Jam istirahat yang seharusnya semua murid berbondong-bondong untuk ke kantin, tapi tidak dengan Laila dan Vaniel, hari ini keduanya harus sibuk membawa buku kimia kembali ke dalam perpustakaan sekolah, karena guru kimia mereka menugaskan mereka untuk melakukannya.
Sekarang mereka berada di koridor menuju perpustakaan yang berada di dekat kelas 12 IPS yang letaknya berada di atas lantai 2.
"La, Lo udah tau sesuatu belum?" tanya Vaniel di sela-sela perjalanan.
"Apa?" Laila menaikan sebelah alisnya bingung.
"Entar gue kasih tau kalau, kita udah sampai di perpus,"
Laila hanya mengangguk kemudian keduanya pun telah sampai di depan pintu perpustakaan.
Mereka menyapa ibu penjaga perpus dengan ramah. Dan keduanya pun lansung menuju ke barisan buku Kimia , setelah selesai menata buku, Vaniel mengajak Laila untuk duduk di tempat yang berada paling ujung di perpus ini, tempatnya dekat dengan jandela.
"Laila sebenarnya gue mau ngomong sesuatu, Lo cukup dengarkan saja,... Gue udah suka sama Lo dari awal kita masuk sekolah, gue tau ini udah telat banget buat ngasih tau Lo tapi gue rasa Lo harus tau yang sebenarnya," ujar Vaniel sambil menatap mimik wajah Laila.
Laila cukup terkejut dengan pengakuan tersebut, ia pikir kalau dalam hubungan persahabatan yang normal tidak boleh melibatkan rasa apa pun kecuali rasa sayang terhadap dan tidak boleh lebih dari rasa tersebut.
Di satu sisi Laila merasa senang dengan pengakuan itu, tapi apa dayanya yang sudah menjadi pacar Daniel yang tidak lain adalah kakak kandung Vaniel, apa kata orang nanti kalau ia berpacaran lagi dengan Vaniel. Laila banyak menyimpulkan sesuatu yang tidak-tidak.
"Ehm-- makasih dan sebenarnya gue juga--"
"Apa maksudnya ini?" ucapan Laila tadi terpotong oleh suara serak milik Daniel, ia dari tadi Daniel sedang mencari Laila dan setelah ia sampai di perpus ia mendapati adiknya sedang berdua bersama pacarnya Laila.
Cemburu, kesal, marah semua rasa itu menjadi satu ingin sekali Daniel menonjok rak buku yang ada di sebelahnya tapi ia harus mengontrol emosinya.
Laila dan Vaniel yang mendengarkan suara itu sontak keduanya lansung terkejut bagaikan keduanya sedang tertangkap basah.
"Aku bisa jelasin kak," ucap Laila takut sambil menatap Daniel. Jika Laila boleh jujur Daniel sangat menyeramkan jika marah seperti ini, sungguh sangat mirip dengan wajah Lucifer meskipun Laila tidak tau menahu tentang wajah Lucifer tapi Laila sangat yakin sekarang bahwa yang dikatakan oleh kakaknya bahwa Daniel itu menyeramkan saat marah itu benar adanya.
Setelah mendengarkan itu Daniel pun lansung menarik tangan Laila dan meninggalkan Vaniel sendirian di dalam perpus.
Laila menekori Daniel dari belakang, sungguh ia sangat takut dan di satu sisi ia sangat malu karena semua mata tertuju padanya dan Daniel, entah apa yang murid-murid lain bicarakan tentangnya, ia tidak perduli yang ia pikirkan sekarang adalah kemana Daniel akan membawanya.
Ternyata Daniel membawanya ke belakang sekolah, setelah sampai disana keduanya duduk di bawah pohon besar yang sudah berada disana entah dari sejak kapan ia pun tak tau.
"Jelasin!" satu kata yang keluar dari mulut Daniel sambil menatap Laila dengan tatapan yang sulit dibaca oleh Laila.
"Dari awalnya atau lansung?" tanya Laila Bingung, iya karena jika diceritakan dari awal nanti kepanjangan jadi ia berinisiatif bertanya dulu Daniel maunya yang mana.
"Terserah,"
"Oke jadi gini kak, tadi itu Vaniel cuman kasih tau kalau di suka sama aku," Laila berbicara to the point karena ia tau Daniel tidak suka basa-basi.
"Terus apa lagi?"
"Enggak,cuman itu doang sih,"
Setelah itu Daniel lansung memeluk Laila, entah kenapa Daniel pun tidak tau ia hanya ingin saja.
Dan Laila pun pamit ke kelas dan meninggalkan Daniel sendiri di belakang sekolah, setelah Laila pergi Daniel bermonolog.
"Gue enggak tega buat membunuh dia! Apa yang harus gue lakukan sekarang? Waktunya cuman tinggal delapan jam."Tampa Daniel tau seseorang tengah menguping pembicaraan Daniel itu, ia tersenyum smrik, "sudah gue duga Lo orangnya Daniel Eligrabav," orang itu pun lansung kembali ke kelasnya dengan senyum menawannya.
***
Vaniel kembali ke kelas dengan wajah ditekuk, ia sudah tidak napsu makan dan ia pun lansung membuka ponselnya dan bermain game agar menghilangkan rasa sakit sementara yang dia rasakan ketika seseorang yang ia sukai bersama sang kakak.
Ini salahnya karena tidak bergerak lebih cepat, andai saja waktu itu dia yang menembak Laila duluan pasti hatinya tidak perlu merasakan sakit seperti sekarang ini.
"Woy, kenapa Luh melamun terus dari tadi sampe enggak nyadar kalau bel udah bunyi," teriak Paul tepat di depan Vaniel.
"Lagi mager gue mah," Vaniel tidak memperdulikan ucapan Paul ia pun melanjutkan bermain game.
"Alah, pake mager segala tadi aja Lo senang banget karena bisa berdua sama Laila, lah sekarang mager,"
"Enggak sesuai espektasi gue, kak Daniel ngerusak momen bahagia gue,"
"Lagian sih loh, udah tau kalau Laila itu udah punya pacar masih aja di pepet, heran deh gue sama Lo," Ujar Ling sambil memegang pelipisnya.
"Kan jalur kuning belum melengkung jadi gue bisa nikung keles," ucap Vaniel dengan senyum jahilnya.
"Loh enggak gila kan?" tanya Paul sambil mengecek Vaniel kali aja otaknya berpindah tempat ke punggungnya.
"Enggak, gue punya ide, mau memisahkan mereka berdua deh.... Tapi gue butuh bantuan Lo berdua yah!" Perintah Vaniel mantap sambil menatap Paul dan Ling bergantian.
"Ogah gue mah, gue enggak mau merusak hubungan Laila sama Kak Daniel," tolak Ling.
"Eits, gue enggak terima penolakan loh,"
Pasrah itu adalah satu kata yang harus Ling ucapkan karena ia lebih memilih membantu Vaniel karena mereka adalah sahabat dan mereka akan saling membantu satu sama lain karena itu adalah janji mereka waktu di SMP.
"Gue ijin ke toilet dulu ya," pamit Ling karena panggilan alam sudah memanggilnya, setelah sampai di toilet, karena toilet utama sedang ramai jadi Ling memutuskan untuk pergi ke toilet selanjutnya saja yang berada di dekat belakang sekolah.
Setelah selesai dengan urusan alamnya Ling pun mendengarkan suara langkah kaki awalnya ia merinding karena seperti cerita-cerita bahwa belakang sekolah itu tempat yang angker, dengan sejuta keberanian ia pun melihat ke arah belakang itu ia melihat Laila sedang menujuh ke arahnya, ia bergegas untuk bersembunyi.
Setalah ia melihat Laila pergi, tidak lama ia mendengar seseorang bermonolog lagi.
Ling memasang telinga seksama agar mendengarkan ucapan itu, menguping pembicaraan orang tidak tidak baik Ling tau betul itu tapi jiwa kepo akutnya itu yang membuatnya harus mendengarkan itu.
Setelah mendengarkan ucapan Daniel tersebut Ling kaget setengah mati.
Dan ia pun lansung berlari menuju kelasnya.....................................................................
To be continued
Salam manis Tonia💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku kamu Dia dan Takdir [HIATUS]
Novela Juvenilcover by @aidda_official _HIATUS_ SELAMAT MEMBACA 💟 so jangan lupa follow akun aku yah :) 🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️ Cerita ini bukan bercerita tentang bad boy bertemu dengan good girl ataupun sebaliknya melainkan cerita ini hanyalah cerita cinta masa SMA...