Chapter 1

93 18 3
                                    

Didedikasikan untuk @GreVo3.

Hola ketemu lagi bersama @GreVo3. Kita akan memulai kisah babank rado dari sini ya mari ikuti kisah daku dan babank rado disini.

Jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote, komen, dan share cerita ini. Serta follow akun author @GreVo3.

Mari bantu daku temukan typo.

Happy reading.

[Rado alfrendo].

Malam yang sepi begitu dingin, ditemani bintang yang indah bertaburan.
Aku tersenyum saat duniaku tertawa. Aku bersedih saat duniaku menangis. Maka itu aku datang kembali. Mengubah sedihmu menjadi senyum bahagia.

Hai kamu yang baca ini. Salam kenal dari aku.

Tertanda A.

Sudah beberapa minggu ini aku kembali menemukan surat yang serupa diatas mejaku. Dia selalu mengajak ku untuk berkenalan namum tidak tercantum nama pengirim surat tersebut. Aku  kesal setiap saat menerima surat ini yang tidak jelas dari siapa. Dia tidak pernah memberi namanya dengan jelas. Selalu tertanda A.

"Dapat surat lagi bro?" Ujar Angga padaku.

"Iya nih," jawabku kebingungan

Angga sudah biasa dekat denganku, dia sudah berteman denganku dari kecil. Dia pria yang baik dan setia, sejak ibunya  meninggal, dia membantu ayahnya mengurus cafe. Angga  sangat baik pada semua orang walaupun dengan sikap tengilnya. Aku berdecak kesal dengan orang ini kenapa tidak datang langsung saja padaku. Apa aku begitu menakutkan untuknya? Dasar orang aneh.

"Do, kantin gak? Gue laper," aku juga lapar, tadi pagi gak sempat sarapan.

"Boleh, gue juga lapar gak sempet sarapan tadi," aku buru-buru karena rura, dia ingin piket katanya.

"Yaelah, sama cui."

Aku rasa kantin Rogerdo selalu ramai, dan jajanan disini sangat mahal. Memang hanya orang kalangan atas yang mampu sekolah disini dan juga yang berotak tinggi. Sekolah ini menjadi salah satu favorit. Disini kita dibina untuk pembentukan karakter. Aku bersyukur bisa sekolah disini dan sangat bangga menjadi murid Rogerdo. Ya memang aku tidak punya banyak teman disini karena memang malas mencari teman. Hanya angga yang selalu menempel padaku.

"Do, gue rasa ada yang merhatiin kita deh," aku menoleh kekiri dan kekanan.

"Gak tuh, halu kali lu," ucapku cuek.

"Emang bener dodol, coba lo liat kursi dekat pintu masuk itu," aku nurut saja.

"Biarin aja, paling cuma fans aku," emang bener si aku rasa juga dari meja itu tapi pas diliat mereka sibuk ngobrol.

Aku si cuek aja, angga juga lanjut makan. Positif thinking aja, kalau dia cuma fans aku wkwk. Kantin disini terletak paling atas sekaligus cafe dari sekolah ini. Tapi ya begitu Rogerdo, punya kantin besar. Disini terdapat ruang musik yang besar, dan peralatan yang lengkap, semua tersedia. Tapi aku lebih suka bermain gitar.

***

Aku masih penasaran apa yang dikatakan angga tadi, siapa yang merhatiin aku? Perasaan kemarin gak ada yang memperhatikanku aku. Aku gak bisa fokus sampai nyerempetin orang.

"Akh, aduh sikuku," astaga dia cewek. Kenapa aku bisa teledor gini.

"Eh maaf, gue gak sengaja," ujarku padanya. Eh dia malah bengong.

"Hei, gak papa," aku masih melambaikan tangan diwajahnya. Apa cewek ini kemasukan?

"Eh, iya gue gak papa kok," untung masih bisa ngomong.

Rado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang