38. Sebuah Rahasia

11 2 0
                                    

"Hai, kamu pacarnya Daniel ya?" tanya  seorang perempuan cantik bermata sipit, rambut hitam lebat dan berlesung pipi, yang memakai gaun berwarna putih.

"I--iya kenapa ya?" gagap Laila.

"Kamu cantik, tapi aku lebih cantik dari kamu, oyah kita belum kenalan aku Na, Sebutan sayang dari Daniel,"

"Iya, aku tau kok... Aku Laila, emang kamu siapanya Kak Daniel sih?" ucap  Laila membenarkan kata perempuan itu memang nyatanya dia lebih cantik namun Laila juga cukup penasaran siapa orang tersebut.

Lalu perempuan itu hanya tersenyum, tapi Laila rasa itu bukan senyum senang tapi senyum kepedihan. Laila jadi ngeri sendiri.

Lambat laun perempuan yang usianya seperti Kak Daniel dan kedua kakaknya itu menghilang dari hadapannya.

Setelah itu alarm Laila pun berbunyi dan menandakan bahwa sudah jam delapan pagi.
Hari ini Laila ijin di jam pelajaran pertama karena ia ada urusan penting dengan seseorang. Dan ia juga baru menyadari bahwa yang tadi itu hanyalah sebuah mimpi,tapi kok rasanya seperti nyata dan ia juga kenal dengan tempat yang tadi di mimpinya itu, tempat itu adalah taman belakang sekolahnya.

"Sudahlah nanti aku tanyakan sama kak Daniel aja," ucap Laila kemudian.

Seminggu sudah ia berpacaran dengan Daniel, mereka berpacaran seperti pacaran setiap remaja pada umumnya. Kadang Daniel datang ke rumah Laila hanya untuk sekedar basa-basi atau keduanya ngedate.

Dan hari ini Laila akan pergi ke sebuah klinik psikiater yang biasanya ia datangi sendirian atau bersama kakaknya. Karena hari ini kedua kakaknya sedang sibuk di sekolahnya jadi lah ia sendiri yang datang ke klinik ini.

"Hallo kak," sapa Laila ramah pada dokter Aluna sang dokter psikiater yang sudah lima tahun mengecek kesehatan batin Laila.

"Iya, hi juga adik kakak yang cantik ini, kenapa tiga bulan terakhir ini kamu jarang kesini buat ngecek kesehatan kamu? Kakak kira kamu udah mati!"sewot Aluna, lalu ia lansung memeluk Laila, Laila sudah ia anggap seperti adiknya sendiri karena ia mengharapkan mempunyai adik perempuan tapi orang tuanya malah menservis adik laki-laki,dan kira-kira adiknya itu seumuran dengan Laila.

"Aduh... Udah dong kak aku susah nafas ni," Laila mencoba melepaskan pelukannya itu, memang kak Aluna selalu blak-blakan dalam ucapannya tapi yah itulah kak Aluna.

Setelah itu Aluna pun melepaskan pelukannya, ia menatap Laila dengan seksama, nyatanya nggak ada goresan sedikitpun di tubuh Laila itu tandanya Laila sudah hampir sembuh.
Ia pun menghela napas lega.

"Oyah, dek Kamu masih suka insomnia dan takut pada tempat gelap sama dengar suara pisau atau udah enggak lagi?" tanya Aluna serius.

"Insomnia udah enggak lagi kok, dan soal gelap sama suara pisau kadang masih takut tapi sejauh ini sudah lumayan tidak seperti tahun lalu kak," jawab Laila datar, ekspresi wajah Laila memang datar namun di telah berkeringat dingin bila mengucapkan kata 'pisau'.

Dan itu terlihat jelas oleh Aluna dan sekarang dia bisa berasumsi bahwa Laila belum pulih seutuhnya.
Ia menakutkan akan terjadi suatu hal yang lebih serius dari ini. Dan ia juga akan menjodohkan Laila dengan Adiknya yang lumayan ganteng lah, siapa tau dengan adanya dukungan sang pacar bisa menghilangkan trauma Laila secara perlahan-lahan.

"Oke btw, adik kak Aluna ini sudah punya pacar belum?.... Kalau belum mau yah dijodohin sama adik kakak! Dia juga seumuran dengan kamu kok."  Senang Aluna saat berkata seperti itu kepada Laila, Laila sudah di anggap adik sendiri maka dari itu ia bertekad akan membatu Laila untuk kesembuhannya.

Sebenarnya Laila ingin menolak untuk menerima perjodohan sepihak oleh kak Aluna karena puppy eyes Aluna, namun ia tidak bisa karena ia sudah berpacaran dengan kak Daniel, toh ia juga tidak mengenal adik kandungnya kak Aluna.

"Aduh, maaf ya Kak , Laila sudah punya Pacar," tolak Aluna secara halus.

"Yah, putusin aja, dan jadian aja sama adik kakak, gimana, adik kakak ganteng deh," bujuk Aluna sebenarnya ia enggan untuk mengatakan adiknya 'ganteng' namun itu hanya pencitraan, jika adiknya mendengar ia sedang memujinya begini mungkin adiknya itu akan berbesar kepala.

"HAHAHAHA, enggak deh kak soalnya pacar Laila juga ganteng, kayak orang bule gitu," tolak Laila sambil membayangkan wajah Daniel yang sedikit kebule-bulean itu.

"Coba kamu lihat dulu fotonya, kali aja kamu kepincut," Aluna tetap bersikukuh sambil mengeluarkan ponsel dan mencari foto sang adik.

Kemudian ia menyodorkan foto adiknya kepada Laila.

Saat Laila melihat foto tersebut ia lansung terkejut bukan main bagaimana bisa dunia sangat sempit begini? Orang yang sedari tadi Aluna bicarakan ternyata adalah Paul sahabatnya sendiri, sala satu sahabatnya yang otaknya agak gresek.

"Namanya Paul, kayaknya dia seangkatan sama kamu deh," ucap Aluna sambil mengedipkan matanya.

"Hahahha, aduh kak ini tuh sahabat aku, kita satu komplotan di kelas, mana bisa aku di jodohin sama sahabat sendiri sih!" Jawab Laila.

"Ohh, bagus dong kalau begitu, bisa lancar acara perjodohannya, kakak udah nggak sabar kamu akan jadi adik kakak."

Laila tidak menjawab ucapan Aluna lagi karena ia rasa ada yang tidak beres dengan Aluna, bagaimana bisa ia memaksakan Laila dengan Paul yang jelas-jelas hanya sahabatan toh Paul juga sudah pacaran dengan Prisca dan ia juga sudah pacaran dengan Daniel.

Sungguh aneh sekali tidak biasanya Aluna memaksakan kehendaknya, apa ada sesuatu yang Aluna sembunyikan dari Laila?

Setelah itu Laila pun meninggalkan klinik tersebut dan lansung menuju ke sekolahnya karena ia hanya izin di jam pertama jadi ia akan ikut kelas kedua sampai selesai.

Sementara di dalam klinik Aluna mengerutuki ucapannya terhadap Laila, sebenarnya ia tidak mau memaksakan Laila agar berjodoh dengan Paul tapi seseorang tengah memaksanya untuk mengatakan itu semua agar Laila akan aman.

Seseorang yang sangat mencintai Laila, ia diam-diam melakukan hal yang terbaik termasuk menjaga Laila dari semua hal bahaya yang akan menghampiri Laila.

Karena sebentar lagi suatu hal yang paling di takuti olehnya akan terjadi tinggal menunggu dua minggu lagi.

"Maafin kakak yah Laila, kakak terpaksa melakukan ini karena kakak enggak mau lihat kamu terluka sedikitpun," lirih Aluna.

-------------------------------------------------

Aku mau minta maaf ya buat kalian yang masih sabar menunggu cerita ini, soalnya aku sering kelamaan buat up.🙏

Gimana sama part ini, suka enggak?

Next tungguin ya😊😍

Salam manis Tonia💙

Aku kamu Dia dan Takdir [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang