Chapter 6

27 5 0
                                    

Teng teng teng babank rado balik lagi.

Mari merapat kita baca kisahnya.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya, seperti follow akun author, Vote, komen, dan share cerita ini.

Bantu daku nemu typo

Happy reading.

[Rado Alfrendo]

Aku tidak pernah bepikir dia akan sesenang itu saat aku ingin menjadi partnernya. Dia sampai memelukku lagi. Aku hanya tersenyum kecil kearahnya. Apa aku harus kembali lagi ke dalam dunia musik? Mungkin ini jalan Tuhan.

Aku duduk di cafe Rogerdo, disini sangat nyaman dan memikirkan hari esok. Besok adalah hari sabtu, apa aku harus menuruti keinginan Daniel? Tapi kalau aku biarkan mungkin saja dia akan melonjak. Tekadku sudah bulat, aku harus melawan Daniel. Dia harus bisa berubah. Dulu kami team yang kompak dengan solidaritas yang kuat. Tapi sekarang semua berubah, semua hanya menjadi kenangan.

"Hai kenapa melamun?" Aku terkejut saat melihat alve berada  didepanku.

"Gak kok, cuma lagi liatin angin terbang bebas," dia kebingungan dengan kalimat tadi.

"Angin yang terbang bebas sudah banyak melewati berbagai tempat, angin sudah tau dimana ia harus bertiup keras dan dimana ia harus menemani orang yang bersedih, angin bukan hanya untuk menenangkan. Tapi angin bisa mengabari jika kita sedang bersedih," aku kembali menatap ketempat daun yang bebas beterbangan.

"Lagi membuat filosofi angin? Gue gak pernah berpikiran begitu," aku hanya mencoba menjabar apa yang ada dalam pikiran ku.

Kami kembali diam, aku lagi malas berbicara dengan orang saat ini. Mungkin jika ada angga dia pasti bisa mencairkan suasana ini. Aku kembali menyesap americano chocolate ice ku, aku memang suka minuman ini. Bagiku coklat itu bisa menenangkan. Coklat membuatku merasa bahagia.

"Do, lo ikut eskul apa? Gue gak liat lo setiap eskul," aku menaikkan alisku.

"Gue gak ikut eskul apa pun," ujarku padanya.

"Kenapa?"

"Lagi malas aja, belum nemu yang cocok sama gue," ujarku.

"Ooh, gue rasa lo cocok jadi anak fotografi," wow aku gak kepikiran.

"Hahaha, gue gak bakat di bidang itu." Tambahku " gue lagi pengen diam dulu," aku terkekeh lagi. Darimana dia dapat ide seperti itu.

"Kenapa di luar lo bolos?" Aku menoleh padanya.

"Lo sendiri?" Tanyaku sambil menoleh padanya.

"Bukannya dijawab malah nanya, ok gue lagi jamkos, guru sosio gak masuk." Gue terkekeh, Menghibur.

"Gue bolos. Baru tau gue lo anak ips. Emang murid baru?"

"Lo anak Ipa berani bolos? Gue gak percaya," tambahnya. "Yups, pindahan dari SMA Nusa Dharma," aku cuma ber-oh ria dan terkekeh lagi. pantesan baru  liat dia.

Aku perhatikan ternyata banyak anak ips seangkatanku  yang bolos dan juga ada kakak kelas.
Mungkin bosan didalam kelas. Aku sebenarnya tidak bolos, hanya saja ada tugas dari guru dan dikerjakan diluar kelas. Yups tempat ternyaman ya kantin, Kalau taman mungkin sudah penuh.

Dia memesan pasta, makanan yang rasanya hambar . Tapi aku teringat akan mie goreng pansit, itu makanan favoritku. Rasanya sudah lama tidak memakan mie didepan komplek. Mie kang ujang menjadi favorit aku dan Rura, walaupun jajanan biasa tapi memang enak. Aku melihat dia makan mie dengan tenang rasanya seenak itu? Dia melihatku mengernyitkan dahi. Mungkin saja dia bingung.

Rado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang