35. Penasaran

9 1 0
                                    

Di atas rooftop sekolah duduklah Vaniel dan Laila disana sejak jam istirahat kedua karena kelas mereka kosong alias guru tidak masuk dan juga Paul sedang mengapelin pacarnya Jadi tingalah Vaniel dan Laila di atas sini.

"Niel,... Gue boleh nanya nggak?" tanya Laila sambil bersandar di bahu Vaniel.

"Aku, kamu perbaiki dulu bahasa kamu... Apa?" Ucap Vaniel sambil memainkan anak rambut Laila.

"Iya... Iya... Ini soal kak Daniel kakak kamu! Tadi pas istirahat pertama dia datang mau minta jawaban aku--"

"Terus kamu udah jawab?" Vaniel memotong ucapan Laila, dan juga nada bicaranya sedikit tinggi.

"Belom, kan kamu belum kasih saran,"

"Nolak aja kalau kamu ragu, terima aja kalau kamu mau, aku nggak bakalan ngelarang kamu kok," ucap Vaniel kemudian langsung menatap Laila, keduanya saling tatap menatap lama hingga Laila memutuskan tatapan tersebut.

Ada sedikit keraguan di Laila tentang omongan Vaniel barusan entah mengapa ia rasa, Vaniel tidak rela jika ia berpacaran dengan Daniel yang notabenenya adalah kakaknya Sendiri.

Sejak tadi Jawaban yang ingin Laila dengar dari mulut Vaniel adalah 'Laila Lo nggak boleh pacaran sama cowok manapun kecuali...,' ahh ya sudalah itu hanya angan-angannya yang mungkin tidak akan tercapai.

Lain dengan Vaniel di hati kecilnya ingin sekali ia berkata bahwa Laila tidak boleh pacaran dengan siapapun karena sangat sakit jika melihat Laila berpacaran dengan orang lain.

Tampa keduanya sadari ada seseorang yang tengah melihat dan mendengarkan ucapan keduanya dari awal sampai selesai.
Orang tersebut tersenyum miring, mungkin ia akan kembali menyusun rencananya untuk menghancurkan Daniel Eligrabav melalui adiknya dan seseorang yang ia sukai.
"Sungguh ini akan menjadi permainan yang terbaik, gue akan buat Lo menderita sama seperti apa yang kakak gue rasakan waktu dulu Daniel Eligrabav," ucap Orang itu sambil tersenyum dengan senyuman iblisnya.

Kemudian munculah sebuah ide di kepala orang tersebut lalu ia mengeluarkan ponselnya untuk memotret Vaniel dan Laila, karena posisi mereka sangat pas saat Laila berada di rangkulan Vaniel.

Setelah selesai melakukan aksinya ia pun langsung turun kembali ke kelasnya. Niatnya tadi itu hanya ingin menenangkan batin dan kepalanya di rooftop ini tapi ia malah dapat sebuah rahasia yang disembunyikan oleh Vaniel dan Laila.

"Niel, kita disini udah hampir dua jam, kita balik ke kelas yuk takut nanti ada yang lihat kita kayak gini entar malah muncul gosip nggak bener lagi," ucap Laila sambil berdiri dari rangkulan Vaniel.

"Gue masih pengen meluk Lo, lima menit lagi ya?" Jika Vaniel sudah mengunakan Gue,Lo berarti ia sedang menahan amarahnya, jika kalian fikir Vaniel adalah sosok ramah, jahil dan banyak bicara itu sebenarnya hanya 50% yang bener karena itu adalah sifat topengnya, Vaniel yang asli itu manja, tidak banyak bicara dan tegas dan ya ia lebih suka memerintah seperti sekarang dan sifat aslinya itu hanya ia tunjukkan kepada Laila seorang, jadi sifatnya ini hanya Laila saja yang tau.

Dan selama ini Laila juga tidak pernah complain atas sikap Vaniel yang modian seperti sekarang ini. Malah ia bersyukur memiliki seorang seperti Vaniel yang selalu ada di saat yang ia butuhkan.

Akhirnya Laila menuruti keinginan Vaniel, ia kembali duduk di tempatnya. Setelah lima menit ia membiarkan Vaniel memeluknya dan akhirnya keduanya pun langsung menuju ke kelas mereka.

Setelah sampai di kelas suasana kelas sangat ramai seperti di pasar karena gurunya tidak masuk alhasil semuanya saling duduk membuat lingkaran dan bergosip ria, ada yang lagi streaming ada juga yang sedang pacaran seperti Paul dan Prisca yang sedang duduk bersama di bangku belakang. Laila dan Vaniel pun menghampiri Paul dan Prisca.

"Pacaran mulu kerjaan Lo berdua, hati-hati loh entar muncul dedek bulgon," ledek Vaniel, dan sekarang sifat Vaniel sudah jahil lagi seperti biasanya tidak seperti saat ia sedang bersama Laila tadi.

Laila yang melihat itu hanya tersenyum samar. 'mungkin udah saatnya gue jawab pernyataan kak Daniel,' batin Laila berucap.

"Alah bilang aja Lo sirik! Eh betewe Lo sama Laila kemana tadi?" tanya Paul

"Biasa, rooftop," jawab Vaniel, sambil duduk di kursi depan Paul.

"Hah?... Berdua doang?" Tanya Paul lagi, ia merasa sudah curiga dengan Vaniel karena ia sempat memergoki Vaniel tengah memegang tangan Laila pas di puncak kemarin, dan genggaman tangan mereka cukup lama hingga Laila melepaskannya. Pada malam itu ia banyak berasumsi tapi ia tidak pernah menanyakan hal tersebut kepada Vaniel, karena ia perlu memastikan dulu apa sebenarnya hubungan antara Vaniel dan Laila.

"Iya, emang kenapa? Biasanya juga berdua doang kok!"

"Yah nggak apa-apa sih! Oyah Prisca tadi ngajakin kita buat kerumah Ling soalnya tadi dia dapet pesan bahwa Ling sedang sakit," ucap Paul sambil menatap ketiganya bergantian.

"Iya ini bener, ntar kan mau bel, nanti kita berangkat bareng pake satu mobil aja ya!" Prisca berusul.

"Gue sih oke-oke aja, toh Ling juga sahabat kita ya. Gimana La?" tanya Vaniel sambil menatap Laila.

" Aduh sorry , nih guys bukanya gue nggak mau ikut Lo pada, tapi entar pulang sekolah gue ada urusan,....Tapi setelah urusannya selesai gue bakalan nyusul kalian kok. Kalian duluan aja yah!" Pintah Laila.

"Emang ada urusan apa?" Vaniel menaikkan sebelah alisnya, bertanda ia tidak setuju kalau Laila nanti nyusul, ia maunya itu mereka pergi barengan, entah kenapa hatinya tidak mau nanti Laila bertemu dengan Daniel ataupun cowok lain, ia akan cemburu melihat itu.

"Adalah, nggak penting juga kalian mengetahui itu," jawab Laila sesantai mungkin, tapi lain dengan hatinya yang sudah resah karena khawatir atau takut ia pun tak bisa mengerti itu.  Mungkin ia hanya khawatir, 'hanya khawatir tapi... Khawatir tentang apa?... Ahh sudahlah aku sudah malas terlalu banyak berfikir,' batin Laila.

Akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi, saat yang sudah dari tadi dinantikan oleh siswa-siswi Lainnya.

Dan Senyum tipis terukir di bibir Daniel pasalnya tadi Laila sudah mengsmsnya untuk menjawab pernyataannya kemarin di puncak. Ia pun membawa tasnya di pundaknya lalu berjalan keluar kelasnya untuk menghampiri kelas Laila yang berada di Lantai satu.

Semua siswa-siswi di kelas Laila sudah pulang semua kini tinggallah Laila beserta Vaniel dan Paul yang berada di kelas ini.

"Gue mau tanya sama Lo berdua,... tapi Lo berdua harus jawab dengan sejujurnya!" Ucap Paul dengan nada mengintimidasi.

"Apa?" Jawab keduanya serempak.

"Sebenarnya apa hubung--" ucapan Paul terpotong oleh sesosok yang sudah berdiri di ambang pintu kelas mereka.

"Gue pinjem Lailanya sebentar ya!" Ucap Daniel sambil tersenyum tipis kepada Laila.

"Boleh kak, Laila pergi gih tuh doi sudah nungguin tuh, entar aja kita lanjutin diskusi kita," Paul berucap sambil menarik Vaniel keluar dari kelas mereka.

Satu hal yang dari tadi di takuti oleh Vaniel kini sudah terjadi, sebenarnya ia enggan meninggalkan Laila bersama kakaknya, tapi ia juga tidak boleh egois toh Laila juga bukan siapa-siapanya. Vaniel menatap Sekilas Laila kemudian ia pun mengikuti Paul keluar dari kelasnya.

"Sudah lama nungguin aku ya kak?" Tanya Laila sambil menggendong tasnya sebahu dan keluar dari kelas.a

"Nggak aku baru nyampe, oyah kita ngomongnya di warung atau nggak di restoran aja ya?" tanya Daniel sambil berjalan menuju parkiran motornya.

Laila hanya mengangguk kemudian keduanya berjalan beriringan bersama menuju parkiran motor Daniel.

______________________________

Thankyou bagi yang masih setia membaca cerita ini 😊♥️

Salam manis Tonia✨♥️

Aku kamu Dia dan Takdir [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang