M A A F

30 2 0
                                    

Setelah semalam erik ditahan oleh ayah, akhirnya ia mengantarkan erik menggunakan mobil ke rumahnya, karena memang hujan. Dan gue hanya dirumah menyiapkan pelajaran untuk hari ini, jadi gue gak ikut mereka, dan gue masih belum tau rumah erik.
Hari ini seperti biasa gue, billa, dan tasya nongkrong di depan perpustakaan yang ada pohon rindangnya itu, kali ini billa meminjam gitar yang ada di ruang music, dan memainkannya dibawah pohon rindang, dengan angin yang terus berhembus lembut, suasana seperti ini sangat menyejukan.

Ditambah lagu yang billa nyanyikan adalah lagu kesukaan gue yang berjudul ‘Location unknown’ dari Honne. Entah kenapa lagu itu begitu tenang dan terasa adem bagi gue, ditambah pula dengan petikan suara gitar billa yang lebih lihai dari pada gue, membuat gue betah duduk sambil membaca buku gue.

Yah ini sudah jam pulang dan kami lebih memilih duduk disini karena tempatnya teduh, dan lagi ada ruang music dan perpustakaan kesukaan gue dan billa, itu alasan kuat untuk kami duduk duduk dan bersantai santai ria disini. Berhubung besok ada pendaftaran osis baru, jadi kami memanfaatkan waktu kami sebelum sibuk dengan kegiatan osis, haha.

“besok ada pendaftaran osis ya” celetuk tasya seakan bisa membaca pikiran gue.
“OIA!!!!!!” billa yang tadinya masih asik menggenjreng genjrengkan gitarnya langung berhenti dan berteriak histeris.
Gue gak nyangka billa lupa sama pendaftaran osis nya dan malah tasya yang ingat. “Hmm Paling besok dikasih selebaran buat daftar, dan isinya Cuma nama dan alasan untuk ikut osis” jawab gue sekena nya.
“iya sih. Kira kira kita juga ada inisiasi anggota baru kaya waktu di smp gak ya?” kata billa, mengingat masa lampau yang bagi gue menggelikan.

Masa masa SMP, masa dimana gue masih benar benar culun, pendiam dan lebih ansos, tapi gue dipaksa untuk ikut anggota osis sama mereka berdua, dan dari sanalah gue banyak memperbaiki diri gue, sampai ketitik ini, dan gue merasa harus lebih dan lebih lagi memperbaiki kekurangan gue!
“haha, please deh gak usah di inget jaman gue kelas satu smp” “hahhahah iya yaa, Lyoni introvert banget orang nya, sekarang aja udah mulai terang terangan” kikik billa geli ketika mengingat gue di masa itu.

“oii!! 3 dara! Ternyata pada disini toh”

Tiba tiba suara lengkingan lelaki menggema diarea itu, dan seketika membuat kami menoleh mencari sumber suara yang ternyata ada di dekat ruang music.
Suara itu adalah suara rendy yang juga berjalan menghampiri kami, diikuti dengan paskal dan erik. Seperti biasa wajah erik tampak datar seperti tidak terjadi apa apa kemarin, dan wajah paskal yang dahi nya selalu berkerut, muka nya itu selalu aja keliatan asem. “3 dara?” kata gue, aneh memanggilnya begitu. “hah! 3 dara” dengus paskal dengan wajah yang menyebalkan, rasanya ingin menampol wajah nyolotnya itu.
“iya, tadi gue ke kelas lo, tapi lo gak ada” jelas rendy “ngapain?” Tanya gue lagi, ada angin apa dia nyariin gue? “hmm yah.. tadi pas gue ke kelas adanya temen lo yang cowok tu dia bilang ‘si 3 dara itu biasanya nongkrong di sekitar perpus’ so yaudah gue kesini” jelasnya. Yah sejujurnya yang gue Tanya buat apa dia nyari gue, tapi terlalu males gue buat Tanya lagi “kenapa nyariin kita?” Tanya tasya, membantu gue.

“ah.. itu, gue mau ngingetin aja, besok ada pendaftaran anggota baru osis, kali kalian minat. Haha. Gue berharap kalian ikut sih” katanya. Sementara gue, billa, dan tasya hanya saling menatap. “iya ren. Kita ikut kok” jawab billa, menilik gue yang masih malas menanggapi rendy.

“o-oh.. oke. Kalo gitu kita permisi, ayo bro” ajak rendy pada paskal dan erik. Tapi mereka jalan lebih dahulu meninggalkan rendy, yang sepertinya merasa tidak enak dengan gue.
Benar saja baru berjalan beberapa langkah, tiba tiba ia terhenti, sementara paskal dan erik sudah jauh di depan nya.

“gu-gue minta maaf soal yang waktu itu ya? tapi gue beneran gak main main sama lo, gue berusaha untuk tetap nyukain lo seorang aja kok. Tapi kayanya udah terlambat juga, gue harap paling enggak kita masih bisa temenan kan” katanya.

Selama beberapa saat kami semua hanya hening dan bingung mau menjawab apa, bayangkan saja rendy yang terkenal itu meminta maaf ke gue dengan wajah, yah… patut dikasihani.

“hh.. ka-kalau gitu gue per-“ “gak masalah.” Potong gue. Rendy yang tadinya hendak pergi jadi tertahan karena akhirnya gue menanggapi perkataannya. “hah?” katanya terlihat sedikit kaget dan bingung “gak masalah, kalau Cuma temenan. Gue harap lo gak kaya gitu lagi ke semua perempuan, gue mungkin salah satunya, tapi asal lo tau, gue bukan perempuan yang mudah jatuh cinta dan gue bukan tipe yang suka kencan atau sebagainya, oke?” jelas gue.

Ia tersenyum dan terlihat salah tingkah, entah kenapa gue jadi geli sendiri ngeliatnya “oh makasih juga infonya, tapi kita inget tanpa perlu diingetin kok” tambah gue. “haha, oke oke. Lo memang hebat ya, kalo gitu gue cabut deh, udah di tinggal sama si bangsat paskal, erik” katanya dengan aksen kasarnya yang mulai keluar.

“lucu ih rendy pas merasa bersalah gitu, hhahahah” kikik tasya geli. “kemarin siapa yang keliatan merasa bersalah bikin tu orang gak masuk seminggu ya??” sindir billa. “hehe, tapi ternyata seru juga bikin orang merasa bersalah, ekspresi rendy lucu ih! Baru pertama kali liat dia begitu” kata tasya mulai heboh dengan mulut kaleng rombeng nya. “hmm ada ada aja dehhhhh” tapi benar sih kata tasya ekspressi rendy yang di tunjukan itu baru pertama kali dan terlihat aneh bagi gue.

“btw paskal kok muka nya kek kesel gitu ya?” Tanya billa. “dia mah setiap hari juga muka nya senewen tuh” kata gue, karena memamng yang gue liat begitu kok, mukanya itu setiap hari, setiap liat gue keliatannya kesel kesel gima gitu. Mungkin lebih keliatan keki? Gengsi?? Merasa tersaingi?? Yah terserah juga sih, gue gak perduli soal dia.

.
.
.
.
.

“udah?”
Paskal berdiri bersandar di selasar gedung satu sambil melipat tangan nya di depan dada.

“seperti permintaan lo.  inget kal, gue gak akan tolerir lagi kalo lo ikut campur urusan gue lagi. Gue minta maaf karena gue juga ingin, bukan karena permintaan lo”

“bagus kalo gitu. Tapi seperti kata lo, gue pun gak akan tolerir lagi kalo lu mainin 3 perempuan itu, mereka terlalu sayang untuk dirusak ren”

“Bacot. Cukup sekali aja lo ngomong, gue paham. Dimana erik?”

“toilet”

.
.
.
.
.

3 DARA Stories [ Finished ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang