44. Bercerita (2)

9 1 0
                                    

"gue belum tau yang pasti, tapi gue lagi curiga sama seseorang," ujar Azuela.

"Hah? Siapa emang?" tanya Paul penasaran.

"Entahlah-"

Ucapan Azuela terpotong oleh Ling yang tiba-tiba berucap, "gue rasa gue udah punya cukup bukti, dan hari ini kita harus menyelamatkan seseorang, karena nyawanya sedang dalam bahaya, kita cuman punya 7 jam dimulai dari sekarang," jelas Ling

Vaniel melihat jam yang tertara di ponselnya," sekarang kan udah jam 4 berarti itu artinya entar jam 10 malem dong!"

"Yap that's right, karena itu gue ngumpulin Lo bertiga disini ,"

"Emang siapa yang bakal terbunuh dan siapa yang akan membunuh?" tanya Paul dengan wajah yang sedikit bingung, karena sudah jelas itu berbahaya apa lagi menyangkut nyawa seseorang, dan ia tidak mau ambil pusing untuk itu.

"Kalau gue kasih tau sekarang Lo semua bakalan percaya enggak?" Ling balik nanya.

"Tergantung," ujar Vaniel

"Siapa sih? Ling kenapa lo enggak lansung ke intinya aja sih! Bikin otak gue pusing aja mikirinnya," Azuela sudah bete karena yap saudari kembarnya ini suka sekali berbicara teka-teki yang nanti akan membuatnya pusing, tidak tau apa otaknya kan cuman pas-pasan, masuk IPA saja karena keinginan nyokapnya lah sekarang Ling malah banyak bacot.

"Iya sama gue juga pusing," sambung Vaniel.

"Loh, kenapa Lo nyamain kayak gue sih, dasar gada kata sendiri, bisanya cuman copas kata-kata orang aja," sewot Azuela, iya mereka berdua tidak akan pernah akur, karena Azuela tidak suka dengan sikap tengik Vaniel dan itu sangat menjengkelkan.

"Idih, mulut-mulut gue kenapa situ yang baper, dasar upil enggak jelas," protes Vaniel tidak mau kalah.

"Apa loh ngatain gue upil? Wah ngajak berantem ya Lo! Sini gue tonjok, mau di muka apa di kepala? Hah?"

"Emang lu pengennya tonjok dimana hah? Hayuk kita duel,"

"Udah-udah heran deh gue kenapa lu berdua enggak pernah akur, kalo dilihat-lihat Lo berdua cocok deh," lerai Paul sambil menatap Vaniel dan Azuela bergantian.

"Gue sama nih cowok enggak jelas? kayak populasi cowok di dunia ini mau musnah aja, enggak banget deh," jelas Azuela menatap Vaniel seolah Vaniel adalah semut kecil yang enggak pengen dilihatnya.

"Lo pikir gue juga mau sama Lo? Enggak banget, bukanya dulu pas masuk kelas Lo pernah nembak gue dan gue tolak yah?" Ucap Vaniel mengungkit masa lalu.

Sejenak muka Azuela lansung merah kayak tomat, bagaimana bisa Vaniel masih ingat, dia aja udah hampir lupa.
Memang benar sampai sekarang perasaan itu masih ada tapi sudah tidak se obsesi dulu lagi.

"Hah? Kaget gue, tapi yaudah lah sekarang back to the topic, tadi Lo pada nanya kan siapa yang bakal dibunuh? Nah yang akan dibunuh itu adalah Laila," jelas Ling, nama terakhir yang di sebutkan itu mampu membuat ketiga orang itu terkejut bukan main.

"Lo lagi prank kan?" Tanya Vaniel mengangkat sebelah alisnya.

"Enggak gue serius dan sekarang kita harus menolong dia kalau tidak, besok kita enggak bakalan lihat dia lagi untuk selamanya, kayak kakak gue Natlye,"

"Bentar bentar maksudnya orang ini adalah orang yang sama setahun yang lalu, ngebunuh kak Natlye," ujar Azuela.

"Iya kayaknya, dan gue mohon banget sama lu bertiga buat bantuin gue entar malam, sekarang Lo semua boleh pulang dan kita akan berkumpul lagi disini jam 9:30 buat ke cafe," jelas Ling.

"Oke, tapi gue ngajak Prisca ya! Soalnya dia juga teman kita kan," ucap Paul dan berpamitan.

"Oke tapi gue agak sedikit telat ya, soalnya gue lagi ada urusan," Vaniel juga pamit.

Setelah Vaniel dan Paul pergi barulah Ling dan Azuela menujuh ke kamar Ling agar mereka bisa berbicara yang serius, takut kedengaran oleh orang lain.

"Kasih tau gue, siapa yang bakal membunuh Laila?" Ucap Azuela to the point .

"Daniel, percaya enggak Lo?" tanya Ling, sambil menaruh tasnya di belakang pintunya.

"Apa yang buat Lo yakin kalau pelakunya Daniel?"

"Kode D. E di buku diary kak Natlye dan ucapan Daniel dengan seseorang melalui telponnya, gue enggak sengaja menguping pembicaraan dia,"

"Oke semuanya akan terbukti entar malam,"

Setelah itu Azuela dan Ling pun melakukan aktivitas yang biasanya di lakukan di sore hari. Yaitu mandi, memasak dan lain-lainnya.

***

[Ling udah mulai curiga sama Lo Niel,]

[Maksud Lo apa?]

[Dia punya bukti kalau Lo yang udah bunuh kakaknya dan sekarang Lo bakalan bunuh Laila]

[Kok bisa, kan yang tau ini semua cuman kita berempat! Pokonya gue enggak mau tau Lo harus habisin Ling segera]

Tuttuttut. Sambung pun terputus, Daniel melemparkan ponselnya sembarangan arah, yah seseorang telah mengasih tau Daniel bahwa Ling telah mengetahui semuanya.

Urat-urat di jidatnya tertara begitu jelas menandakan bahwa ia sedang emosi, bagaimana bisa Ling mengetahui itu semuanya? Ia tidak pernah meninggalkan jejak saat membunuh korban-korbannya tapi kenapa Ling bisa mengetahui pasti ada seseorang yang membocorkan informasi.

"Arghhh, Pasti dia mengingat di pernah dekat dengan Ling, tunggu setelah gue bunuh Laila baru gue habisin Lo berdua," Daniel bermonolog.

Daniel menendang kaki kasurnya dengan kasar dan sekarang ia sangat kesal ingin sekali ia membunuh seseorang sekarang, tapi ia juga harus sabar karena sebentar lagi pas di pukul 10 malam ia akan segera menuntaskan hasrat ingin membunuhnya itu.

Kemudian Daniel pun menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dengan kasar, ia memejamkan matanya sambil memijat pelipisnya.

Vaniel yang baru saja datang di kejutkan oleh suara bising dari kamar kakaknya, ia hanya melihat apa yang dilakukan kakaknya yaitu menendang kaki tempat tidurnya, kemudian melangkah ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar kakaknya.

Ia tidak ambil pusing dengan itu semua, mungkin kakaknya lagi ada masalah, jadi ia tidak mau menganggu kakaknya itu, nanti aja.

"Apa gue ajak kak Daniel sekalian yah? Kan dia pacarannya Laila, biasa aja kan kak Daniel berbaik hati dan melepaskan Laila untuk gue," Vaniel bermonolog sambil menatap pantulan wajahnya di depan cermin.

"Tapi, gue harus ngomong kayak gimana yah? Kalau gue lansung ke intinya nanti di sangkah gue gila," lanjutnya lagi-lagi bermonolog.

Dan akhirnya itu pun memutuskan untuk mandi sejenak dulu baru ia akan mengajak kakaknya, ia harus membiarkan kakaknya tenang dulu, mungkin nanti malam baru akan dia kasih tau untuk mengajak Daniel.

Vaniel melupakan satu fakta bahwa nanti malam tepat jam 10 Laila dan Kakaknya akan berkencan, ia hanya tersenyum sambil menghayal bahwa sebentar lagi kakaknya akan melepaskan Laila dengan suka rela karena Vaniel akan menyelamatkan Laila, seperti tokoh Spiderman yang tonton minggu lalu.

_______________________________

To be continue

Maaf yah sering update kelamaan!🙌♥️

Aku cuman mau bilang cerita ini tinggal 5 atau 6 chapter bakalan tamat Lo✨
So stay tuned ya💙

Salam manis Tonia🦋💙


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku kamu Dia dan Takdir [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang