya
Ambigu atau malah seru?
Comment ya:)
Btw ini otw 1K yuhuuu😚
Makasih ya buat klean yang selama ini udh setia nunggu cerita ini up.
Sabar dengan tingkah author klean yang rada rada sableng:v
Makasih banyak:')
Jangan lupa Vote ama Share ama Komentar nya ye gaess di part ini.
Follow juga akun instagram author di @via gabut dan @viaajosephine
Ok dah segitu dulu dr author yang cantiknya melebihi bidadari:v
See yaa



Te amo mis mayores, MarselinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang