Selamat membaca 💕
Karena tadi terjadi kejar-kejaran besar antara orang normal dan orang tidak normal maka acara sore mereka yang ingin santai-santai sambil melihat pemandangan di sore hari itu tertunda dan berpisah untuk menyelamatkan diri sendiri dari kejaran orang gila tadi.
Lain dengan Daniel yang tadi panik ia lansung menarik tangan seseorang tanpa mengetahui siapakah pemilik tangan itu entah tangan cewek atau cowok.
Setelah ia mengatur nafasnya yang memburu akhirnya ia mengerutkan keningnya karena tangan yang sedang ia genggam ia agak keras dan ia pun menoleh ke belakang dan berkata, "Lo kok gue narik tangan Lo sih?" Daniel lansung melepaskan tangannya.
"Iya gue, emang lo harapnya siapa? Prisca?... Ling? atau Laila?" tanya Vaniel sambil mengoda kakaknya. Ya tadi tangan yang Daniel tarik adalah tangan sang adiknya.
"Ck, udah untung gue nyelamatin Lo, kalau nggak mau gue bawa lagi Lo ke orang gila tadi, biar species kayak Lo punah!" cibir Daniel tanpa menjawab pertanyaan Vaniel, ya memang tadi yang ia harapkan salah satu dari tiga nama tersebut yang ia gandeng, ia ingin bersama Laila tadi, tapi malah bersama adiknya yang super menyebalkan itu.
"Alah biasa aja Lo kak! Gue tau kok kalo Lo itu nggak bisa hidup tanpa gue... yakan makanya Lo narik tangan gue."
"Najis."
Dan kemudian keduanya masuk ke dalam villa, untuk menunggu yang lainnya di dalam sana. Bisa berabe kalau mereka berdua nunggu di luar bisa jadi entar orang gila yang tadi lewat.
Lain dengan Laila yang berlari bersama Prisca keduanya sebisa mungkin berlari menjauhi orang gila tersebut, mereka berlari tanpa menoleh ke belakang karena masih trauma dengan orang gila itu, tanpa mereka sadari ternyata keduanya berlari sangat jauh hingga ke rumah beberapa penduduk yang lumayan jauh dari tempat villa mereka.
Keduanya berhenti dan saling tatap, mengamati sekitarnya, jika para penduduk itu orang jahat maka mereka berdua harus waspada 100% jika tidak maka mereka akan meminta bantuan.
"Lo yang coba tanya kepada penduduk deh, udah sono Lo duluan gue bantu dari belakang!" Ucap Laila tanpa ekspresi kepada Prisca.
"Iya, tapi bantuin gue nanti kalau mereka mau macam-macam sama gue."
"Iya, buru soalnya gue rasa udah mau malam ini."
tanpa mereka berdua sadari, mereka saling menghawatirkan satu sama lain, sejenak mereka melupakan bahwa mereka berdua itu musuhan ralat bukan Prisca yang memusuhi Laila tapi malah sebaliknya tentang permasalahan yang terjadi di masa lalu.
"Permisi," ucap Prisca sambil mengetuk pintu. Dan Laila hanya menekori dari belakang bersiap-siap.
Tanpa harus menunggu lama seseorang tengah membukakan pintu dari dalam rumah yang terkunci dari dalam.
Laila dan Prisca saling tatap seakan binggun kenapa sudah harus dikunci padahal ini belum tengah malam masih jam 7 lewat kok sudah dikunci?
"Iya, cari siapa ya?" tanya perempuan paruh baya pemilik rumah itu to the point dan ramah, tidak biasanya para penduduk di tempat ini berkunjung satu sama lain di malam hari, dari yang perempuan paruh baya itu lihat sepertinya kedua remaja di depannya ini bukan berasal dari kampung sini.
Laila menelan ludahnya kasar karena sorot mata dari perempuan paruh bara itu sangat tajam meskipun nada bicaranya terbilang ramah tapi Laila rasa itu tidak bener karena ia rasa seperti ada sesuatu yang jangal.
"Begini tante... Eh ibu, kami berdua tadi sedang di kejar orang gila dan kami berlari sampai terpisah dari teman-teman kami, kemudian kami sampai di tempat ini, karena ingin meminta tolong Bu," jelas Prisca kepada Ibu itu.
Sontak Ibu itu langsung menutup pintu rumahnya keras hingga membuat Laila dan Prisca kaget bukan main, Lalu dengan pasrah keduanya pun meninggalkan tempat ibu itu dan mencoba mencari seseorang yang dapat membantu mereka berdua.
"Lo ngerasa aneh, nggak sih sama ini tempat?" tanya Laila yang merasa aneh ralat sangat aneh dengan tempat ini terlebih lagi juga ibu-ibu yang tadi, langsung menutup pintu tanpa mengasih tau alasannya, jika tidak menolong mereka berdua kan bisa bilang! Bukanya lansung menurut pintu seperti itu.
"Iya gue juga ngerasain kayak gitu pas masuk sini."
Sudah hampir 30 menit keduanya berjalan di kampung ini akhirnya mereka berdua menemukan seseorang penduduk yang sedang mendorong sepeda dan penduduk itu memakai sarung dilengkapi dengan peci yang masih melekat di kepalanya.
Keduanya menghampiri penduduk itu, di dalam hati Laila ia berdoa kepada penduduk itu agar nanti penduduk itu membantu mereka berdua.
"Permisi, selamat malam pak," sapa Laila sopan kepada penduduk yang sedang mendorong sepedanya yang berada di depan mereka berdua.
"Iya, selamat malam juga," jawab penduduk itu sambil memutar balik badannya dan menghadap kepada Laila dan Prisca.
"Bisa tolongin kami berdua?" tanya Laila memelas kepada orang itu. Ia tidak perduli lagi jika orang itu baik atau tidak yang terpenting sekarang ia butuh istirahat karena ia sudah capek tidak kuat lagi jika ia harus berjalan lagi.
"Bisa, yaudah kita ke rumah nenek aku aja nggak jauh ko dari sini," ucap Laki-laki itu dengan senyum manisnya.
Mereka berdua tidak mengikuti dari belakang orang itu, dalam perkiraan Prisca, kayaknya laki-laki itu seumuran dengan mereka berdua.
Tidak ada suara, hanya suara jangkrik sang beberapa hewan kecil yang bersuara menemani jalan mereka bertiga hingga akhirnya ketiganya pun sampai di salah satu rumah yang tidak sebesar rumah pertama tadi tapi seenggaknya rumah itu mau menampung mereka berdua.
"Nenek.... Nenek... Nenek," ucap Laki-laki itu sambil berjalan masuk kedalam rumahnya.
Setelah masuk ke rumah ini Laila dan Prisca melihat rumah ini dengan seksama bagaimana bisa rumah ini tidak ada ruangan tamu dan ruangan makan? Hanya ada dua kamar satu kamar mandi dan dapur yang disatukan dengan ruangan makan.
"Loh?... Adit mereka ini siapa?" tanya nenek itu dengan nada khawatir sekaligus terkejut.
"Adit juga nggak tau Nek, tadi Adit nemu di jalan."
"Mari masuk. Kita duduk di sini, nenek mau tanya tanya boleh?" Ucap Nenek tersebut dengan ramah sambil menunjuk sebuah karpet yang ada di bahwa tanah.
Keduanya pun mengangguk sambil duduk di tempat itu. Ternyata ini adalah ruangan tamunya, mereka kira ini ruangan apa eh ternyata ini ruangan tamu. Jika kalian berada di sini dan melihat rumah ini kalian juga akan bingung bagaimana bisa ruang tamu tidak terlihat seperti ruangan tamu pada umumnya dan tidak ada kursi sama sekali hanya ada sebuah karpet.
_____________________________
Minal aidzin wal Faidzin
Mohon maaf lahir dan batin🙌💙
Hari ini special update untuk lebaran ya.
Tapi tenang besok akan up lagi ko sesuai sama Jadwal menulisnya😊🤟🌞Yey kembali lagi dengan aku!
Gimana sama part ini? Suka nggak?🌞Terus apakah nanti Laila dan Prisca akan di terima di rumahnya Adit sama Neneknya?
Next tungguin ya🙌😘
Salam manis Tonia✨😍

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku kamu Dia dan Takdir [HIATUS]
Fiksi Remajacover by @aidda_official _HIATUS_ SELAMAT MEMBACA 💟 so jangan lupa follow akun aku yah :) 🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️ Cerita ini bukan bercerita tentang bad boy bertemu dengan good girl ataupun sebaliknya melainkan cerita ini hanyalah cerita cinta masa SMA...