Chapter 3

35 11 3
                                    

Hu hu balik lagi bersama @GreVo3.

Kita lanjut aja chap 3.
Babank rado udah berani dengan cewek ya Wkwk.

Lanjut lagi kita.

Jangan lupa tinggalkan jejak seperti follow akun author, vote, komen, dan share cerita ini.

Bantu daku nemu typo.

Happy reading.

[Rado alfrendo].

Aku sedang duduk diteras rumah sambil membaca novel kesukaanku. Ya aku memang pembaca novel. Banyak yang bilang kebanyakan cowok gak suka baca novel, tapi aku suka. Entahlah novel bisa membawa ku merasa hidup itu indah. Dalam halu wkwk. Tapi aku banyak mengambil hal positif setiap isi dari novel yang ku baca. Setiap kali ku membaca novel memories in the love. Entah kenapa aku selalu ingat dia. Dia yang pergi tanpa alasan; dia yang tidak meninggalkan sesuatu yang bisa ku ingat saat dia pergi; Dia yang bisa menyeimbangiku, yang bisa mengertiku; dia yang masih menetap dalam hatiku. Aku masih bisa merasakan hangat pelukan terakhirnya saat itu. Tapi wajahnya masih buram dalam ingatanku. Karena kejadian 9 tahun lalu.

Flashback on.

9 tahun lalu...

Aku berdiri didepan pagar bewarna krem. Rumah ini sangat sepi. Aku heran kemana penghuni rumah ini. Apa aku harus membuka pagar ini dengan sendiri? Tapi itu tidak sopan.
Lebih baik aku gunakan bel saja.

Aku sudah menunggu beberapa menit didepan pagar ini, dengan cahaya yang terik. Tapi masih belum ada tanda tanda orang akan membuka pagar ini. Aku coba sekali lagi. Dan sekarang seperti ada satpam yang berlari menuju pagar ini.

"Maaf dek cari siapa?" Tanya pak satpam ini.

"Aranya ada pak?" Ujarku sambil tersenyum.

"Maaf dek, non Ara sudah pergi kebandara," aku terdiam sebentar. Untuk apa dia kesana?

"Kalau boleh tau, untuk apa dia kesana?" Tanyaku lagi.

"Loh, mereka mau pindah rumah dan rumah ini akan dijual," apa! Ara tidak pernah memberi tahuku.

"Itu mobil non ara dek," aku menoleh kearah tangannya. Dan berlari mengejar mobil itu sampai dijalan raya.

"Ara, kenapa pergi ninggalin ado," teriakku pada mobil sedan hitam itu.

"Ara, tunggu ado," tapi mobil itu tidak berhenti sama sekali.

Hingga ada sebuah mobil dari belakangku, yang membuatku terkejut mobil tersebut sudah. Aku tidak bisa menghindar lagi.

"Aaaaa."

Brukkk.

"Adooo," aku mendengar teriakan anak gadis. Namun mataku sudah hampir terpejam, dan aku merasakan pelukan itu.

"Ado jangan tinggalkan Ara, Ara bakalan balik— " belum sempat aku mendengar kalimat selanjutnya dan melihat wajahnya sebentar. Namum pandanganku melemah dan perlahan gelap.

Flashback off.

Kepalaku menjadi sakit saat memaksa mengingat wajah itu. Ini sudah biasa terjadi namun kali ini lebih sakit. Aku tidak tau penyebabnya.

"Bang roro, kenapa?" Tanya rura padaku.

"Gak papa kok, cuma pusing aja," jawabku pada rura.

"Yaudah rura ambil obat ya."

Rado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang